Tak banyak yang dapat diceritakan. Selain anak laki-laki bertubuh gempal bernama Amru. Ia teramat disenangi akibat kepribadiannya yang banyak dirindukan. Kemampuannya menganalisa sebuah persoalan merupakan cerminan tak selamanya dunia dipenuhi orang yang merusak.
…
Amru diminta Bunda untuk berbelanja gula dan garam. Letak warung komplek tidaklah jauh untuk seorang anak yang bersepeda. Amru mengerti inilah suatu kewajibannya kepada sang Bunda. Karena Amru juga paham, Bunda hanya seorang diri dalam mendidik serta menghidupi Amru. Ayah sudah lama berpulang dan Amru tahu, sudah saatnya ia menggantikan Ayah sebagai pendamping hidup sang Bunda.
…
Perjalanan Amru menuju warung gula dan garam tiba-tiba terasa begitu menegangkan. Suara tangisan wanita seketika membuat Amru menghentikan perjalanannya yang sedikit lagi sampai pada tujuan. Seorang pria seusia pak guru muncul dibalik rumah dengan wajah yang begitu menyeramkan. Langkah pria di hadapan Amru begitu besar dan sangat menakutkan. Amru berpikir, mungkin saja pria ini tersangka dan wanita yang sedang menangis tersebut adalah seorang korban tindak kekerasan.
Setelah pria menyeramkan tersebut pergi dengan sebuah mobil merah, Amru memutuskan untuk melihat keadaan wanita yang sedang menangis di dalam rumah. Dengan dibuka salam dan ketukan pintu beberapa kali, Amru memberanikan diri untuk menuju ke sumber suara tangisan sang wanita. Amru kebingungan, yang ia temui berikutnya justru seorang wanita muda berwajah cantik seperti Bunda. Lalu, timbul di benak Amru siapa pria yang menyeramkan tadi.
Wanita muda masih asik menangis dan Amru tampaknya masih terdiam kebingungan menghadapi sang wanita muda. Tentu ini adalah kali pertama Amru melihat seseorang terisak dengan begitu mengena hatinya. “Kakak jangan menangis.” Amru kesulitan untuk menenangkan wanita muda. Ia masih terlalu kecil untuk tahu urusan orang-orang yang mengaku telah dewasa.
Baca Juga: Kecemburuanku
“Kamu Kenapa anak kecil sepertimu ada disini?” Tangisan wanita mereda melihat keberadaan Amru yang telah sampai di kamar sang wanita. Wanita muda tampak menutupi sebagian wajahnya yang terlihat sedikit membengkak.
“Tadi Amru dengar ada yang menangis. Kata Bunda, kalau ada yang menangis harus dihibur.” Polos Amru menanggapi pertanyaan si Wanita muda. Wanita muda hanya mampu memperlihatkan senyumnya yang terlihat menyedihkan.
“Lebih baik kamu pulang, Sayang. Bunda pasti akan mencari.” Jelas Wanita muda agar Amru segera beranjak. Ia merasa, seorang anak kecil tahu apa soal menghibur orang dewasa.
“Benar, Amru sampai lupa membelikan Bunda gula dan garam hehehe. Pamit ya kak, nanti Amru datang lagi. Kakak mau es krim Amru punya banyak es krim di rumah.”
“Boleh kalau begitu. Kakak pesan 1, rasa cokelat.”
“Oke, es krim 2 rasa cokelat, siap diantar.”
“Satu Amru, bukan dua,” Wanita muda jelas dibuat gemas oleh Amru yang tampak begitu menyenangkan.
“Satu untuk kakak, satu untuk Amru maksudnya hehehe.”
“Hahaha.” Mereka tertawa bersama, melupakan bahwa detik sebelumnya wanita muda sedang sangat berduka dan Amru sedang dicari Bunda sejak kepergiannya menemui sang wanita yang baru saja dikenalinya.
…
“Bunda, Amru pulang!”
Bunda yang sedari tadi telah menunggu kedatangan Amru segera menemui. Dengan membawa segelas air putih dan sekaleng kue kesukaan Amru, Bunda duduk bersama Amru di ruang keluarga.
