Definisi Gaharu
Gaharu adalah sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar dammar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi baik secara alami atau buatan pada pohon tersebut, dan pada umumnya terjadi pada pohon Aguilaria sp. (Nama daerah :Karas, Alim, Garu dan lain-lain).
Istilah lain gaharu adalah kayu berwarna kehitaman dan mengandung resin khas yang dihasilkan oleh sejumlah spesies pohon dari marga Aquilaria, terutama A. malaccensis. Resin ini digunakan dalam industri wangi-wangian (parfum dan setanggi) karena berbau harum.
Ciri umum gaharu
Gaharu merupakan gumpalan berbentuk padat berwarna coklat kehitaman samapai hitam, berbau harum jika dibakar. Gaharu terdapat pada bagian kayu atau akar dari jenis pohon penghasil gaharu yang telah mengalami proses perubahan kimia dan fisika akibat terinfeksi oleh sejenis jamur.
Menurut Tarigan (2004) klasifikasi pohon penghasil gaharu adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Sub Class : Dialypetalae
Ordo : Myrtales
Famili : Thymeleceae
Genus : Aquilaria
Menurut Lembaga Biologi Nasionel-LIPI (1980) dalam Aprianingsih (2006), pohon gaharu dapat mencapai tinggi 40 m dan batangnya halus bewarna coklat keputihan-keputihan. Tajuknya bulat, lebat dengan percabagan yang horizontal. Daunnya tunggal, berseling lebat, berbentuk jorong sampai lorong lanset, berujung lancip dan panjang, permukaan bagian bawah kadang-kadang berbulu halus. Perbungaan berbentuk payung, bercabang tumbuh pada ketiak daun, bunganya kecil, bewarna hijau atau kuning kotor dan berbulu jarang. Buahnya berbentuk telur terbalik, berbulu halus.
Ciri anatomi gaharu
Beberapa jenis kayu penghasil gaharu adalah anggota suku Thymeleaceae, yaitu Aquilaria malaccensis Lamk., Aquilaria beccariana Van Tiegh., Aquilaria microcarpa Baill., Amyxa pluricornis Domke., Gyrinopsis cumingiana Decne., Phaleria sp. dan Gyrinops versteegii (Gilg) Domke. Contoh kayu jenis-jenis ini disayat dengan mikrotom untuk memperoleh sayatan tipis guna pengamatan struktur anatomi. Dimensi pembuluh dan serat diukur melalui preparat maserasi. Hasil menunjukkan bahwa Aquilaria spp., Gyrinops versteegii dan Gyrinopsis cumingiana memiliki kulit tersisip sedangkan Amyxa pluricornis dan Phaleriasp. tidak. Aquilaria spp. memiliki pembuluh ganda radial yang umumnya 2(-3) sel. Gyrinops versteegii dan Gyrinopsis cumingiana memiliki pembuluh ganda radial umumnya 2-4(-6-8) sel. Gyrinops versteegii dapat dibedakan dengan Gyrinopsis cumingiana dari lebar jari-jari, yaitu 1 seri pada Gyrinops versteegii, tetapi 1 sampai 2 seri pada Gyrinopsis cumingiana. Amyxa pluricornis dapat dibedakan dengan Phaleria sp. dari bentuk parenkim, yaitu parenkim konfluen pada Amyxa pluricornis, namun selubung pada Phaleria sp. Bagian batang Aquilaria malaccensis dan Aquilaria microcarpa memiliki persen pembuluh soliter, tinggi jari-jari dan panjang serat lebih besar dibandingkan bagian akar, namun diameter dan panjang pembuluh lebih kecil.
Gaharu dihasilkan tanaman sebagai respon dari masuknya mikroba yang masuk ke dalam jaringan yang terluka.Luka pada tanaman berkayu dapat disebabkan secara alami karena adanya cabang dahan yang patah atau kulit terkelupas, maupun secara sengaja dengan pengeboran dan penggergajian. Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing sehingga sel tanaman akan menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit atau patogen. Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa resin berwarna coklat dan beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem dan floem untuk mencegah meluasnya luka ke jaringan lain. Namun, apabila mikroba yang menginfeksi tanaman dapat mengalahkan sistem pertahanan tanaman maka gaharu tidak terbentuk dan bagian tanaman yang luka dapat membusuk. Ciri-ciri bagian tanaman yang telah menghasilkan gaharu adalah kulit batang menjadi lunak, tajuk tanaman menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan, pelekukan, atau penebalan pada batang dan cabang tanaman. Senyawa gaharu dapat menghasilkan aroma yang harum karena mengandung senyawa guia dienal, selina-dienone, dan selina dienol. Untuk kepentingan komersil, masyarakat mengebor batang tanaman penghasil gaharu dan memasukkan inokulumcendawan ke dalamnya. Setiap spesies pohon penghasil gaharu memiliki mikroba spesifik untuk menginduksi penghasilan gaharu dalam jumlah yang besar. Beberapa contoh cendawan yang dapat digunakan sebagai inokulum adalah Acremonium sp., Cylindrocarpon sp., Fusarium nivale, Fusarium solani, Fusarium fusariodes, Fusarium roseum, Fusarium lateritium dan Chepalosporium sp.
