mimbaruntan.com,Untan- Kampung Sawah merupakan kampung yang masih memegang teguh adat istiadat asli sejak zaman leluhur yang masih dilestarikan hingga kini. Kampung sawah ini terletak di Desa Sanatab, Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas.
Munda’ yang merupakan ketua adat di kampung Sawah mengungkapkan beberapa tradisi yang masih sering diadakan di kampung sawah yakni Adat Budaya Rukun Karunia yang biasanya diadakan untuk menyambut tahun baru padi. Perayaan ini di awali dengan Nampik Banih yang biasanya dilakukan sebelum menanam benih. Dilanjutkan dengan Na’ah Uma untuk pesta anak padi yang memakai peraga cucur,lemang,Botongk (beras yang di masukan kedalam Daun Minyak setelah itu di masak dalam Buluh) dan 1 ekor ayam. Ketika padi sudah berisi maka tradisi ini dilanjutkan dengan Nyiang Buntingk yang artinya saat padi sudah berbunting (berisi), peraga yang digunakan sama hal nya dengan Na’ah Uma yakni pesta dengan peraga cucur,lemang,bontongk, dan ayam 1 ekor.
Baru kemudian sampailah pada acara tahun baru padi itu sendiri yang biasa disebut Matahant/Ngarantika (dalam bahasa dayak salako) tahun baru padi ini biasanya diadakan serentak sekampung. Saat tahun baru padi penduduk akan saling bersilaturahmi ke rumah tetangga layaknya pada saat hari raya lebaran ataupun natal, berbagai makana khas kampung pun disediakan untuk disantap seperti lemang, cucur, bontonk, lauk pauk. Ketika sudah 3 hari setelah Tahun baru padi, diadakanlah Nakatant yang berfungsi untuk berangkat memetik padi yang kemudian disusul dengan beranyi/ memetik padi. Kemudian batang-batang padi itu akan dicabut, ini dalam bahasa setempat disebut dengan Mabut Nek Uban
Tradisi berikutnya yang masih dilaksanakan hingga kini adalah basansam (sansam rame padi) basansam ini merupakan hal yang wajib dilakukan setiap kampung, dimana orang di kampung tidak boleh keluar kampung dan orang luar tidak boleh masuk ke kampung, sansam ini dilakukan selama satu hari dua malam,dan barang siapa yang melanggar akan di hukum adat 3 tail (tempayan,mangkuk,beras banyu).
Setelah basansam itu dilaksanakan Baronak/mindahkan padi dalam lunbung. Kemudian melaksanakan Ngabayant/pesta lunbung pesta Lunbung ini sering kali kita kenal dengan yang namanya naik dango, biasanya acara naik dango dimeriahkan dengan berbagai oerlombaan dan persembahan seni adat dayak.
Selain pesta syukur terhadap hasil panen yang telah diuraikan tadi ada juga pesta manusia yakni pesta perkawinan adat, kemudian setelah pasangan memiliki anak, anak tersebut di tamoe(di suapin sedikit) dengn nasi dan garam,setelah 7 hari akan ada meah(naik) Ke atas dan setelah itu dilanjutkan Pesta Nampungk Tawar (tepung tawar)/bayar tampas Bidan. Ketika anak sudah besar yang perempuan di tindik dan Yang lelaki di sunat.
Kebudayaan dayak lainnya yang cukup terkenal yakni Pantak. Di setiap daerah ada yang namanya Pantak dan mempunyai banyak jenis , biasanya Pantak Pantuak di gunakan untuk perlindungan, pantak Pabuisant untuk bauma/ berladang. Dan di kampung Sawah Sendiri Mempunyai Pantak Benteng untuk Perlindungan yang dulunya pada zaman dahulu untuk Bakayo ( berperang) dan sekarang di gunakan untuk Keselamatan.
Masyarakat kampung Sawah juga punyabtradisi saat terjadi suatu kecelakaan di daerahnya yakni Marashiant Aik Tanah (membersihkan air dan tanah) guna untuk menghindari agar tidak terjadi lagi dan Marasihant Aik Tanah ini pakai peraga Babi, cucur,lemang. Dan di Ritualkan di tempat terjadinya kecelakaan itu dan ini di sebut sepuluh dua adat binua.
Di Kampung Sawah ini sangat banyak sekali hukum adat dari yang kecil sampai yang besar. Contoh yang kecil seperti Saepet Tapungk tawar/ Sebungkus Baras Banyu ini digunakan untuk memaafkan Kesalahan yang paling ringan dan yang paling besar itu dua belas sampai dua puluh empat,jatuh pada Kampangk/ Berzinah dan Peraganya adalah Tempayan Jaring, Mangkuk satu buah, beras banyu sebungkus,Piring 4 lusin, Tempayan Racen untuk Naikan binua, mangkuk satu buah, binua marangk Enyengk (bunuh babi), Naik ke Rumah dengan tempayan Racen,pergi ke dapur untuk Kipas abu, Natas atap ( membongkar atap sebanyak 3 lembar), dan Ngimak Gaagar( Nyungkil lantai), Dan setelah itu Binua membagi adat.
Penulis : Nia