mimbaruntan.com,Untan- Minggu 5 Januari 2020, saya bersama Leo Van Aert, Ketua Pengelola Gua Maria Anjongan berbincang mengenai Gua Maria tertua di Kalimantan Barat. Adalah Gua Maria Anjongan yang telah dibangun sejak 1973 silam dan terletak di Kabupaten Mempawah. Sejarah memulai, Gua Maria Anjongan dibangun saat terjadinya konflik antara etnis Dayak dan Tionghoa yang menyebabkan masyarakat Tionghoa lari dari perhubungan sampai batas Sungai Pinyuh. Sementara saat itu, banyak masyarakat Tionghoa yang menganut agama Katholik.
Atas dasar tersebut, Pastur Ishak Dora, Simon Patrus, A.L. Van Aert (Ayah Leo Van Aert), dan seorang kawannya berinisiatif mendirikan Gua Maria Anjongan. “Mereka berempat berinisiatif bagaimana caranya menyatukan kembali orang Katholik dan Tionghoa yang pada saat itu mengalami konflik antar etnis,” ceritanya.
Baca Juga:Pancur Aji, Destinasi Wisata Alam di Kabupaten Sanggau
Gua Maria Anjongan yang tepat didirikan pada tahun 1973 diresmikan pada waktu misa sehingga ketika itu pengunjung dari berbagai daerah berbondong-bondong hadir. Tak terkecuali, masyarakat Tionghoa yang akhirnya dipertemukan dengan masyarakat Dayak. “Mereka bertemu. Banyak orang Tionghoa dan Dayak yang saling memaafkan dan berpelukan, bahkan ada yang saling menangis sehingga mereka menyatu kembali,” lanjutnya.
Patung Gua Maria setinggi 12 meter dengan berat tiga ton itu memang tampak indah dari kejauhan. Sama indahnya seperti lahirnya kedamaian dari konflik yang sebelumnya menyesakkan kedua etnis Kalimantan Barat. Patung Bunda Maria, Ratu Pecinta Damai berdiri dan diberkati oleh Mgr.Agustinus Agus. Uskup Agung selama dua tahun telah menghiasi kawasan Gua Maria Anjungan yang sepenuhnya merupakan dana dari umat dan donatur Katholik di bawah naungan keuskupan Katholik sendiri. Hingga kini Patung ini menjadi tempat wisata rohani dan maskot di Anjungan yang cukup dikenal. Menurut penuturan pengelola setempat, Patung Bunda Maria telah mengalami tiga kali renovasi karena terlalu kecil dan kurang menarik.
Gua Maria kerap dikunjungi para peziarah dari berbagai penjuru yang datang untuk beribadah di Bulan Maria yakni Bulan Mei dan Oktober. Selain di bulan tesebut, keluarga, rombongan apa saja, dan Orang Muda Katholik (OMK) dipersilahkan untuk mengunjungi, berdoa, beribadah, dan mengadakan sebuah pertemuan. Tak hanya itu, fasilitas beribadah di Gua Maria Anjongan juga tak hanya khusus untuk Umat Katholik saja, namun Umat Kristen juga diperbolehkan.
Di kawasan Gua Maria Anjongan juga menyediakan tempat wisata kolam renang yang menyatu dengan alam air terjun pada sisi kanan dan belakang patung Bunda Maria. Pengunjung tak hanya disuguhkan wisata kerohanian, namun dapat menjadikan lokasi ini sebagai ruang refreshing melepaskan penat bersama keluarga dan kawan seperjalanan.
Penulis : Valeria Lala
Editor : Sekar A.M.