Pagi itu udara jantung kota sungguh sejuk, kicauan burung menambah nuansa keindahan alam Borneo. Tetesan embun membasahi setiap dedaunan hijau yang tak luput dari cengkraman mata. Hari itu adalah hari pertama bagi Indah untuk menjejaki kaki sebagai seorang mahasiswa di Universitas Tanjungpura Pontianak.
Indah seorang gadis berparas cantik nan jelita dengan lesung pipi yang menambah rona menawan gadis berdarah Dayak ini. Melepas status sebagai seorang siswa merupakan dambaan bagi semua orang termasuk Indah sendiri dan sekaranglah petualangan sejati dimulai, yah perjuangan tentang kehidupan, cita, cinta dan persahabatan yang sesungguhnya dimulai. Dikenal sebagai remaja yang cerdas, pandai menyanyi dan memiliki jiwa sosial yang tinggi menjadikan Indah dikenal oleh banyak mahasiswa dan dosen dikampusnya.
Menyanyi adalah kegemarann Indah sejak usianya masih belia, maka tidak heran dara berparas ayu dan berbola mata cokelat ini memilih untuk kuliah pada jurusan Pendidikan Seni Musik. Dia aktif dalam berbagai kelompok yang berbau musik. Ikan Mas adalah kelompok pencinta musik yang terpopuler se-Untan dan Indah merupakan member dari kelompok fenomenal tersebut. Nah, disini dan ditempat inilah, Indah bertemu seorang pria yang bernama Brian, pria multi talent yang mengajarkan Indah banyak hal tentang kehidupan. Hari Jumat sore pukul 3 sore adalah hari latihan olah vokal di kelompok musik Stereo.
Bergegas Indah berpamitan dengan Ibunya untuk mengikuti latihan.
“Bu … Indah pamit yah” teriak Indah yang terlihat terburu-buru.
(Ibu bergegas menghampiri Indah) “ Kamu mau kemana Nak?” sapa Ibu dengan lembut.
“In … Indah mau ke kampus Bu, hari ini ada latihan vokal, maaf yah Bu.
Indah buru-buru ni takut telat (Sambil mencium tangan ibunya)
“Okelah Nak, hati-hati yah. Ingat ndak boleh pulang larut malam” tegas Ibu
Selang beberapa menit Indah pun tiba di kampus, ia bergegas meninggalkan tempat parkir menuju Laboratorium Seni.
“Syukurlah, tepat waktu dan ndak terlambat” gumam Indah dalam hati sambil menghela napas dan mengelus dada. Indah terlihat sangat capek.
Hari ini ada yang berbeda dari kelas Stereo. Yah, kelas Stereo mendapat member baru seorang remaja yang kala itu mengenakan kaos putih bertuliskan I LOVE MUSIC. Tanpa basa-basi remaja tersebut pun memperkenalkan diri kepada member Stereo.
“Selamat sore, perkenalkan saya Brian Jornando, biasa di sapa Brian” ucapnya membuka perkenalan singkat diantara mereka
Hati semua girl Stereo member tertuju pada Brian, seolah Brian adalah seorang bintang yang memancarkan pesona lewat sinar wajahnya.
Pesona Brian seakan melumpuhkan pandangan mereka dan mengatup erat bibir mungil girl Stereo member seakan mereka tak sanggup tuk berbicara sepatah kata pun.
Hal yang berbeda dirasakan oleh Indah.
“Ah, alay, over deh, dasar cewek kebaperan” gumam Indah dalam hati dengan nada sedikit geli melihat tingkah aneh teman-temannya.
Setelah perkenalan singkat itu, latihan pun dimulai, semua member dengan penuh antusias dan semangat mengikuti latihan.
Entah mengapa??? Ada yang menjanggal di benak Indah, ketika beradu pandang dengan Brian ketika hendak meninggalkan Lab seni sesaat setelah latihan usai.
