mimbaruntan.com, Untan – Sebuah spanduk bertuliskan “Bebas Bicaraku Dijegal, Sejahtera Hidupku Dirampas” di Bundaran Digulis, mengantarkan anak muda di Kalimantan Barat (Kalbar) mewakili individu, komunitas dan organisasi yang tergabung dalam Aksi Kamisan Pontianak menggelar aksi solidaritas terhadap Haris-Fatia dan Pembungkaman LPM Lintas IAIN Ambon (24/3).
Selaku Koordinator Lapangan (Korlap), Pesmin mengatakan bahwa aksi solidaritas ini berawal dari Haris dan Fatia membicarakan hasil riset terkait konflik di Intan Jaya, berhubungan dengan tambang emas yang mereka sebut turut dikuasai oleh perusahaan milik Menteri Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan.
“UU ITE kerap digunakan oleh pihak yang memiliki kuasa sebagai alat untuk kriminalisasi pihak lain, terutama yang aktif mengkritisi. Kali ini korbannya adalah Haris Azhar direktur Lokataru dan Fatia Maulidiyanti kordinator KontraS. Mereka berdua dijadikan tersangka karena dituduh melakukan pencemaran nama baik Luhut,” ujarnya setelah melakukan orasi.
Di tengah aksi tersebut, diselenggarakan pula teatrikal yang dilakukan oleh para aktivis tersebut yang menceritakan tentang sengketa ekonomi dan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang hingga kini masih dialami oleh masyarakat Papua.
“Alur ceritanya itu masyarakat di Papua menolak masuknya industri perusahaan menggunakan suntikan dana. Konflik tersebut sampai hari ini masih terus terjadi jadi bisnis ataupun kepentingan politik, harusnya pemerintah Indonesia dapat menangani kasus Papua secara berdialog, bukan mengirimkan militer yang menambahkan kesengsaraan masyarakat papua,” tambahnya.
Tak hanya itu, aksi ini juga mengangkat kasus pencemaran nama baik yang menimpa Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Lintas IAIN Ambon. Awalnya, LPM Lintas meluncurkan majalah berjudul majalah berjudul Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon Rawan Pelecehan pada Senin, 14 Maret 2022 lalu. Majalah tersebut menguak fakta terdapat 32 orang yang mengaku menjadi korban kekerasan seksual di IAIN Ambon. Adapun korban terdiri dari 25 perempuan dan 7 laki-laki. Selain itu, 14 orang diduga pelaku merupakan 8 dosen, 3 pegawai, 2 mahasiswa dan 1 alumnus.
Liputan ini pun berbuntut dengan dipukulnya 2 anggota LPM Lintas yang terlibat dalam proyek Liputan Khusus “IAIN Ambon Rawan Pelecehan” dengan 2 orang yang tak dikenal. Selain itu majalah ini juga menjadi alasan dibredelnya dan pembekuan LPM Lintas oleh pihak rektorat IAIN Ambon melalui Surat Keputusan Rektor IAIN Ambon Nomor 92 Tahun 2022.
“Masyarakat Indonesia mengalami penyempitan ruang kebebasan berekspresi, terancamnya hak-hak menyuarakan kebenaran, isu kemanusiaan di Papua, serta masalah ketidak adilan sosial lainnya. Hukum seharusnya bukan sekedar aturan, tetapi juga sebagai instrumen untuk mendukung membuka bukti pada kebijakan dan sistem yang tidak berpihak pada kesejahteraan rakyat yang berkeadilan,” jelasnya.
Oleh karena itu, anak-anak muda di Kalbar mewakili individu, komunitas dan organisasi yang tergabung dalam Aksi Kamisan Pontianak melakukan aksi damai dan menyatakan sikap sebagai berikut:
Adalah Ikram Hasrul, yang turut membersamai aksi solidaritas tersebut menyebutkan bahwa kehadiran aksi solidaritas tersebut membuktikan masih adanya orang-orang yang perduli tentang eskalasi perjuangan. Ia berharap, tuntutan yang dilayangkan dapat didengarkan oleh pemerintahan.
“Semoga saja aksi ini bisa jadi nafas perjuangan agar tetap berhembus, pastinya tetap merawat eskalasi perjuangan. Semoga apa yang kita perjuangkan pada hari ini meskipun tidak berdampak cukup besar setidaknya suara kita itu didengar,” pungkas nya.
Reporter : Vanessa, Mira
Penulis : Vanessa, Mira, Widya, Diva, Angga
Editor : Monic