Ada stereotipe yang mengatakan bahwa terdapat relevansi antara ukuran kecantikan dan kebahagiaan hidup. Memiliki wajah rupawan artinya separuh urusan hidup terselesaikan, seperti perihal mendapatkan pasangan dan pekerjaan. Dua hal penting yang selalu dicari lowongannya setiap saat. Berbahagialah yang dilahirkan dengan kerupawanannya, “Selamat Anda telah lulus ujian setengah kehidupan. Setengahnya lagi silahkan diusahakan”.
Kemudian pertanyaannya adalah modal standar kecantikan macam apa yang memang sungguh cukup membayar separuh kompleksitas masalah hidup ini? Apakah modal cantik saja cukup? Rasa-rasanya tidak semudah itu. Bahkan ukuran cantik pun sama halnya dengan kebenaran, terlalu relatif.
Bicara mengenai standar kecantikan, kita akan terdampar pada berbagai paradigma antar negara di dunia yang berbeda-beda. Bahkan antar individu satu dan lainnya tentu punya tolak ukur yang tak sama. Terlalu subjektif untuk disimpulkan. Standar kecantikan itu sifatnya dinamis, cenderung mengalami perubahan dari masa ke masa. Akan berbeda kecantikan paripurna ala emak babe di zamannya dengan kecantikan di zaman milenial saat ini. Apalagi dewasa ini, kita sudah lebih banyak disuguhkan oleh kecantikan universal yang dengan mudahnya kita pantau hanya dengan berselancar di dunia maya. Cantik versi timur, barat, campuran, dan beragam versi cantik lainnya tersedia untuk jadi referensi.
Nina Jablonski, antropolog dan paleobiologis Amerika dalam bukunya berjudul Living Color, berpendapat bahwa kulit putih menjadi simbol status dan kekayaan. Di Indonesia sendiri, standar kecantikan sudah melulu tentang warna kulit. Seperti yang dikatakan Prabasmoro (2003), bahwa kulit putih telah terekayasa secara global dan universal dalam lokalitas budaya Indonesia dan merupakan warna kulit yang diidealkan. Label kecantikan telah dimotori oleh iklan televisi. Konsep kecantikan itu kemudian membuat para perempuan berkompetisi untuk terlihat putih. Hal ini selaras pula dengan dukungan hadirnya produk kosmetik yang membawa iming-iming putih secara instan.
Kenapa cantik jadi terkesan merepotkan. Bagaimana tidak repot dan menyebalkan, tiap kali kusaksikan akun Instagram @korbanskincareabal, banyak perempuan yang mengeluhkan kerusakan kulitnya akibat produk pemutih berbahaya. Belum lagi kalau nonton youtube, sudah banjir trend operasi plastik, suntik putih, dan treatment kecantikan yang bikin banyak perempuan harus merogoh koceknya dalam-dalam dan bahkan menahan sakit tiada tara. Semua itu demi tampil cantik dan menjawab standar kecantikan yang sudah mengakar dan membudaya dewasa ini.
Menurut BPOM (Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan), terdapat sejumlah produk pemutih yang mengandung bahan berbahaya seperti mercuri, dan hidroquinon dengan konsentrasi di atas 2% di luar ijin BPOM. Bahan-bahan tersebut dianggap dapat menyebabkan iritasi kulit, kerusakan otak dan ginjal, masalah janin, kegagalan paru-paru dan kanker (Saraswati, 2010).
Fakta ini jelas menakutkan mengingat persentase penggunaan produk pemutih kian meningkat. Masih terlalu banyak perempuan yang tidak teredukasi bahaya produk pemutih miliknya saking terlalu happy dengan harga murah dan iming-iming “bisa putih hanya dalam sekali pakai”. Hal-hal setidak-masuk akal ini rupanya bisa menembus akal saking terperdaya dan ngebet pengen punya kulit putih. Ayo be smart!