“Maaf …..” sapa Brian dengan wajah tersenyum.
“Hai, Nona kamu baik-baik saja kan?”
Indah pun bergegas pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun, mulutnya seakan terkunci. Maklumlah Indah sosok gadis yang sedikit anti sama cowok, wajarlah ia lebih mementingkan soal kuliah ketimbang cinta. Love the number two of college moto Indah.
Tidak jauh berbeda dengan latihan sebelumnya, Indah pun kembali bertemu dengan pria elegan tersebut. Yah siapa lagi kalau bukan Brian. Hari ini, Brian memberanikan diri untuk berkenalan dengan Indah dengan secercah harapan bahwa Indah akan menjadi teman dan patnernya dalam kelas Stereo.
“Tak kenal maka tak sayang” ucap Brian kepada Indah membuka perkenalan diantara mereka.
“Aku mendengar dari teman-teman kelasku bahwa kamu adalah mapres (mahasiswa berprestasi) kampus ini. Bolehkah aku menjadi temanmu?” tukas Brian dengan nada penuh keberanian.
“Ya, tentu saja, kenapa tidak?”
(Sambil menyodorkan tangan hendak bersalaman) Namaku Brian, lebih tepatnya Brian Jornando, siapa namanu?
“Aku Indah, Indah Novita. Salam kenal yah” cetus Indah dengan nada datar sembari membalas salaman hangat Brian.
“Oh ya kamu tinggal dimana Ndah?”
“Aku tinggal di Jl. AR. Hakim Blok S No.14”
“Wah, ternyata rumah kita berdekatan yah, aku pun tinggal di Jl. AR. Hakim tepatnya di Blok T No. 27”
“Kalau ndak keberatan, bagaimana kalau kita baliknya bareng?”
“Kebetulan rumah kita berdekatan Ndah, ndak baik anak gadis pulang ke rumah sendirian apalagi udah sore begini?” ajak Brian
“Benaran ndak merepotkan kamu ?” Tanya Indah dengan penuh kelembutan
“Ya, tentu saja tidak” tanggap Brian.
Mereka pun pulang bersama dan dalam perjalanan pulang mereka saling beradu cakap, seakan perkenalan lanjutan tahap dua hehehehe.
Selang hampir 15 menit berlalu, tibalah mereka di rumah Indah. Indah pun bergegas turun dari Avansa putih milik Brian.
“Terima kasih yah Brian udah ngantarin pulang dan maaf merepotkan”
“Take care yahhh!” ucap Indah.
Beberapa minggu kemudian, tertera sebuah lembaran di mading BEM kampus yang berisi lomba duet untuk memeriahkan Dies Natalis Untan yg ke- 57 tahun.
Karena ramai diperbincangkan oleh mahasiswa. Berita tersebut sampai ke telinga Indah.
“Hem, good news, ada lomba duet ni, ikut ndak yah?”
“Kepingin ikut tapiiiiiiiiiiiii sama siapa ya pasangan duetnya?”
“Aduh malah pasangan duetnya harus cowok lagi, ohhh payah kalau begini, bisa pupus harapanku”
“Ah ya udahlah jangan dipikirkan nanti ku tambah pusing, yang penting aku akan bersiap tuk kompetisi ini” tegas Indah dengan penuh percaya diri.
Hal yang sama pun dirasakan oleh Brian. Ia ingin mengikuti kontes duet tetapi Ia bingung mencari patner duet dalam kontes tersebut.
Karena merasa kebingungan, Brian pun mencari tempat untuk relax sejenak, yah KANTIN, tempat untuk nyantai sambil menyeduh teh hangat dan menyantap kue bolu cokelat buatan Mbak Sari.
Tanpa sengaja bertemulah Brian dan Indah, kebetulan Indah pun mampir ke kantin hendak mengisi perut dengan jajanan kantin.
