Gerimis di Pesisir Pelapis
Oleh : M Muhlis Saputra
Kisah ini menceritakan tentang kehidupan seorang remaja putra bernama Adit yang harus berjuang dalam getir hidup yang penuh dengan kepahitan dan kesedihan. Adit dan keluarganya tinggal di kepulauan terpencil di Kabupaten Kayong Utara, yaitu Pulau Pelapis. Di sana hanya terdapat sekolah satu atap, SD dan SMP.
Dalam usia yang masih sangat muda memaksa dia menjadi tulang punggung keluarga semenjak orang tua laki-lakinya meninggal dunia. Selain dia harus melanjutkan sekolahnya yang saaat ini duduk di kelas 3 SMP, dia juga harus membantu menghidupi adik perempuan dan ibunya yang sakit-sakitan. Kehidupan yang miris tidak membuat semangatnya hilang dalam berjuang untuk memperbaiki nasibnya. Banyak pekerjaan yang dia kerjakan, selain sebagai kuli pasar ikan, dia juga harus mengeringkan ikan untuk dijual, dengan hidup seadanya dan pakaian yang compang camping, tetap tidak mengurangi semangatnya. Adik perempuannya yang masih duduk di kelas 4 SD. Kisah hidupnya bertambah miris karena ibunya yang sakit semakin parah. Tidak banyak orang yang peduli terhadap jerit tangis seorang remaja jenius ini, karena perawakannya yang selalu ceria dan semangat.
Kisah hidup yang memang sangat miris dan heroik, Adit pikul dengan penuh semangat kehidupan yang besar. Dalam hidup yang serba kekurangan dan sangat menguras air mata ini, Adit harus tabah dan kuat. Dalam usia yang masih sangat muda dia harus menjadi pengganti sosok kepala keluarga yaitu seorang ayah yang sangat Adit cintai. Dalam kondisi keluarga yang memang berada dibawah garis kemiskian terlalu rumit dan pahit untuk dilalui. Ibunya yang sudah sedikit renta dengan beban penyakit yang dia tanggung dengan belenggu dan air mata. Adiknya Nia yang masih polos dan belum mengenal banyak titik kehidupan menambah beban moral Adit untuk menjaga ibu dan adiknya.
Pekerjaan serabutan menjadi hiasan hidup Adit selama ini. Hinaan dan cacian dari orang lain menjadi cambukan keras adit untuk berpacu dalam kehidupan yang fana dan penuh dengan sandiwara ini. Sebagai sosok laki-laki pengganti tulang punggung keluarga, Adit kini telah menjadi sosok laki-laki muda baru yang beranjak dewasa. Penjuru kehidupan yang memang penuh dengan getir pahit kehidupan ini sangat menyedihkan jika harus dipikul oleh seorang remaja muda yang masih terlalu dini untuk hidup seperti ini. Namun takdir tuhan tidak ada yang bisa menentang. Kehidupan yang pahit tidak semata menjadikan adit seseorang yang ingkar kepada sang pencipta, dengan hidup yang serba kekurangan membuat Adit semakin tambah dekat dengan Allah. Dibalik kesibukannya sekolah dan bekerja serabutan adit selalu melaksanakan kewajibanya untuk dekat dengan pencipta langit dan seisinya. Sosok remaja yang memang religus dan jenius ini selalu rendah hati dan bersemangat dalam menjalani hidupnya.
Diperjalanan hidup Adit, Dia bertemu dengan sosok gadis muda yang cantik dan ramah bernama Syella semakin menambah warna kehidupan remaja muda ini. Sedikit kisah cinta terjalin disini, Syella yang merupakan murid pindahan baru di sekolahnya. Tenyata Syella diam-diam jatuh hati dengan seorang remaja muda yang jenius ini. Gadis cantik ini tidak bisa berpaling dari Adit. Karena Syella jatuh hati dengan keriligiusan dan kejeniusan Adit. Namun Adit berusaha untuk menghindar dari Syella, karena dia takut masa depan dan keluarganya terlantar akibat asmara yang hadir bukan pada waktunya. Bumbu cinta yang hadir diantara Adit dan Syella ini membuat kisah baru dalam hidup Adit. Karena orang tua syella yang menjabat sebagai kepala desa ternyata diam-diam mengetahui kedekatan mereka. Hingga memaksa mereka harus menjaga jarak.