Tanaman gaharu yang menghasilkan gubal gaharu terdiri dari berbagai jenis dan umumnya termasuk suku Thymelcacca. Inti gaharu ada gubal gaharu sering disebut sebagai aleswood atau eagbewood. Inti gaharu ini merupakan struktur kimia yang sangan spesifik sehingga sampai saat ini belum dapat dibedakan secara sintetis (Radian, 2003;56)
Gaharu dapat digolongkan menjadi empat kelas, yaitu:
1. Gubal
Gubal gaharu adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu,memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang kuat, ditandai oleh warnanya yang hitam atau kehitam-hitaman berseling coklat.
2. Kemedangan
Kemedangan adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang lemah, ditandai oleh warnanya yang putih keabu-abuan sampai kecoklat-coklatan, berserat kasar dan kayunya yang lunak.
3. Damar
Damar gaharu adalah sejenis getah padat dan lunak, yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, dengan aroma yang kuat, dan ditandai dengan warnanya yang hitam kecoklatan.
4. Abu Gaharu
Abu gaharu adalah serbuk kayu yang dihasilkan dari proses penggilingan atau penghancuran kayu gaharu sisa pembersiahan atau pengerokan.
Sifat
Surata dan widnyana (2001) menyebutkan bahwa gaharu dapat tumbuh pada daerah tipe iklim C – D Schimdt dan Ferguson dengan temperatur rata-rata berkisar antara 270C-320C pada siang hari dan 200C– 24 0 C pada malam hari. Sedangkan menurut Sumara (2002) dalam Susanti (2006) umumnya gaharu berkualitas baik tumbuh pada daerah beriklim panas dengan suhu 280C – 340C, kelembaban 60% – 80% dengan curah hujan 1000 – 2000 mm/tahun. Selain itu, pertumbuhan optimal juga diperoleh pada lahan dengan struktur tanah lempung dan liat berpasir serta solum yang dalam.
Menurut Sumarna (2002) secara fisilogis tanaman gaharu termasuk jenis semi toleran atau membutuhkan naungan pada awal pertumbuhannya. Anakan gaharu harus diletakan di bawah naungan dari daun rumbian atau atap parenet.
Kegunaan Gaharu
Sampai saat ini, pemanfaatan gaharu masih dalam bentuk bahan baku (kayu bulatan, cacahan, bubuk, atau fosil kayu yang sudah terkubur. Setiap bentuk produk gaharu tersebut mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda. Gaharu mempunyai kandungan resin atau dammar wangi yang mengeluarkan aroma dengan keharuman yang khas. Dari aroman yaitu yang sangat popular bahkan sangat disukai oleh masyarakat negara-negara di Timur Tengah, Saudi Arabia, Uni Emirat, Yaman, Oman, daratan Cina, Korea, dan Jepang sehingga dibutuhkan sebagai bahan baku industry parfum, obat-obatan, kosmetika, dupa, dan pengawet berbagai jenis asesoris serta untuk keperluan kegiatan keagamaan, gaharu sudah lama diakrabi bagi pemeluk agama Budha, dan Hindu.
Dengan seiringnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi industri, gaharu bukan hanya berguna sebagai bahan untuk industry wangi-wangian saja, tetapi juga secara klinis dapat dimanfaatkan sebagai obat.
Gaharu bisa dipakai sebagai obat: anti asmatik, anti mikroba, stimulant kerja syaraf dan pencernaan ,obat sakit perut, perangsang nafsu birahi, penghilang rasa sakit, kanker, diare, tersedak, tumor paru-paru, obat tumor usus ,penghilang stress, gangguan ginjal, asma, hepatitis, sirosis, dan untuk kosmetik (perawatan wajah dan menghaluskan kulit).