“Widya Castrena Dharma Sidha” itulah kata-kata yang sering diucapkan oleh Corps Baret Ungu Resimen Mahasiswa saat hendak memulai kalimat pembicaraan atau membuka rapat kepada anggota Resimen Mahasiswa oleh pemberi arahan. Widya Castrena Dharma Sidha sendiri mengandung arti yaitu “Menyempurnakan Pengabdian/Kewajiban Dengan Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Keprajuritan”.
Sering orang beranggapan resimen mahasiswa itu tentaranya mahasiswa. Yang dilihat dari pakaian dan atribut yang digunakan. Anggapan itu ternyata ada benarnya juga karena memang resimen mahasiswa itu basicnya militer.
Disela-sela kesibukan mengikuti pelajaran di kampus, resimen mahasiswa (Menwa) memiliki tanggungjawab lainnya seperti mewujudkan hak dan kewajiban warga negara dalam bela negara di ruang lingkup kampus atau Universitas. Seperti halnya yang di lakukan oleh Joli Tonius, mahasiswa Fakultas Mipa Programstudi Kimia angkatan 2011 ini mengaku menjadi anggota Menwa mempunyai kebanggaan tersendiri baginya. Menurutnya resimen mahasiwa merupakan salah satu wadah untuk mendapatkan pengalaman dalam hal kemiliteran. Ia juga menuturkan salah satu organisasi mahasiswa yang ada unsur militernya hanya ada di Menwa dan hal itu juga ia terapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan kampus maupun di lingkungan Menwa itu sendiri.
Didikan keras dari para senior tak menyurutkan semangatnya dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan. Hal tersebut dilakukannya untuk melatih diri agar menjadi seorang anggota Menwa sejati, tambah Joli Tonius. ”Walaupun satu-satunya anggota yang berasal dari etnis Teong Hua saya sudah tak sungkan lagi bergaul dengan sesama anggota yang berbeda etnis, karena dalam lingkup keluarga besar Menwa itu multikulturalismenya tinggi, tanpa membeda-bedakan suku, etnis, maupun agama”, tambahnya.
Hal senada juga disampaikan oleh seorang anggota Resimen putri, Seselia Juniarti. Mahasiswi semester 6 (enam) Fakultas Hukum Untan ini mengaku, menjadi anggota Menwa tidaklah mudah, harus menempuh berbagai hal dan rintangan, tuturnya. “Salah satunya adalah mengikuti latihan fisik yang begitu keras layaknya militer. Suka dan duka pun terasa selama menjadi anggota Resimen Mahasiswa. Namun semua itu tetap saya jalani untuk membina dan melatih diri untuk menjadi seorang yang disiplin dan berkepribadian keras tetapi tetap menjujung nilai-nilai estetika dalam kehidupan sehari-hari”, ujar Selselia.
Mahasiswi yang juga menjabat sebagai bendahara di Menwa itu mengatakan, dalam menjalankan tugas misalnya untuk menjaga keamanan pada kegiatan dilingkungan kampus harus selalu siap siaga, hal tersebut dilakukan agar kondisi tetap kondusif. “Kewajiban sebagai anggota resimen mahasiswa hal yang harus diutamakan adalah tindakan disiplin dan patuh pada aturan yang berlaku didalam lingkup resimen mahasiswa. Hal itu juga dapat diterapkan dalam lingkungan sehari-hari, baik di lingkungan kampus, masyarakat maupun dalam lingkungan Menwa itu sendiri. Selama bertugas setiap anggota harus menjaga sikap, selalu siap dan tetap menjunjung nilai-nilai estetika yang ditanamkan terhadap diri anggota resimen mahasiswa” ujar Selselia. Selselia menambahkan, menjadi anggota Menwa membuatnya lebih percaya diri dan tak sungkan untuk bergaul baik dengan kalangan atas seperti orang –orang penting maupun sesama mahasiswa.
“Organisasi Menwa berbeda dengan organisasi mahasiswa pada umumnya. Gaya kemiliterannya sangat kental dengan rambut cepak (cowok) dan tomboy (cewek) juga dibarengi pakaian dinas hijau dengan sepatu tentara. Selain itu Menwa juga mengenakan baret ungu di kepala yang merupakan baret kebanggaannya. Menwa menggunakan sistem komando. Sistem komando adalah sistem yang mengandalkan seorang pimpinan yang sudah menjadi orang kepercayaan dari para anggotanya yaitu Komandan. Menwa dipimpin oleh seorang komandan dan dibantu oleh wakil komandan yang terpilih selama periode satu tahun”, ungkap Selselia lagi. [Bernada]