mimbaruntan.com, Untan – Hutan mangrove kini sudah tidak asing lagi, karena keberadaan hutan ini menjadi tempat wisata baru di Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten Mempawah. Hadirnya tempat wisata ini tidak terlepas dari perjuangan seorang nelayan warga asli dari daerah sekitar Hutan Mangrove Mempawah.
Gorianto atau biasa disapa dengan panggilan Bang Ian adalah seorang mantan nelayan yang berasal dari Kabupaten Mempawah, tepatnya di Desa Pasir. Sekarang ia bekerja sebagai penjual bibit bakau sekaligus pengelola hutan bakau di pantai Desa Pasir Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat yang bekerjasama dengan Mempawah Mangrove Conservation (MMC).
Berawal dari tahun 2012, Ian mengajukan proposal kepada DAS Kapuas untuk meminta bantuan bibit mangrove yang akan di tanam di pantai Desa Pasir Kab. Mempawah, tujuan dilakukannya penanaman mangrove di pantai agar pantai tersebut tidak mengalami abrasi.
“Jadi pada waktu itu kita membentuk kelompok lalu mengajukan proposal pada DAS Kapuas, dan Alhamdulillah proposal kita di terima. Dapatlah bantuan 50 juta untuk pembibitan sebanyak 30.000 bibit bakau, jadi kita bibitkanlah di pantai itu dan sampai sekarang masih kita lanjutkan,” ungkap Gorianto, Minggu (09/10).
Ia menjelaskan, bahwa bantuan bibit bakau sebanyak 30.000 batang sudah ada, akan tetapi pada waktu itu bantuan penanaman dari masyarakat setempat sangat sedikit, karena masyarakat belu, mengetahui manfaat dari mangrove tersebut.
“Karena saya ini sudah terlanjur dan saya harus bertanggung jawab karena saya sebagai Ketua pada waktu itu, jadi dari bibit sebanyak 30.000 batang saya tanam sebanyak 25000 batang dan yang ikut penanaman waktu itu hanyalah orang tua saya,” ujarnya.
Menurut Ian, karena Hutan Mangrove yang ia tanam sudah memperlihatkan perkembangan, maka MMC menjalin kerjasama sebagai pengelola mangrove tersebut. Sebagai rekan kerja dari MMC, ia menjadi penanggungjawab di Hutan Mangrove sekaligus menjadi agen pembibitan mangrove.
“Sekarang saya melakukan pembibitan bakau dan Alhamdulillah laku teruslah bibitnye, terus saya kenal dengan MMC, karena MMC ini bergerak dibidang konservasi mangrove jadi nyambunglah, mereka perlu saye, beli bibit saye jadi mereka ingin bergabung. Saye penyedia bibit, MMC beli bibitnye sama saye,” pungkasnya.
Karena perkembangan yang sangat pesat dari Hutan Mangrove tersebut, sehingga membuat MMC menjadikan tempat ini sebagai tempat wisata baru di Mempawah.
“Saya tidak terbayang bahwa tempat ini bakal jadi tempat wisata mangrove, sama sekali tidak terbayang. Yang saye impikan dulunye, saye pikir saye endak melaut lagi, kalau saye tanam ini, bakaunye tumbuh, banyak kepiting, banayak kerang jadi saya pikir saya ndk melaut endak apalah, ade sumber baru gitu, saya cari kepiting, jual kepiting 40 sampai 50 sekilo itu aja,” ucapnya.
Ian juga menambahkan, setelah diresmikannya wisata Mempawah Mangrove Park pada tanggal 23 Agustus 2016 lalu, MMC sekarang ingin bekerjasama dengan Pemerintah Kab. Mempawah untuk memperbaiki infrastruktur jalan menuju tempat wisata Mempawah Mangrove Park.
“Setelah dibuatnya Mempawah Mangrove Park oleh MMC, mereka juga ingin berkolaborasi dengan Pemerintah Kab. Mempawah, dan Pemerintah Kab. Mempawah juga berjanji bahwa Bupatinye mau menganggarkan jalan, mau bantu fasilitas. Karena mereka di untungkan dengan adanya wisata mangrove ini, mereka berjanji untuk betulkan jalan,” tutupnya.
Penulis : Dadang Ms
Editor : Isa Oktaviani