Awalnya sebagai perempuan awam yang tidak tau menahu soal kosmetik, aku sangat asing mendengar istilah steroid dan merkuri. Tetapi setelah mencoba melek kosmetik, aku sangat terbantu untuk berhati-hati memilih begitu banyak merk di pasaran. Bahkan, sebagai perempuan yang bodo amat soal kosmetik menjadi tertarik untuk membaca tulisan terkait kandungan berbahaya dalam kosmetik hingga mencoba memfollow akun-akun dokter dermatologi. Sebersyukur ini tersadarkan oleh referensi yang sebetulnya menjamur di internet untuk membantu selektifikasi dan tidak terjebak.
Mari membuka diri untuk mau menerima informasi dari sumber terpecaya, para dokter dan jajarannya. Percayalah, pendidikan profesi tidak ditempuh dengan waktu singkat, seinstan lotion pemutih yang hits dan murah di pasaran.
Kenapa branding untuk cantik secara fisik menjadi kebanggaan untuk dikampanyekan di dunia digital? Kalau para perempuan sampai harus merasakan sakit untuk memperjuangkan label cantik, sama saja telah melukai hak asasi terhadap tubuh mereka sendiri. Mereka telah melanggar kemerdekaannya untuk bahagia terhadap anugerah Tuhan. Beautiful has nothing to do with looks. It’s how you are as person and how you make other feel themselves.
Ayolah tarik nafas lebih dalam dan hembuskan. Segarkan kembali pikiranmu. Kita tidak perlu mengubah apa-apa dan kita tak perlu terlihat sama seperti mereka. Kita hanya harus percaya bahwa kita cantik dengan segala keindahan yang telah Tuhan ciptakan dengan begitu baik. Kita punya mata yang indah untuk melihat keagungan-Nya yang luar biasa, tangan yang dapat mengenggam dan saling menguatkan, kaki yang dapat berpijak untuk kita bawa berpetualang kemana kita hendak melangkah, hidung yang mampu menghirup aroma masakan lezat kesukaan kita meski hanya pisang goreng biasa. Dan kita punya hati, pikiran, beserta organ lengkap lainnya yang bersedia membersamai kita menapaki jejak untuk sebuah misi terpenting dalam hidup.
Tidak perlu risaukan jerawatmu apalagi kantung mata yang sering tega bercerita ke orang-orang tentang kita yang sering tidur larut malam. Warna kulitmu yang gelap biarlah jadi saksi kita terlalu asik bersahabat dengan matahari. Yang penting sehat dan jangan lupa pake sunscreen. Berat badan tidak ideal ya sudahlah, semoga itu karena kita terlalu sering bagi-bagi makanan untuk orang lain. Kalau terlalu berat tak apa, tandanya kita berbahagia menjalani hari-hari.
Yang tidak menerimamu dengan alasan “kamu kurang cantik”, tinggalkan saja. Mereka hanya kurang beruntung karena salah pakai kacamata. Terlalu sempit mendefinisikan kata cantik. Atau jangan-jangan mereka hanya korban standar kecantikan yang membudaya di pasaran lalu tidak punya perspektif pribadi bagaimana menerjemahkan sebuah keindahan yang tidak hanya tentang fisik semata.
Kita patut mengapresiasi segala hal baik yang telah Tuhan gariskan untuk kita. Pada setiap rasa cukup untuk segala yang ada. Kita hanya harus belajar menjadi seseorang yang berilmu dan bemanfaat. Menjadi perempuan merdeka yang mampu menghadirkan manfaat terbaik dalam hidupnya. Punya banyak referensi buku bacaan, berpetualang, berbagi sebanyak-banyaknya ilmu, dan tumbuh dalam perasaan haru sebab terlalu banyak pertolongan yang kita ulurkan untuk keabadian. The most beautiful thing about a person isn’t looks, but her and personality.
Dari yang tidak cantik-cantik amat untuk seluruh perempuan yang sedang sibuk mempercantik diri. Selama tidak bikin sakit dan menyakiti tidak masalah. Asal jangan sampai di luar batas kemampuan.
Penulis : Sekar A.M.