Brian pun langsung menyapa Indah
“Hai Indah”
“Eh Brian, hay juga. Bagaimana kabarmu?”
“Sungguh amat baik. Oh ya kamu udah dengar belum soal kontes duet menyongsong Dies Natalis kampus?” Tanya Indah kepada Brian
“Sudah, tapi aku masih binggung ini soalnya aku ndak punya patner tuk mengikuti kontes tersebut”
“Samalah kalau gitu, hemmm aku punya ide nah bagaimana kalau kita ikut kontes itu bersamaan?”
“Hem, bagaimana yah??? Okelah kalau gitu Brian. Sippp!”
“Sampai jumpa yah, ku tak punya banyak waktu ni, ku harus pulang ke rumah seekarang. Bye” sapa Indah mengakhiri percakapan
(Suasana di rumah Indah)
Ting … Tong… Handphone Indah berdering tanda pesan masuk. Bergegas Indah mengambil handphone dan membaca isi pesan singkat tersebut, ternyata pesan dari Brian tuk ngajak Indah latihan nyanyi. Indah pun membalas pesan dari Brian dan menyutujui ajakan untuk latihan bersama.
Alun-alun Kapuas, taman kota nan indah persis di bibir Sungai Kapuas merupakan tempat yang dipillih Brian untuk latihan kali ini.
Selain baik untuk latihan, Alun-alun Kapuas pun menyuguhkan atmosfer yang nyaman dengan suasana taman yang rindang, hijau dan bersih. Apalagi dengan pemandangan indah yang memanjakan tiap pasang mata yang menyaksikan panorama keindahan Borneo.
Tibalah mereka di Alun-alun Kapuas, tanpa basa-basi mereka pun mulai latihan mendendangkan lagu yang akan dibawakan saat lomba nanti.
Sungguh perpaduan suara tenor dan sopran yang indah bak Anang Hermansyah dan Ashanti. Setelah selesai latihan, mereka pun memutuskan untuk bersantai sebentar menikmati suguhan alam lewat panorama alam, yah kala itu hamper senja. Sang penghangat bumi dengan anggun memainkan atraksi khasnya menuju tempat peraduan. Wah sungguh sun sat yang indah.
Dalam keasyikan memandang matahari yang terbenam, Brian memberanikan diri untuk mengajak Indah pulang mengingat waktu yang menunjukkan pukul 06.15 WIB
“Ndah udah puas menikmati pemandangannya?”
“Hem….. udah kok”
“Ya udah sekarang kita pulang yah, nanti Ayah dan Ibumu khawatir deganmu”
“Oke deh Pak Bos” jawab Indah dengan semangat.
Keduanya berasa sangat akrab ibarat saudara, yah saudara yang saling peduli, saling memahami dan melengkapi.
Hari terus berlalu dan beranjak pergi meninggalkan sejuta kenangan yan menjadi cerita di masa lalu. Roda kehidupan terus berputar bahkan lebih cepat dari yang dikira, kompetisi duet kian di ambang pintu. Semakin dekat tentunya.
Rabu, 18 Mei hari ini bertepatan H-2 kompetisi. Tampak Brian dan indah tak henti-hentinya terus berlatih mempersiapkan diri tuk melangkah menuju kompetisi bergengsi tersebut.
Waktu yang ditunggu pun tiba, Jumat, 20 Mei adalah hari peringatan Dies Natalis Universitas Tanjungpura yang ke- bersamaan dengan lomba duet antar mahasiswa se-Untan.
Kompetisi pun dimulai, setiap fakultas mendelegasikan siswa berbakatnya untuk mengambil bagian dalam kontes ini.
Tampak dari kejauhan wajah Brian dan Indah memancarkan rona penuh semangat dan optimis, keduanya berjanji akan memberikan yang terbaik untuk kampus orange tercinta.
