Ayah, berpura-pura kuat itu melelahkan,
Aku merindukan hangatnya pelukanmu.
Ingin ku kembali ke dunia kecilku,
Di mana setiap langkahmu adalah perjuangan untuk bahagiaku.
Ayah, aku berlari kencang menuju dirimu, tanpa sadar kakiku terluka,
dunia ini terasa begitu berisik dan asing,
kenapa aku tak bisa menemukanmu?
terperangkap dalam gelap, berharap secercah cahaya yang tak kunjung datang.
Sungguh menyesakkan menunggu Ayah di depan pintu tua ini
Dikala hujan turun, entah ia tertawakan aku, atau menangis bersama kesedihanku?
Ayah, aku ingin mendengar suaramu lagi
Ayah, bisakah kau hidup lebih lama, agar aku bisa merasakan hadirmu lebih lama?
Ayah, aku tak ingin melangkah lebih jauh lagi,
Bisakah aku menemui jejakmu di sini, dalam kesepian?
Meringkuk kedinginan, menatap bintang yang begitu jauh untuk kugapai,
Sambil bertanya, mengapa dunia begitu kejam padamu?
Cinta yang kau titipkan pada gadis kecil ini,
Kini seakan menuntunmu untuk menyerah pada takdir.
Ayah, katakan padaku, katakan pada dunia,
Aku akan selalu ada untuk membelamu.
Kita tak bisa diam saja, Ayah.
Ayah bisakah kau hidup lebih lama?
apakah ini kesempatan terakhirku untuk melihatmu ayah?
Pegang erat tanganku, mari kita terbang bersama,
Mencari sisi dunia yang adil, tempat kita bisa bernapas bebas.
Secercah cahaya tampak, namun belenggu yang mengikat tubuhku begitu kuat.
Ayah apakah kau bisa pulang?
Aku ingat saat kau mengatakan kepadaku
ingat hari ini dan ayah.
Bagaimana dengan hari esoknya ayah?
Ayah, jujur saja, aku tak memerlukan apa pun selain dirimu,
Aku hanya ingin kau pulang, kembali ke rumah kita,
Menyantap makanan buatan ibu, merasakan kehangatan itu lagi.
Kehangatan yang tak bisa diriku dapatkan di keluarga manapun
Dulu aku begitu polos, tak mengerti mengapa orang-orang menangis di sekitarku.
Kini aku mengerti,
ternyata benar, kau telah pulang.
Pulang yang begitu jauh, hingga aku berhitung ratusan kali berharap kau kembali.
Pada akhirnya, yang terucap hanyalah selamat jalan, Ayah.
Penulis: Sofia