Bergerak seperti Achatina sp., berfikir seperti Python reticulatus saat menangkap santapannya. Mempunyai tubuh seperti bangsa insecta namun mempunyai wawasan bak Elphas maximus. Aurumy. Emas. Itulah panggilanku selama 18 tahun ini. Menempuh pendidikan di Universitas terkenal disalah satu daerah di Kalimantan Barat dan baru saja mendapatkan gelar terbaru, yaitu mahasiswa. Senangnya bukan kepalang, apalagi aku diterima di Universitas ini dengan jalur undangan dan lebih beruntungnya lagi aku masuk di Fakultas MIPA jurusan Biologi, ini merupakan pelajaran yang telah aku senangi dari sekolah menengah. Seperti yang kutuliskan diawal aku mempunyai gerak yang cukup lamban dan berfikir seperti ular saat menangkap mangsanya,kenapa? saat aku berjalan dengan lamban aku melihat kesekelilingku menikmati ciptaanNya—Tuhan—dan berfikir cepat saat menemukan segala kejanggalan yang dilakukan bangsaku—Manusia—yang telah merusak ciptaanNya, apa yang sedang mereka fikirkan saat merusaknya? Tidakkah mereka memikirkan penyebab dari segala tingkah laku mereka yang dapat merugikan orang lain bahkan keluarganya sendiripun bisa terkena dampaknya.Sudahi segala penjelasan tentang diriku, sekarang kembali ke topik awal yaitu masa perkuliahan.
Masa perkuliahanku diawali dengan kegiatan Martikulasi. Martikulasi adalah sebuah program penyetaraan ilmu atau pengenalan kampus yang biasanya didapat oleh mahasiswa baru. Disinilah aku bertemu dengan teman-teman seperjuanganku dan disini pula aku dan yang lainnya berkenalan satu sama lain. Saat masuk ke kelas hal yang aku khawatirkan adalah adakah di antara mereka yang mau berteman denganku?, dalam satu jam saja aku menemukan jawabannya. Ada. Sangat bersyukur aku bisa diterima dilingkungan yang baru ini. Selama tiga hari kegiatan martikulasi ,aku dan lainnya tambah dekat bahkan hal yang tak diduga aku mendapatkan teman dekat,dalam artian teman yang lebih sering berbagi cerita.
Hari demi hari terus berlalu dan kenangan aku di kampus ini terus bertambah, aku berjalan sendiri sambil menikmati pemandangan hijau dihadapanku.
“UMYYYY….” seketika pemilik suara mendekapku dari belakang, “Kangen myyy…” sambungnya. Dia adalah Tania. Homo sapiens pertama yang aku kenal dan berjalan dibelakangnya Dita,Rio dan Arvin.
“Baru juga tadi malam ketemuan tadi kemarin malam..”ucap Rio sambil mengejek Tania, sedangkan Tania membalas dengan pandangan sinisnya.
“Gila.. itu mata atau apa? Seramnya bukan main..” sahut Arvin. Dan seketika Tania mencubit Rio dan Arvin secara bersamaan
“ENAKKKAANNN????” ucapnya. Sedangkan aku dan Dita hanya tertawa melihat tingkah laku mereka. Kami sejak martikulasi sering bertukar bercerita dan jajan dikantin bersama bahkan selama perkuliahan berlangsung kami sering bertemu, belajar bersama bahkan mengerjakan tugas bersama dan menyiapkan perlengkapan Penerimaan Mahasiswa Baru bersama-sama sungguh kenangan yang tak terlupakan. Kami memiliki kisah hidup yang berbeda-beda, ada yang merantau, ada yang tinggal di Kota Pontianak namun orang tuanya jauh darinya, dan kisah hidup mereka lainnya yang tak bisa dijelaskan secara rinci. Aku menyebutnya—Kami— penuh warna.
“Pulang pada kemana kalian? Aku bosan nih di kost.” Ucap Dita.
“Ke rumah aku aja belajar.” Jawab Rio
“Yakin nggak makan?.” Ucapku.