Disaksikan oleh ribuan pasang mata, Brian dan Indah pun mulai melantuntankan suara penuh harmoni. Setelah kurang lebih 10 menit beradu suara di atas panggung Dies Natalis UNTAN, Brian dan Indah pun sukses memadukan harmonica suara indah mereka, tak heran tepuk tangan meriah dan teriakan heboh penonton menutup penampilan spektakuler bintang delegasi dari kampus FKIP ini.
Dua jam pun berlalu, tibalah di puncak kompetisi yaitu pengumuman kejuaraan lomba. Tampak seluruh peserta merasa tegang dan dag .. dig .. dug tentunya.
MC Acara mulai membacakan pengumuman kejuaraan.
“Juara 3 diraih oleh mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis”
“Juara 2 diraih oleh mahasiswa dari Fakutas Kedokteran” sahut MC dengan penuh semangat
“Brian, bagaimana nii? Aku takut dan khawatir jika kita tidak memperoleh juara” seru Indah
“Tenang Ndah, kita sudah memberikan yang terbaik. Optimis dan positive thinking, kita sudah berusaha dengan maksimal, serahkan semuanya pada Tuhan” jawab Brian sambil menenangkan Indah.
Di dalam nada penuh penantian dan penasaran suara MC memecahkan kesunyian.
“Jawara Lomba Duet memperingati Dies Natalis Untan yang ke- … diraih oleh Mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan”
“Selamat kepada Brian dan Indah”
Suara tepuk tangan kembali memenuhi seisi ruangan.
Tergambar sejuta rona gembira dan sukacita di wajah Brian dan Indah, ke duanya pun naik ke atas panggung dan menerima penghargaan dari Rektor Untan.
Setelah acara usai, semua penonton meninggalkan tempat acara begitu pula dengan para peserta.
Indah pun berpamitan dengan Brian hendak pulang ke rumah mengingat jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 11 malam.
“Brian, aku pulang dulu yah?” sapa Indah.
“Oke hati-hati yah Ndah udah malam nii” jawab Brian
“Pasti, you’re the best Brother!” ucap Indah mengakhiri percakapan.
Indah pun menuju tempat parkir dan bergegas pulang. Malam itu kota Pontianak diterangi dengan lampu jalan yang membentang sepanjang jalan dan tampak masih banyak kendaraan yang berlalu lalang.
Indah yang terlihat sangat lelah seakan kurang fokus dalam mengemudi mobil, ditambah dengan beban ngantuk yang dipikulnya.
Takdir tak dapat dipungkiri dan Jumat, 20 Mei menjadi titik hitam hari kelabu bagi Indah.
Sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menambrak mobil Indah dan mobil Indah pun terpelanting mengenai pembatas jalan.
Kala itu pukul 10.15 malam dan untunglah masih ada orang yang melewati jalan itu, segera orang itu membawa Indah ke Rumah Sakit terdekat.
Indah terbaring lemah dengan darah merah segar membasahi gaun yang dikenakannya.
Ting … Tong … Telepon rumah berdering.
Bergegas Ibu mendapati telepon.
“Halo, selamat malam. Apa benar ini dengan keluarga atas nama Indah Novita?”
“Ya, benar saya Ibu dari Indah Novita”
“Ibu kami dari pihak RS St. Antonius ingin menginformasikan bahwa anak Ibu sedang dirawat di UGD akibat kecelakaan kurang lebih 15 menit yang lalu. Saya harap Ibu dan keluarga dapat bergegas rumah Sakit sekarang juga!”
Ibu tak kuasa menahan air mata mendengar putri kesayangannya tertimpa musibah, segera Ibu dan Bapak beranjak pergi ke Rumah Sakit.
Sesampai di RS, Ibu dan Bapak menuju UGD untuk melihat keadaan Indah, rona wajah sedih terlukis di wajah wanita dan pria yang kurang lebih berusia 40 tahunan.
“Indah anakku, kamu mengapa nak? Ayo bangun Ibu dan Bapak sudah datang!” ucap Ibu dengan nada penuh haru ditemani air mata yang tak berhenti mengalir membasahi pipinya.
