mimbaruntan.com, Untan – Bank Sampah yang berlokasi di Jl. Petani Gang Berkat Usaha, RT 01/RW 38, Kelurahan Sui Jawi, Pontianak, Kalimantan Barat, telah berdiri sejak 29 Maret 2018. Inisiatif yang digagas oleh Muhayati ini bertujuan untuk mengubah sampah menjadi sumber nilai ekonomi. Tidak hanya berfokus pada pengelolaan sampah rumah tangga, Bank Sampah ini juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar, terutama bagi ibu rumah tangga yang aktif terlibat dalam program-programnya.
Latar belakang terbentuknya Program Bank Sampah ini bermula ketika Muhayati ditunjuk sebagai koordinator dalam Program Adiwiyata di SDN 34 Kota Pontianak.
“Awalnya, saya memiliki usaha kantin di SDN 34 Pontianak. Ketika sekolah ini ditunjuk sebagai Sekolah Adiwiyata, yaitu sekolah yang berbudaya lingkungan, saya diberi tanggung jawab sebagai salah satu koordinatornya. Dari situ, saya mulai tertarik untuk bergerak di bidang lingkungan,” ujar Muhayati, perintis Program Bank Sampah.
Program ini tidak hanya menjadi solusi lingkungan, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat. Dengan menabung sampah, warga dapat menukarnya dengan uang yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan sehari-hari. Salah seorang warga, Uswatun Hasanah, menyampaikan pengalamannya yang positif selama mengikuti program ini.
“Selama dua tahun menabung di Bank Sampah, saya tidak hanya membantu menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga mendapatkan tambahan penghasilan. Uang yang saya kumpulkan bisa diambil kapan saja saat operasional Bank Sampah, yaitu dari Senin hingga Jumat,” ungkap Uswatun.
Tak hanya memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat, Bank Sampah ini juga membantu mengembangkan kreativitas dan membuka peluang kerja baru, khususnya bagi ibu rumah tangga di sekitar wilayah tersebut. Hasil penjualan kerajinan dari sampah tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan operasional Bank Sampah, tetapi juga digunakan untuk memberikan imbalan kepada masyarakat yang berpartisipasi.
Uswatun, selaku Admin Bank Sampah Pontianak, menjelaskan bahwa program ini telah berjalan dengan baik selama enam tahun terakhir. Ia menegaskan bahwa ibu rumah tangga yang terlibat tidak hanya memperoleh penghasilan tambahan, tetapi juga berkontribusi pada upaya menjaga kebersihan lingkungan.
“Lingkungan tempat tinggal kami menjadi lebih bersih dan nyaman. Selain itu, kami juga mendapatkan penghasilan tambahan dari program ini,” jelas Uswatun.
Perkembangan Program Bank Sampah ini tidak terlepas dari dukungan pemerintah setempat. Berbagai bentuk bantuan diberikan, seperti mesin pemilah sampah, hingga upaya pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan potensi desa.
“Bantuan dari Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Sosial, Dinas Kehutanan, dan Dinas Pertanian mencakup bibit tanaman, tanah, sekam, hingga benih ikan lele. Harapannya, masyarakat dapat semakin produktif dan mandiri,” tambah Uswatun.
Dengan dukungan yang terus mengalir, Bank Sampah ini diharapkan mampu menjadi model pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan yang berkelanjutan.
Selain itu, Uswatun juga menekankan pentingnya kerja sama antara masyarakat dan pemerintah dalam mengembangkan program Bank Sampah. Dengan berbagai penghargaan yang telah diraih selama enam tahun terakhir, Uswatun menyampaikan bahwa dedikasi dan kerja keras masyarakat memainkan peran kunci dalam keberhasilan program ini.
“Bank Sampah bukan hanya ladang usaha, tetapi juga menjadi tempat bagi masyarakat untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuan mereka,” tambahnya.
Bank Sampah ini juga berfungsi sebagai wadah bagi warga untuk mengasah keterampilan dalam mengolah sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi. Produk kerajinan hasil olahan sampah tidak hanya dijual di pasar lokal, tetapi juga dipamerkan dalam berbagai kegiatan pemerintah kota, seperti di UKM Centre.
Sebagai penutup, Uswatun menyampaikan harapannya agar masyarakat lain dapat bersama-sama meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Ia menambahkan bahwa meskipun keuntungan ekonomi merupakan aspek positif dari Bank Sampah, kesadaran terhadap kebersihan lingkungan tetap menjadi tujuan utama.
“Kesadaran itu yang paling penting. Meskipun Bank Sampah sudah ada, masih banyak masyarakat yang belum memahami betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Mari kita bersama-sama membuka mata dan hati, karena kebersihan itu yang utama. Keuntungan hanyalah bonus dari usaha kita,” pungkas Uswatun.
Penulis: Ridya, Rico
Editor: Uis