mimbaruntan.com, Untan – Siapa di sini yang masih suka nonton kartun? Mungkin kalian termasuk salah satu orang yang masih sering nonton kartun, baik itu lewat tv ataupun internet. Tidak bisa dipungkiri masih banyak orang dewasa yang menyukai kartun. Ternyata kartun secara tidak langsung bukan hanya dapat mempengaruhi psikologis anak-anak, orang dewasa juga dapat terkena dampak positif dari menonton kartun.
Sejarah Kartun di Indonesia
“Si Doel Memilih” yang rilis pada tahun 1955 disebut sebagai film kartun pertama Indonesia dan diperkirakan menjadi awal mula perkembangan animasi di Indonesia, awalnya film animasi buatan Dukut Hendronoto ini dibuat atas kepentingan propaganda pemilu pertama di Indonesia saat itu.
Dilansir dari https://animation.binus.ac.id keberadaan film ini masih menjadi pertanyaan besar mengingat masih sangat jarang riset sejarah tentang film ini, tidak ada satupun tulisan atau buku yang secara khusus membahas animasi di Indonesia. Dalam sejarah film Indonesia, film animasi juga tidak pernah dibahas, kondisi ini cukup memprihatinkan ketika para praktisi film terutama akademisi seolah memandang sebelah mata animasi Indonesia sebagai bagian penting dalam perkembangan budaya visual maupun budaya popular di Indonesia.
Baca Juga: Iklan Perempuan: Antara Kesetaraan Gender dan Budaya Patriarki
Dampak Kartun terhadap Kesehatan Mental Orang Dewasa
Kartun sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan psikologis anak-anak, bahkan terhadap orang dewasa. Tanpa disadari kartun memiliki manfaat yang positif terhadap pola pikir orang dewasa. Orang dewasa yang menyukai animasi cenderung memiliki jiwa sosial yang lebih baik. Alasannya, karena film kartun memiliki nilai kejujuran, kepolosan, pelajaran saling berbagi, juga kasih sayang. Dengan cara ini setiap orang diingatkan bahwa mereka hidup bersama orang lain yang menuntut adanya toleransi antar sesama.
Kartun juga dapat menjadi refleksi diri terhadap orang dewasa, kita ambil contoh karakter Lotso pada animasi Toy Story 3 misalnya, ia adalah boneka tua yang sudah mengalami masa-masa berat selama hidupnya. Ia awalnya digambarkan bijak kemudian tampil sebagai boneka jahat, namun sebenarnya ia hanya tidak ingin mengingat masa lalunya yang keras dan tidak suka bila mainan kekinian merasa hidup mereka mudah. Terdengar mirip dengan kehidupan Anda? Anda mungkin merasa jengah melihat Lotso, namun bila dilihat lagi bisa jadi Lotso adalah Anda.
Baca Juga: Memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia: Mahasiswa Juga Perlu Sehat Mentalnya!
Atau kita ambil contoh Ayah dari Moana yang memiliki masa lalu yang cukup buruk tentang “mencoba hal-hal baru” dan akhirnya membuat anaknya terkekang untuk mengikuti apa yang diinginkannya. hal ini mungkin pernah anda rasakan ketika Anda melihat anak atau keponakan Anda yang jauh lebih mudah berusaha mencoba hal-hal yang pernah Anda lakukan dan berakibat buruk pada Anda. Padahal bisa jadi, hal tersebut justru akan membuat mereka lebih kuat daripada mereka yang sekarang.
Film kartun juga mempunyai nilai sosial yang tinggi, mengenai norma dan moral. Kadang kala, menjadi orang dewasa membuat hal-hal mendasar justru terlupakan. Dengan nonton film kartun, kamu akan ingat kembali mengenai dasar-dasar kemanusiaan, bagaimana bersosialisasi, mengejar mimpi, hingga mengalahkan ego.
Tidak ada yang salah dari menyukai kartun. Banyak juga kartun yang dibuat dengan begitu mendetail sehingga bisa dinikmati secara berbeda oleh anak-anak dan dewasa, Anda mungkin bisa menonton kartun Adventure Time untuk ini. Jangan lupa bahwa kartun dibuat oleh orang-orang dewasa, dan yah, kalau Anda mau skeptis memang Anda bisa berpikir bahwa kartun dibuat untuk kepentingan pribadi sebuah kelompok. Namun kepentingan pribadi tersebut akhirnya mampu membuat banyak orang merasa bahwa dunia bukanlah tempat yang seburuk itu ketika kita masih memiliki orang-orang baik di dalamnya.
Penulis: Diva