“Kenapa lama Bunda khawatir?”
“Kenapa harus khawatir Kan, Amru sudah terbiasa ke warung Bun?”
“Iya, Bunda khawatir kamu diculik orang jahat.”
Mendengar sebutan orang jahat, Amru kembali mengingat wanita muda yang ia temui sebelum berbelanja. Amru melupakan sesuatu dari wanita muda tersebut, yakni sebuah nama. Amru lupa bertanya nama wanita muda dan dengan keyakinan sepenuh hati, Amru akan kembali berkunjung besok atau lusa dengan sebuah es krim pesanan teman barunya tersebut
“Bunda, Amru mau cerita…”
Satu kalimat Amru membuka kisah yang ia alami beberapa saat yang lalu. Bahkan, tanpa diminta Bunda pun, Amru menjelaskan keadaan sang wanita dan rumahnya dengan begitu jelas. Sang Bunda sesekali dibuat terkejut dengan apa yang telah dialami sang anak. Namun, Bunda tetap mendengarkan tanpa sedikitpun mencela cerita Amru.
Baca Juga: Harapan Dalam Impian
Hingga pada akhir cerita Amru, Bunda tak dapat menyimpulkan maksud tindakan Amru menghibur wanita asing. Setahu Bunda, wanita muda yang tinggal berdekatan dengan warung adalah rumah kecil milik perempuan nakal yang telah lama menjadi buah bibir ibu-ibu arisan. Dengan perasaan dilema antara bangga atau khawatir, Bunda mencoba menjelaskan letak kesalahan Amru yang terlalu berani mengambil sebuah resiko. Perlahan namun pasti dan tanpa melukai perasaan si Amru kecil, Bunda memberikan banyak nasihat yang terus membuat Amru ingin mengungkapkan banyak hal, tapi enggan ia bicarakan. Amru memilih diam dan menanyai 1 pertanyaan di akhir pembicaraannya bersama Bunda.
“Terus, kenapa Amru harus berhati-hati dengan kakak Amru yakin kakak itu baik?”
Bunda menatap Amru dengan kecewa. Bunda mengerti Amru pasti tidak akan menerima penjelasan yang mengatakan bahwa seseorang itu harus dijauhi karena perbuatan buruknya. Amru juga pasti telah memiliki keyakinan yang juga Bunda telah ajarkan, bahwa semua manusia adalah sama di mata Tuhan dan hanya ketakwaan yang mampu menciptakan perbedaan derajat dari manusia itu sendiri.
Namun, Amru tidak melanjutkan. Amru tetap pada keputusan awal untuk menghibur wanita muda. Karena 1 keyakinan Amru, bahwa yang sebenarnya adalah wanita itu membutuhkan perlindungan bukan pertentangan. Baiklah, apakah sesuatu yang pantas untuk anak seusia Amru berpikir terlalu jauh.
Baca Juga: Harapan Dalam Impian [Bagian 2]
…
Keesokan sorenya, Amru memberanikan diri untuk mendatangi rumah sang wanita muda. Kini keadaan rumah begitu sepi dan seperti tak berpenghuni. Namun, berkat janji Amru untuk menghadiahkan sebuah es krim cokelat kepada wanita muda, Amru enggan untuk segera pulang.
“Assalamualaikum!” Pekik Amru memenuhi satu rumah berkali-kali. Tak ada jawaban,
“Waalaikumsalam. Amru kenapa ada disini?” Suara Pak RT mengagetkan Amru dari belakang seketika. Pak RT pun dibuat kaget oleh Amru yang tiba-tiba saja berada di rumah Diana, nama sang wanita muda.
“Mau cari kakak yang tinggal disini, Pak.”
“Kakak yang tinggal disini Apa yang Amru maksud itu Diana?”
“Diana?”
“Iya, Diana yang rambutnya sebahu, berkulit putih, dan bertubuh tinggi.”
“Eh, iya benar. Kak Diana.”
