Sudah sekitar tiga tahun Universitas Tanjungpura (Untan) menerapkan sistem Evaluasi Dosen Oleh Mahasiswa (EDOM). Pada saat membuka siakad untuk memeriksa nilai Ujian Akhir Semester (UAS) yang telah keluar, mahasiswa diwajibkan mengisi sejumlah pertanyaan yang terhubung langsung dengan akun siakad mahasiswa bersangkutan. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan kinerja dosen pengampu yang mengajar mata kuliah tersebut.
Hal di atas merupakan suatu sistem penilaian kinerja dosen dinamakan Evaluasi Dosen Oleh Mahasiswa (EDOM). Seperti namanya, mahasiswa merupakan pihak dilibatkan langsung dalam proses tersebut, karena mahasiswa merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan dosen dalam proses pembelajaran di kelas.
Dilansir dari laman edom.untan.ac.id, dengan mengisi EDOM mahasiswa ikut berpartisipasi untuk membantu meningkatkan mutu pembelajaran. Hasil dari EDOM bermanfaat bagi dosen untuk memperbaiki diri bila memang masih teradapat kekurangan serta mengembangkan potensi dan kelebihan yang dimlikinya.
Peranan inilah yang diambil oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Untan sebagai penyedia laman EDOM. Hal ini diungkapkan oleh Herry Sujaini selaku Ketua UPT TIK Untan. Menurutnya posisi UPT TIK hanya sebatas penyedia platform. “Kami hanya sebatas penyedia sistem, baik software maupun hardware. Untuk isi (pertanyaan) kami serahkan ke masing-masing fakultas,” ujarnya, Jumat (24/5).
EDOM memiliki beberapa aspek penilaian yang berbeda-beda disetiap kampus, contoh aspek penilaian yang ada FEB yaitu kesiapan mengajar, materi pengajaran, disiplin mengajar, dan evaluasi mengajar. Aspek tersebut terpecah dan menjadi pertanyaan yang dibuat oleh masing-masing fakultas. Contohnya di FEB memiliki 17 pertanyaan, FKIP 24 pertanyaan dan Teknik 33 pertanyaan. Pertanyaan dapat dimuat ulang oleh masing-masing prodi atau (PMF). Dari 9 fakultas di Untan, baru 3 fakultas yang dinilai cukup berjalan baik dalam mengaplikasikan EDOM, tiga diantaranya adalah Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan (FKIP), dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA). Saat diwawancarai via telpon, Oramahi menjelaskan.“Yang berjalan itu memang di ekonomi, FKIP, dan MIPA yang lain itu belum begitu berperan” ujarnya.
Di setiap fakultas memiliki ketentuan yang berbeda dalam mengevaluasi EDOM, di FEB sudah memberlakukan reward dan punishment terhadap dosen yang memiliki nilai tertinggi dan nilai yang kurang. Maria C Kalis selaku ketua Penjamin Mutu Fakultas (PMF) di FEB mengatakan bahwa sejauh ini sudah memberlakukan hal tersebut, dengan adanya memberikan penghargaan kepada dosen yang memiliki nilai terbaik, akan tetapi untuk punishment tim PMF langsung menyerahkan ke jurusan. “Karena yang punya dosen itu jurusan, biarlah kita saja yang memberi reward, punishment menjadi PR untuk jurusan saja” ujarnya (18/8).
Beda halnya dengan FEB, Sri buwono selaku ketua PMF di FKIP memaparkan bahwa semua dosen di FKIP memiliki nilai yang tinggi. “Setahu saya tidak ada dosen yang dinilai rendah oleh mahasiswa, misalnya angka 5 paling tinggi, tidak ada dosen yang dibawah 3, saya menilai mahasiwa FKIP itu baik-baik.
Jika di FEB sudah menerapkan reward dengan memberi gift ke dosen yang memiliki nilai tertinggi, untuk FKIP dan Teknik masih dalam rencana untuk mewujudkan tersebut. Hal ini sesuai dengan ungkapan dari M.Saleh sebagai ketua PMF di Teknik. “belum ada kita mengarah kesaana, tetapi untuk menerapkan itu memang perlu” ujarnya (21/6). Saat diwawancarai ia menjelaskan bahwa “yang penting sudah ada feedback untuk dosen apakah sudah sesuai belum, nanti dari evaluasi itu untuk dosen pribadi kemudian oleh ppm itu merangkum. Jadi dari berbagai dosen yang ada di fakultas, di evalusi oleh penjamin mutu,” lanjutnya.
Dalam pelaksanaannya di masing-masing fakultas, EDOM berada di bawah tanggung jawab Penjamin Mutu Fakultas (PMF). Setiap PMF bertugas memonitoring dan mengevaluasi EDOM. Tim PMF juga saling berkoordinasi pada setiap prodi atau jurusan, hal ini dengan berjalannya hasil yang akan diberikan kepada pimpinan di kampus .
Laporan dosen yang sudah direkapitulasi oleh tim PMF akan disampaikan oleh masing-masing wakil dekan I dan menjadi bahan evaluasi di setiap kampus. Dari masing-masing fakultas mengatakan bahwa setiap semesternya ada rapat untuk membicarakan tentang hasil EDOM kepada petinggi di fakultas. Hal ini juga dijelaskan oleh Oramahi, kepala pusat penjamin mutu untan mengatakan bahwa ada koordinasi antar penjamin mutu fakultas dan universitas “di awal tahun itu kami mengadakan satu hari optimaliasi peran penjaminan mutu fakultas. Bagi fakultas yang sudah maju itu menyampaikan apa yang sudah dilakukan” (21/6). Ia juga mengatakan bahwa harapannya kedepan semua bisa mengikuti yang lebih baik.
Dalam evaluasi EDOM, tim PMF memang diberikan sendiri akun untuk membuka dan dapat melihat semua dosen dari masing-masing jurusan atau prodi. Selain tim PMF, dosen yang mengampu mata kuliah juga dapat melihat sendiri persentase, kritik dan saran selama proses pembelajaran di kelas yang di nilai oleh mahasiswa. Akan tetapi, dalam publikasinya, dari setiap ketua PMF di FEB, FKIP, dan Teknik mengatakan hanya antar jurusan atau prodi yang mengetahui nilai dosen. Penilaian EDOM tidak di publikasikan ke mahasiswa dengan berbagai alasan dari setiap fakultas.
Sri Buwono menanggapi bahwa hasil EDOM tidak perlu dipublikasikan untuk mahasiswa “Dosen dinilai oleh mahasiswa, hasilnya itu tidak boleh diumumkan, etikanya. Kita menjauhi orang sakit hati,” ujarnya. Hal yang sama juga disampaikan oleh M.Saleh, ia mengatakan bahwa alat yang “Private”. “Sebenarnya ini (EDOM) adalah alat ukur kami, teman sejawat kami. Kita ada kode etik dosen, kode etik mahasiswa” jelasnya. Hal yang senada juga disampaikan oleh Yanti Sri Rezeki, satu diantara dosen di FKIP prodi bahasa inggris mengatakan bahwa untuk publikasi EDOM tentunya ada institusi yang berwenang.
Penulis: Fikri RF