Melihat negara Indonesia tentu banyak pandangan yang muncul di tengah masyarakat. Tak terkecuali bagi Band Bloodstone. Melalui lagu, mereka melakukan perlawanan. Dari gigs, Instagram, YouTube, serta media lainnya, Bloodstone terus membawakan lagu “Buta” sebagai simbol perlawanannya.
Bloodstone adalah band yang berasal dari Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Berdiri sejak tahun 2018 bulan Februari. Berawal dari tempat nongkrong yang sama dan selera musik yang sama, terbentuklah Bloodstone. Pada 25 Mei 2019, Bloodstone merilis sebuah single yang berjudul “Buta”.
Baca juga: HME FT Untan Gelar Seminar Nasional dalam Acara GAME 2020
Single tersebut syarat akan kritik melihat dinamika yang terjadi di Indonesia. Bloodstone sendiri tidak mau menjadikan musik hanya sebatas hobi atau bersenang-senang semata dan menutup mata akan segala permasalahan yang terjadi di Indonesia.
Mengusung genre musik Rock, Bloodstone meliar menjadi sebuah band stoner Pontianak yang terus mengumandangkan lagu “Buta” sebagai media kampanye atas persoalan yang terjadi. Bloodstone sendiri terdiri dari 4 (empat) pemuda nakal yang kompak mendedikasikan karyanya sebagai media perlawanan atas sistem busuk atau aturan negara yang tidak berpihak kepada masyarakat kelas bawah. Aci (gitar dan vokal), Hero (bass dan vokal), Billy (gitar), dan Sugong (drum), mereka adalah ancaman terhadap ketidak adilan. Sudah seharusnya musik Rock menjadi musik milik masyarakat. Terus berlawan dan menjunjung tinggi solidaritas.
Mulai dari kesenjangan sosial, tingginya konflik SARA, regulasi yang tidak berpihak pada masyarakat, serta persoalan-persoalan lainnya. Tentu bukan menjadi rahasia umum jika Indonesia tidak sedang baik-baik saja. Bagi Bloodstone, musisi harus ambil bagian dalam perjuangan rakyat menuntut hak-hak demokratisnya. Baik hak atas pendidikan, lapangan pekerjaan, upah yang layak, maupun melawan perampasan tanah berkedok investasi perkebunan dan pertambangan skala besar.
Belum lagi melihat begitu besarnya gerakan rakyat yang terjadi melawan ketidak-adilan Pemerintah Indonesia, kritik demi kritik terus di kampanyekan masyarakat. Pemerintah justru terus menutup mata dan bahkan terus menggerus perjuangan rakyat dengan tindakan represif.
Baca juga: Covid-19 Memasuki Pontianak: Pulkam Bukan Solusi
Kalimantan Barat sendiri menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi objek eksploitasi bagi korporasi raksasa yang bergerak dibidang perkebunan dan pertambangan. Selain itu, alih-alih memasukan investasi untuk pembangunan, Pemerintah terus menjauhkan masyarakat adat dari tanah adatnya, masyarakat perkotaan semakin jauh dari akses kesejahteraan yang selalu di janjikan pemerintah, serta permasalahan lainnya.
Bloodstone berharap, semakin banyak musisi-musisi di Pontianak yang terlibat aktif menciptakan lagu-lagu yang lahir dari keadaan objektif masyarakat. Bagi Bloodstone, musik mereka tidak bisa dipisahkan dari kondisi sosial masyarakat yang terjadi.
Penulis : Bara Pratama