Pak RT kembali dibuat kebingungan oleh Amru. Ketika seluruh penduduk perumahan memutuskan untuk menjauhi Diana. Amru justru dengan senang hati mencarinya. Ya, memang benar. Seluruh penduduk tentu tak ingin berurusan dengan bekas PSK kelas kakap seperti Diana. Namun, untuk menerima keberadaan Diana tetap masih sulit dilakukan oleh sekelompok penduduk di daerah ini.
“Mari, Amru. Saya antarkan pulang.”
…
Keadaan rumah Amru menjelang matahari terbenam selalu dipenuhi oleh ibu-ibu komplek. Kata Bunda, itu adalah cara ibu-ibu bercengkerama sambil melihat anak-anaknya bermain di sore hari. Sehingga, pada sore hari ini, seluruh ibu-ibu menyambut kedatangan Amru bersama pak RT dengan wajah yang kebingungan.
“Amru! Loh ada apa ya pak RT?” Bunda terlihat terkejut kedatangan Amru bersama pak RT. Terlebih dengan wajah Amru yang sedang bersedih
“Maaf, Bu Aisyah. Amru baik-baik saja. Saya hanya mengantarnya pulang. Tadi saya menemui Amru sedang berada di depan rumah Diana.”
Ibu-ibu tampak berbisik. Amru yang tak mengerti hanya memasang wajah polosnya dan Bunda sedang menahan seluruh amarah. Salah satu ibu bertubuh tambun menanyai banyak hal kepada Amru tentang wanita muda yang kini Amru tahu bernama Diana. Seluruh pasang mata seperti mengatakan bahwa Amru sedang dalam bahaya. Pak RT yang sedari tadi mengamati Amru, tak bisa membayangkan bila akhir pembicaraan ini mengatakan bahwa Amru telah menjadi korban.
“Syukurlah jika Amru baik-baik saja. Untung saja, si Diana itu tidak merusak Amru.”
“Maksud Tante?”
Bunda yang sejak lama terdiam akhirnya bersuara. Bunda mengatakan lebih jelas siapa Diana dan alasan yang tepat Diana patut dijauhi. Amru yang sedikit demi sedikit memahami kemudian tak menerima seluruh alasan yang diberikan Bunda dan Ibu-ibu lainnya. Sangat tak masuk akal pikir Amru untuk menentukan Diana adalah salah satu manusia yang patut dijauhi manusia lainnya.
“Maaf jika Amru lancang, Bunda. Tapi bukankah pernah Bunda mengatakan seluruh manusia itu sama? Kak Diana kan juga sama seperti kita, sama-sama manusia. Kenapa sekarang Bunda bilang kak Diana nanti masuk neraka? Bunda tahu darimana? Dibisikin Tuhan?”
Semua yang hadir pada pembicaraan tersebut dibuat terhenyak dengan singkatnya jawaban Amru. Bunda tak berkutik dan benar, bukanlah kuasanya untuk menentukan surga atau neraka seseorang tersebut. Ia hanya manusia biasa yang sama seperti Diana. Tak punya keahlian untuk melihat ketakwaan seseorang.
Melihat keadaan sekitar yang masih tercengang membuat Amru memeluk erat sang Bunda. Ia tidak tahu bahwa kalimatnya yang barusan mungkin melukai banyak orang. Namun, Bunda tersenyum. Bunda tak akan pernah menyangka sesosok Amru kecil yang justru menyadarkan. Bunda mengeratkan pelukan pada Amru dan semua warga tersenyum mengakui kesalahan.
“Amru, kamu benar, Nak. Bunda lupa bahwa kita disini semua sama di mata Sang Pencipta.” Mata bunda kini penuh bulir air mata terharu atas jawaban Amru yang sangat mengenai hatinya. Ibu-ibu dan pak RT pamit undur diri setelah jawaban Amru berhasil menyadarkan 1 hal yang kini telah banyak dilupakan orang kebanyakan : Bukanlah suatu kehendak kita sebagai manusia biasa untuk menjatuhkan manusia lainnya. Hanya Tuhan dan kita semua bukanlah Tuhan yang berhak menentukan neraka atau surganya seseorang nantinya, termasuk Diana.
Penulis : Rahma Ning Tyas