mimbaruntan.com, Untan – Kewirausahaan sosial semakin dipandang sebagai strategi efektif untuk mendukung perubahan sosial di negara berkembang, termasuk Indonesia. Melalui program Pre-Immersion Khatulistiwa Business Academy, generasi muda khususnya mahasiswa didorong untuk mengembangkan bisnis yang tak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat dan pengembangan potensi daerah.
Acara yang berlangsung di Aula Teknik Universitas Tanjungpura ini menghadirkan Dedi sebagai mentor utama. Dalam materinya, Dedi menyoroti pentingnya keterlibatan anak muda dalam mengembangkan bisnis berbasis komoditas lokal, seperti kopi yang potensinya melimpah di Kalimantan Barat.
“Trend ngopi saat ini luar biasa. Anak-anak muda sekarang sudah terbiasa dengan kopi, baik tua maupun muda di manapun mereka selalu ngopi,” ungkap Dedi saat diwawancarai.
Baca Juga: Kedai Kopi Pontianak dan Krisis Filsafat
Pontianak sendiri dikenal dengan julukan “Kota 1001 Warung Kopi” karena keberagaman dan jumlah kedai kopinya yang menjamur. Tingginya produksi kopi di Kalimantan Barat, terutama di wilayah-wilayah seperti Sambas, Bengkayang, Mempawah, hingga Putusibau, membuka peluang bagi para pelaku usaha untuk mengolah komoditas ini menjadi produk bernilai tinggi. Dedi melihat trend ini sebagai lahan bisnis yang menjanjikan bagi anak muda.
“Produksi kopi yang tinggi ini bisa menjadi peluang besar. Saat ini, Pontianak masih mendatangkan kopi dari luar daerah, seperti Bengkulu. Padahal, pertanian kopi dari Sambas atau Mempawah bisa memenuhi kebutuhan kopi di Pontianak,” jelas Dedi.
Lebih lanjut, Dedi menekankan pentingnya keterlibatan anak muda dalam mengembangkan bisnis kopi lokal. Dengan menjalin kemitraan antara kopi dan pelaku usaha, diharapkan kopi-kopi lokal dapat lebih dikenal dan diminati, tidak hanya di Pontianak tetapi juga di pasar yang lebih luas.
“Seharusnya petani kopi lokal bisa menjual hasil panen mereka di Pontianak, sehingga pelaku usaha kopi di sini dapat membeli langsung dari mereka,” tambahnya.
Menurut data dari beberapa jurnal, Kalimantan Barat memiliki potensi besar dalam produksi kopi, khususnya varietas robusta yang menjadi salah satu komoditas utama daerah ini. Potensi ini belum sepenuhnya tergarap dengan optimal, namun dengan semakin populernya gaya hidup ngopi peluang untuk mengembangkan usaha berbasis kopi di Kalimantan Barat semakin terbuka lebar.
Selain Dedi, Dita mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Tanjungpura, memperkenalkan ide bisnisnya berupa mie instan sehat. Setelah mengikuti kegiatan, Dita memperoleh inspirasi baru yang dapat dikembangkan meskipun realisasinya belum bisa segera dilaksanakan.
“Untuk ide bisnis sendiri, kebetulan saya juga sedang merintis mie instan sehat. Setelah mengikuti kegiatan ini, saya mendapatkan beberapa ide baru tapi mungkin belum bisa direalisasikan untuk saat ini,” ungkap Dita.
Baca Juga: Helm Hilang di Rusunawa Untan, Penghuni Kesal Dengan Respon Pengelola
Dita menjelaskan bahwa ide bisnisnya lahir dari kekhawatirannya terhadap gizi anak-anak di sekitarnya yang sering mengonsumsi mie instan yang kurang sehat. Dia ingin menciptakan mie instan yang tidak hanya enak tetapi juga bergizi.
“Jadi, saya melihat ibu-ibu di tempat saya sering memberi anak-anak mereka makan mie instan. Saya berpikir, ini kurang sehat, di mana gizi yang akan mereka dapatkan? Dari situ saya berpikir untuk membuat mie instan sehat agar mereka masih bisa makan mie instan, tapi dengan kandungan gizi yang lebih baik,” jelas Dita dalam sesi tanya jawab.
Produk mie instan sehat ini terinspirasi oleh produk serupa yang sudah dikenal luas di Indonesia, seperti Mie Lemonilo yang terkenal dengan warna alami dan rendah lemak. Mie Lemonilo telah mendapatkan popularitas melalui iklan dan kampanye televisi, yang membuat produk ini dikenal luas di masyarakat.
Penulis: Bia
Editor: Uis
Sumber:
https://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JEKO/article/view/6451/3423
https://jos.unsoed.ac.id/index.php/wk/article/view/1962/1297
https://www.e-journal.trisakti.ac.id/index.php/dimensi/article/view/1785/1545