Adit yang mulai mencoba untuk mejauh dari Syella membuat kisah mereka menjadi berkabut. Memang cinta monyet yang terjanlin diantara mereka kini sudah harus terpisah. Adit yang menyadari bahwa sekarang bukanlah saat yang tepat untuk memikirkan hal yang seperti itu. Baginya terlalu singkat jika hidup hanya untuk memikirkan cinta, masih ada lagi tanggungan hidup yang lebih harus dia penuhi yaitu ibu dan adik perempuannya. Hal inilah membuat adit tetap semangat dalam menjalani kisah hidup yang pahit ini, namun tiada yang tahu dibalik ketegaran Adit dalam hidupnya, tentu dia selalu merintih dalam senyuman yang harus selalu dia tampakan kepada ibu dan adiknya. Kini ibu Adit yang sakit-sakitan itu semakin bertambah parah, dalam kepiluan Adit meratapi ibunya yang sakit paru-paru dan TBC. Karena setiap saat harus meminum obat. Jerit pilu hati adit ditambah lagi dengan adiknya yang selalu merengek meminta belikan sepatu. Karena adiknya selalu diolok disekolahnya karena tidak mempunyai sepatu dan seraga sekolah yang kumuh dan lusuh.
Dalam diam dan gumam terkadang adit menyendiri didalam doa malamnya pada saat sholat tahajjud. Cucuran air mata tanpa adit sadari bercucuran jatuh bagai hujan lebat yang jatuh kebumi tanpa kata henti. Tangis adit yang tidak terbendung lagi menjadi raungan dingin ditengah malam yang dingin. Dia sadar bahwa saat ini hanya Tuhan yang tahu dan mengerti jerih pilunya. Semilir angin malam sedikit menggelitik telinga yang berbalut dengan pekat gelap malam. Hingga Adit mulai terlelap dalam isak tangisnya dan tidur dengan berlinangan air mata di atas sejadah lusuh yang terbentang dikamar mungilnya yang kumuh. Hingga subuh membangunkannya dalam keadaan lesu.
Setiap hari Adit memang bekerja sebagai kuli pasar, nelayan, dan apapun itu dia kerjakan demi keluarganya. Hanya pusaran ayahnya lah yang selalu dia ratapi dengan penuh harap dan asa. Titik pahit hidup yang mereka cicipi bagai teh pahit yang basi, tentu tidak ada yang mau meminumnya, namun dalam keadaan terpaksa dia harus mengarungi ruang hidup ini dengan ikhlas dan harap. Ditengah kisah hidupnya, dia harus kembali lagi meneguk pahit hidup. Rumah yang adit tinggali ternyata harus hancur berantkan karena angin puting beliung(angin selatan bahasa lokal pelapis). Hal ini membuat Adit semakin runyam, dia terpaksa harus memutar otak lagi dimana mereka akan tinggal selanjutnya. Mereka harus menempuh jalan hingga puluhan kilo untuk hijrah ketempat keluarga mereka di desa seberang. Dengan demikian dia harus bersekolah dengan jarak yang bertambah jauh.Adit harus bersekolah dengan menyisiri pinggiran pantai dan bebukitan terjal dengan adiknya. Dengan sepatu robek dan tak layak pakai, Adit dan adiknya menyusuri jalan menuju masa depan cemerlan hidup mereka.
Dengan penuh semangat Adit dan adiknya tetap berjuang untuk meraih bintang yang tinggi diangkasa sana. Mereka yakin bahwa tidak ada kata mustahil dalam dunia ini, jika mereka dekat dengan Tuhan, maka Tuhan akan membalas dengan cinta kasih yang tidak mesti dinilai dari harta dan tahta. Banyak cara tuhan dalam memberikan jalan hidup kepada setiap hambanya. Ketegaran adit dalam menjalani hidupnya mungkin sedikit mustahil untuk dijalani, namun tidak selayaknya sebagai makhluk rasa keluh kesah kita itu terdengar dengan telinga tanpa daun dan gendang telinga. Hanya satu tempat terindah dari setiap keluh kesah, yaitu Tuhan sang pemilik alam semesta. Jawaban Tuhan memang tidak seperti apa yang kita inginkan. Namun keluh kesah hamba hanya bagi oang yang tidak tahu bersyukur, bagi Adit cintaTuhan selalu dia rasakan dengan penuh cahaya indah. Walau harus hidup tanpa rumah dan kini harus menumpang, namun tidak semerta-merta membuat luka Adit bertambah parah. Jawaban Tuhan tidak harus terwujud sekarang. Rencana indah Tuhan akan terjawab diwaktu yang tepat nanti.
***
sekian