Selalu jatuh hati pada tiap-tiap karya Dee Lestari. Mulai dari Perahu Kertas, Supernova (KPBJ, Akar, Petir, Partikel, Gelombang, Intelegensi Embun Pagi). Hingga akhirnya sembari mengisi liburan semester perkuliahan kali ini saya kembali membaca karya terbarunya, Aroma Karsa.
Sebuah novel epik yang menggabungkan berbagai unsur sebagai kontruksi dalam ceritanya. Petualangan, misteri, mitologi, epigrafi, keluarga, persahabatan, percintaan yang semua digarap dalam proses kreatif yang panjang.
Buku Aroma Karsa merupakan buah karya ke-12 yang menurutnya merupakan titik kulminasi dari karya-karya sebelumnya. Membacai bukunya seperti belajar berkenalan dengan berbagai istilah baru yang belum pernah saya temui. Molekuler dunia perwangian yang sungguh tidak awam didengar, dan banyak hal lainnya yang berkaitan dengan ‘aroma’. Ya di situlah saya merasa bahwa Mbak Dee begitu detail menyoroti indra penciuman dalam pembahasan cerita di buku ini.
“Satu hari pada masa kecil, saat hujan baru usai, aroma unik tercium di udara. Saya terpukau, dan lantas menghirupnya dalam-dalam. Setelah dewasa saya tahu aroma itu bernama petrikor. Dunia aroma selalu menarik perhatian saya. Setiap saya bertemu tanaman, makanan, dan objek lain yang menarik, selalu ada kecendrungan untuk berhenti dan membauinya sejenak. Sadar atau tidak, kita semua memiliki insting yang sama. Sebagai indra yang kali pertama terbentuk pada janin, aromalah jendela pertama kita memahami dunia”. Tulis Dee sebagai pesan di balik garapan Aroma Karsa.
Baca Juga: Keluarga Cemara: Film Penguras Air Mata
Kehadiran sang tokoh utama, Jati Wesi yang tangguh dan hebat dalam dunia penciumannnya seakan membawa pembaca membayangkan kalau betulan ada manusia berhidung secanggih. Jati rasanya hebat sekali. Tumbuh besar di TPA Bantar Gerbang membuatnya lebih sering membaui berbagai macam sampah pembuangan. Bahkan Jati pernah membantu kepolisian dalam pencarian mayat di tumpukan gunung sampah berkat hidung tikusnya itu.
Hidupnya tidak mudah, ia punya empat pekerjaan dalam kesehariannya yakni sebagai pengurus taman di tujuh rumah mentereng di kompleks Graha Royal Bekasi, pegawai pabrik kompos di TPA Bantar Gerbang, pegawai Nurdin Suroso di lapak tanaman hias, dan pegawai Khail Batarfi di toko parfum Attarwalla. Yang lebih menyedihkan, hampir seluruh penghasilannya diberikan kepada Nurdin. Seakan-akan uang di dompetnya hanya singgah, tanpa mau menetap. Jadi sebal dengan Nurdin.
Lalu kemudian ada sebuah insiden yang membawa Jati terlibat dengan keluarga Raras Prayagung. Tak hanya bekerja untuk perusahaan parfumnya, Jati juga diperkerjakan untuk menjawab obsesi Raras Prayagung mencari tanaman mitos, Puspa Karsa yang selalu menjadi cerita dongeng neneknya bernama Janirah.
Puspa Karsa adalah tanaman yang tumbuh di tempat rahasia dan hanya bisa diidentifikasi lewat kekuatan aroma. Lebih jauh, Jati juga dipertemukan dengan Tanaya Suma anak dari Raras Prayagung yang memiliki kesamaan dengannya yakni kemampuan mengenal aroma. Di situlah perjalanan pencarian Puspa Karsa menjadi semakin penuh misteri. Hingga yang begitu menggelitik di sela-seal membaca saya sibuk bertanya pada diri sendiri, apakah Puspa Karsa betulan ada di dunia nyata?
Ah, membaca buku Aroma Karsa agaknya seperti menyaksikan begitu berbahayanya ambisi yang seakan dapat menggulung kewarasan seorang Raras Prayagung. Melihat kerasnya hati seorang Tanaya Suma yang pada akhirnya bisa dilunakkan berkat kebaikan hati Jati Wesi. Semua yang terlibat, seolah ikut dijerumuskan masuk dalam obsesi Raras Prayagung dengan berbagai iming-iming yang melenakan.
Yang lebih menakjubkan saya seperti ikut membayangkan keadaan sesungguhnya di Gunung Lawu, TPA Bantar Gerbang, Dwarapala, mitos-mitos Puspa Karsa, dan tentu lagi-lagi semua aroma yang dirasa oleh Jati Wesi, juga Tanaya Suma. Kekuatan indrawi, sangat menyenangkan sekali dan tak pernah terbayangkan.
Sungguh, fakta, mitos, legenda, imajinasi seolah menjadi saru berkat keindahan kata yang tertuangkan. Ini pasti berangkat dari riset-riset ala Mbak Dee yang tidak bisa diragukan lagi. Detail dan memikat, seperti parfum Kangga. Sampai rasanya ada begitu banyak yang tak terlihat, tak terfikirkan, hingga tidak ditebak jalan ceritanya berhasil Mbak Dee sajikan dalam novel ini. Apalagi ketika akhir cerita harus berisikan pertanyaan yang mesti kita pecahkan sendiri jawabannya. Ah, rasanya ingin menuntut Dee meneruskan Aroma Karsa episode selanjutnya.
Terlepas dari itu semua saya ucapkan terimakasih untuk Mbak Dee yang selalu menghadirkan karya-karya menakjubkannya. Untuk setiap kesan-kesan manis setelah tamatkan ceritanya, rasanya saya belum move on juga dan nagih ingin baca lagi. Sebuah mahakarya yang sangat baik dihadiahi pada diri.
Aroma Karsa buat saya bukan novel biasa.
Penulis : Sekar A.M.