“Nanya lagi, di rumah sudah aku siapkan mie instant tenang aja.” Balas Rio. Ya Rio memang tinggal di Kota Pontianak tapi orang tuanya sering keluar kota karena ada panggilan tugas berbeda denganku tinggal di Kota Potianak namun orang tuaku berada di daerah pedalaman yang membutuhkan waktu enam jam untuk sampai kesana dan biasanya pulang kesini saat liburan atau tiga bulan sekali, aku disini tinggal bersama bibiku serta kakakku.
“Tumben baik?.” Ucap Tania
“Jahat salah, baik salah. Mau kamu apa sih Tan?.” Ucapnya dengan nada gurauan.
“Hahaha… bercanda aja kali,” Jawab Tania “Ayo ke rumah Io!!!” ucapnya lagi dengan penuh semangat.
“AYO!!” Ucap kami berlima, kecuali Dita.
“Dit kamu kenapa?.” tanya Arvin.
“Nanti saja aku jelaskan vin.” Jawab Dita dengan lesu.
“Okelah Dit.” Sahut Arvin. Dita mempunyai cerita hidup yang berbeda di antara kami yaitu anak rantauan yang memilih jalan hidupnya sendiri karena kedua orangtuanya tidak tahu keberadaan mereka sekarang dimana, jadi sejak kecil Dita hidup bersama nenek dan bibinya di pulau Sumatera dan Jawa. Dahulu bibinya menyarankan Dita untuk masuk Universitas terbaik di kotanya tinggal pada saat itu, namun sang nenek menyarankan hal serupa masuk Universitas di Sumatera dengan alasan untuk menemani nenek , namun Dita memilih untuk menentukan jalan hidupnya sendiri dengan berkuliah di sini. Pontianak.
***
“Alhamdulillah kenyang juga..” sahut Tania.
“Iya Alhamdulilah kenyang, gratis lagi hahaha..” jawabku “Eh Dit, diam aja ada masalah apa?, cerita aja.” Sambungku.
“Iya Dit, kayak baru kenal kita berapa hari saja..” sambung Arvin.
“Jadi gini, baru saja nenekku kemarin menghubungi menyuruhku menetap saja disana bersamanya dan sekarang giliran bibi membicarakan hal yang sama, aku tak tau harus bagaimana. Aku juga ingin membalas budi mereka karena telah mengasuhku dari kecil hingga besar walaupun tak sepenuhnya masa kecilku bersama nenek, itulah yang aku pikirkan sekarang dan belum lagi masalah ekonomi yang aku milliki sekarang. Biasanya bibi atau nenek mengirimkan sebulan sekali secara bergantian. Aku tak tau harus melakukan apa sekarang.” Ucap Dita.
“Kalau masalah ekonomi aku yakin, kita mempunyai hal yang serupa. Kalau untuk masalah tempat tinggal, aku menyarankan kamu sebaiknya menetap disini saja. Karena jika kamu memilih satu diantara mereka pasti salah satunya akan menimbulkan perasaan yang tidak kamu inginkan seperti jengkel, kesal, marah, dan lainya. Jadi sekarang tugasmu hubungi mereka berdua bilang ‘aku menetap disini saja, aku sudah beranjak dewasa jadi aku pasti akan menjaga diriku sendiri dan tak akan melakukan apapun yang dapat merugikan diriku sendiri bahkan orang lain, aku berjanji’, aku yakin mereka akan percaya pada kamu.” Sahutku, seketika air mata Dita mengalir,lantas aku langsung memeluknya dan Tania juga mengikuti.
“Aku tau ini berat bagi kamu Dituntuk memilih karena merekalah yang telah mengasuhmu dari kecil walaupun bergantian namun menurutku kamu memilih jalan yang tepat selain mengambil keputusan sendiri kamu juga dapat hidup mandiri disini. Dan tenang saja kami akan selalu menjagamu.” Arvin berkata.
“Iya kami akan selalu menjagamu. Selalu.” Sambung Rio. Sambil menghelus kepala Dita.