Indah masih belum sadar akibat benturan keras yang ia alami.
Sesaat kemudian, datanglah Dokter ke ruangan tempat Indah dirawat.
“Bagaimana keadaan anak saya Dok?” tanya Ibu
“Indah masih dalam keadaan tidak sadar akibat benturan keras yang ia alami saat kecelakaan tadi, tapi ada satu hal yang Bapak dan Ibu harus tahu mengenai keadaan Indah sekarang.” Ucap Dokter
“Apa itu Dokter? Katakanlah kepada kami!” tukas Ibu dengan berlinangan air mata
“Saya harap Bapak dan Ibu tetap tabah megalami situasi ini, Indah divonis tak dapat melihat lagi sebab serpihan kaca mobil melukai mata Indah akibta kecelakaan tadi” kata Dokter dengan nada lembut.
Bapak dan Ibu tak dapat berkata apa-apa, mulut mereka seakan terkunci rapat hanyalah mata yang dapat berkata lewat tetet demi tetes air mata yang menghujani pipi mereka.
Bapak pun berusaha menenangkan Ibu dan mereka dengan sabar menunggu waktu Indah siuman.
Dalam kerinduan penantiaan akan sadarnya Indah paska kecelakaan, beberapa hari kemudian Indah pun sadar. Bapak dan Ibu pun merasa gembira melihat putrinya telah memenangkan kompetisi melawan masa komanya.
“Indah, engkau mendengar suara Ibu, Nak? Jangan takut sayang disini ada Ibu dan Bapak yang menemanimu!”
“Ibu … Bapak kalian dimana? Mengapa semuanya terlihat sangat gelap. Katakan sesuatu Bu apa yang terjadi dengan Indah?” ucap Indah sambal menagis
“Indah anakku, kamu yang sabar yah Nak. Matamu tak dapat melihat lagi seperti sedia kala akibat serpihan kaca yang melukai matamu saat kecelakaan” tutur Bapak mencoba menenangkan Indah
“Pak, jadi Indah ndak bisa melihat lagi? Bagaimana dengan hidup Indah Pak?” ucap Indah dengan histeris
“Indah, semua sudah terjadi anakku, kita tidak boleh menyalahkan siapa-siapa. Indah tidak boleh takut dan cemas karena Indah punya Bapak dan Ibu yang akan terus berjuang menjaga dan merawat Indah. Apapun keadaan Indah, Indah adalah tetap anak terbaik yang kami punya” sahut Ibu dengan penuh kelembutan seakan berusaha tuk menyembunyikan rasa sedihnya dari Indah
“Indah Bapak berjanji akan berusaha mencari pendonor mata yang cocok untuk Indah agar kamu bisa melihat lagi Nak” sapa Bapak
“Maafkan aku Bapak, Ibu. Indah akan bersyukur dengan kondisi Indah saat ini, Indah yakin semua akan baik-baik dan indah pada waktunya. Terima kasih untuk cinta yang tak ada duanya untuk Indah. Indah akan terus berkarya walau dalam keterbatasan ini.”
Semuanya berpelukan dan mengucap syukur kepada Tuhan lewat doa.
Keesokan harinya Indah pun diperbolehkan untuk kembali ke rumah dan Ia pun menjalani hidupnya seperti biasa dengan keyakinan bahwa keterbatasan bukanlah jaminan masa depan yang curam sebab keterbatasan tidak akan mengurangi kebahagiaan yang ia miliki karena kebahagiaan tidak ditentukan oleh keterbatasan yang ada. Di dalam nama Tuhan Yesus aku pasti bisa. “ seru Indah.
***
Karya: Gelbyn Ta’dung
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Untan dan pernah menulis sebuah buku bergenre pengembangan diri “Menjemput Impian” percetakan pertama – Agustus 2016