Puan
lama sekali kiranya saya berdiri di hadap pintu
pintu tertutup tiada berani saya ketuk
ah..sekadar mengetuk itu berat
apalagi bersuara memanggil
lidah saya tiada kenal kata
Puan
dari beranda rumah badai sudah berlalu
pagi sudah menerjang, tapi saya masih dipintal malam
ya puan ini pintu tiada berani saya ketuk
malu teramat sesak, pekat dan berjelaga
maka tiada halaman mesra karenanya
Puan
saya mau lebih lama di hadap pintu
kiranya tiba terbuka, bertatap mata barang sejenak
sebab ada hati yang mau saya beri sejak lama
dari separuh dasawarsa kita berjumpa
kalau-kalau tiada berkenan, ini hati jangan dibanting
ia lebih mudah pecah daripada kaca
simpan saja ya puan,
sekadar pengingat kalau saya perna suka
Puan
kalaulah tiada sadar ada tamu di hadap pintu
pintu tiada terbuka pula begitu tiada hati saya bersuaka
Biarlah saja saya di hadap pintu menunggu jadi debu
Karya : SR, Mahasiswa FMIPA