“Terima kasih teman temanku. Aku sangat menyanyagi kalian semua. Aku akan segera menghubungi bibi dan nenekku.” Ucap Dita sambil terisak. Dita kecil pada awalnya hidup di daerah Jawa bersama bibinya, namun karena kesibukan bibinya,Dita kecil dipindahkan ke Sumatera dan tinggal bersama neneknya.
“Itulah gunanya teman saling membantu satu sama lain jika terjadi masalah teman bisa membantu mencari jalan keluarnya.” Ucap Tania.
“Iya, Dit. Masalah datang pasti mempunyai solusi untuk menyelesaikannya, jadi jika kalian ada masalah jangan sungkan sungkan untuk cerita ke kita ya.” ucapku sambil melihat mereka
“Oke, siap. “ jawab mereka.
“Aku juga mau cerita dong, belakangan ini orang tuaku jarang menghubungi dan jarang mengirim uang kepadaku, padahal uang sisa di tabunganku sisa sedikit. Bukan bercerita seperti ini bukan bermaksud untuk meminjam uang kalian ya. Aku hanya ingin bercerita.” Ucap Tania. Tania adalah anak rantau yang memiliki semangat belajar yang luar biasa. Saat ia dulu masih berada di desanya Tania selalu di nobatkan sebagai Ratu berprestasi. Ia mendapatkan gelar itu karena dulu ia banyak memenangi pertandingan olahraga maupun pertandingan yang bersifat akademik.
“Kamu hubungi saja dulu Tan, siapa tahu mereka menantikan kamu menghubungi mereka atau mereka mengtestmu saja apakah kamu masih meningat mereka apa tidak, berfikir positive saja, Tan,” Jawab Arvin, “dan untuk masalah uang aku ada lebih jika kalian ingin meminjamnya tak apa, asalkan ganti ya.. hahaha bercanda kok.” sambung Arvin. Arvin adalah sosok yang tegar dalam menjalani hidup kenapa? karena sudahlah anak rantauan, belum lama ini sang ayahnya pergi untuk selama-lama akibat sakit yang lama telah dia derita. Namun bagi Arvin berduka boleh tapi jangan sampai membuat mimpimu tidak tercapai, bangunlah dan kejar mimpimu lagi.
“Atau bagaimana kita kerja part time?” saranku.
“Boleh saja.. tapi apakah kamu tidak memikirkan laporan yang harus kita buat?” tanya Rio yang sambil melihat Dita berdiri lalu berjalan ke teras sambil menelpon seseorang.
“Aduhh.. iya laporan. Bagaimana kalau kerja di internet gitu?” tanyaku
“Boleh saja.. ngomong ngomong kamu sudah laporan?” jawab Rio kesemuanya.
“Belum..” jawab kami serentak.
“Kalian ini, apa yang kalian kerjakan saat di rumah? Udah tau laporan banyak masih saja santai-santai, itu nanti ada waktunya. Kalian harus memanajemen waktu kalian agar pekerjaan pekerjaan bisa diselesaikan dengan cepat dan teratur, jadi kalian bisa santai setelahnya. Ini terbukti, aku bisa mengerjakan semua pekerjaan yang harus aku kerjakan dengan teratur dan terjadwal. Jadi tinggalkan yang namanya Sistem Kebut Semalam itu, kalian akan rugi belum lagi belajar buat pretest, belum lagi bersih-bersih dan belum lagi tugas mata kuliah lainnya. Intinya mulai dari sekarang hilang di benak dan fikiran kalian tentang Sistem Kebut Semalam tersebut.” Sahut Rio.
“Tapikan Sistem Kebut Semalam lebih baik? Kita sekaligus belajar?.” tanya Tania
“Belajar tentu, tapi apakah kalian langsung memahaminya langsung semua materi tersebut?.” Jawab Rio
“Iya sih.. betul kata Io, Tan. Sistem Kebut Semalam memang jelas belajar tapi belum tentu kita memahami semuanya, belum lagi ngantuk ingin menghabiskan pekerjaan dengan cepat sehingga yang terjadi isi laporan tersebut asal-asalan.” Sahutku.
“Tuh dengerin Tan.” Sahut Arvin.
“Dih.. kayak kamu nggak SKS aja,” Ucap Tania sambil memukul lengan Arvin, “Oke sekarang kita akan mengikuti apa yang pak guru Rio ucap tadi. Apakah kalian siap?” sambung Tania.
“Siap!!” ucap kami secara bersamaan.
“Bagus anak-anak.. hahaha” sahut Rio
“Tuh nggak bisa dipuji dia.. kalian sih,” ucapku sambil melihat Dita yang jalan dengan muka yang sedikit senang. ”ada apa Dit? Udah nelpon nenek dan bibimu?.” Tanyaku.
“Udah. Hasilnya ada yang buruk ada yang baik. Yang baiknya bibiku akan mengirim uang sedangkan nenek nggak aku beri tahu kondisikeuanganku sekarang, aku takut ia terlalu memikirkanku. Dan berita buruknya nenekku masih saja menyuruhku untuk pindah kesana, kerasnya bukan main. Sudah aku beri tahu tapi masih saja, sampai dia mengeluarkan nada tinggi.” Ucap Dita sambil menunduk.
“Mungkin dia mau kamu dekat dengannya, walaupun anak-anaknya ada untuk menemaninya. Dan mungkin lagi di rindu dengan kamu sewaktu sering mengantarnya mengajar.” Jawabku.
“Udah ah.. Aku terlalu pusing memikirkannya. Tapi aku bersyukur karena bibi telah mengirim uang. Ngomong-ngomong kalian ngeributin apa tadi?” tanya Dita.
“Tadi ngomongin pekerjaan via internet aku ada kenalan dan bisa dia aturlah dengan ngomongin laporan,kan anak-anak masih memakai Sistem Kebut Semalam, jadi aku kasi solusi untuk manajemen waktu.” Sahut Rio.
“Kerja sih boleh saja. Tapi asalkan jangan lupa tujuan awal kalian apa. Belajar. Dan jangan terlalu memaksa jika kalian tidak mampu. Saran saja sih..” ucap Dita.
“Yuk sini aku bantu kerjakan laporannya.” Sahutku.
“Memangnya kamu sudah?” tanya Arvin.
“Sudah dong..” jawabku.
“Kata kamu tadi belum.” Ucap Arvin dengan jengkel.
“Hehehe.. tadi meramaikan saja.” Jawabku sambil mengolok.
“Yuk, fokus ngerjain laporannya.” Sahut Tania.
“Ayo!! Semangat semua!!.” Teriak Dita.
***
Mulai hari itu persahabatan kami semakin erat bak anak Dendrolagus sp. yang selalu bersama induknya di dalam kantung dan melakukan tugas secara bersama sama sepertiDolichoderus sp.Sedangkan untuk bekerja hanya sebagian dari kami dan uang yang hasilkan, kami simpan dalam celengan yang nantinya akan diperlukan kami atau salah satu dari kami. Namun ada kalanya kami bertengkar karena sesuatu, menurutku itu hal yang lumrah bagi suatu hubungan pertemanan yang diperlukan hanya menyelesaikan saat itu juga.
“Masalah datang untuk menjadikan kita tumbuh sebagai pribadi yang dewasa. Tidak selamanya semua masalah datang bisa diselesaikan langsung yang dibutuhkan saat kejadian itu terjadi hanya memohon kepada Yang Maha Kuasa, bersabar, dan berusaha jangan berdiam diri saja lakukan sesuatu agar masalah tersebut cepat selesai. Tanpa adanya ketiga komponen tersebut kalian atau kita bisa menyelesaikan masalah dengan mudah, dan perlu kita sadari masalah pasti datang membawa hikmah. Dan jika ada masalah datang hadapi bukan mundur.”
Oleh : Muhammad Rezky Abrar
Mahasiswa FMIPA Untan 2016