Ayah dan ibunya terdiam, dengan kepala tertunduk. Laily tak bisa melihat orang tuanya seperti ini, ia menarik tangan Lila untuk mendekat dengan ayahnya.
“Ayah! Jangan tundukkan kepalamu, ayah masih menjadi panutan kami. Maafkan kami ayah”kata Laily.
Ayahnya menangis seketika. Ia langsung beranjak dari duduknya dan memeluk kedua anaknya itu.
“Maafkan ayah, ayah tak pernah sadar jikalau ayah telah membedakan kalian. Maafkan ketidaktahuan ayah”seru ayahnya.
Ibunya yang dari tadi diam saja, akhirnya terisak dan langsung memeluk mereka. Iya meminta maaf juga, karena selama ini telah egois untuk menjadi seorang ibu dan istri.
“Oke, untuk merayakan hari ini. Bagaimana jikalau besok kita buat acara dirumah”saran Lila.
“Boleh sih, tapi kakak kerja sampai jam 9″kata Laily sedih.
“Ya sudah diundur saja”saran ayah.
“Hari bahagia ini tidak boleh di undur ayah, kalian rayakan saja nanti Laily coba minta izin dengan bos”
Semua mengangguk setuju.
Keesokan harinya, dimana pesta akan dimulai. Lila dan ayahnya sibuk mendekor halaman belakang sebagai tempat utama berlangsungnya pesta, sedangkan ibunya di dapur menyiapkan makanan-makanan yang akan disajikan. Namun lain halnya dengan Laily, ia disibukkan dengan tugas-tugas yang harus ia selesaikan cepat agar bisa pulang lebih awal.
Hingga senja pun tiba, tamu-tamu mulai berdatang. Dari teman-temannya Laily, teman Lila, hingga tetangga-tetangga yang seumuran dengan ayah ibunya Laily.
“Calonnya Laily yang mana om? “tanya salah satu temannya Laily.
“Nanti ya, kalian akan lihat”seru ayahnya.
Tak lama setelah itu, pria berwajah tampan datang menggunakan jas setelan. Ia menghampiri ayahnya Laily yang dari tadi memperhatikannya saat muncul di pesta tersebut.
“Hai nak, kau tampan sekali”seru ibunya Laily.
“Makasih Tante”kata Adha.
“Oh ya, Laily masih banyak kerjaan ya? “tanya ayahnya kepada Adha.
“Iya. Tapi saya sudah bilang jam 8 dia boleh pulang”
“Baguslah kalau begitu, jadi kita masih punya waktu mempersiapkan pertunangan ini”seru ayahnya girang.
“Tentu. Mari, biar saya bantu”
“Jangan dong. Nak Adha jangan sampai kotor pakaiannya, biar Lila saja yang mengerjakannya”
Adha hanya mengangguk dan kemudian duduk di kursi yang telah disediakan.
Jam pun menunjukkan angka 8, Laily bergegas pulang kerumahnya. Ia melihat tumpukan kendaraan sudah memenuhi halaman depan rumahnya. Ia pun berlari masuk kerumahnya dan membuatnya menabrak seseorang.
“Maaf, saya buru-buru”kata Laily yang jatuh kelantai tanpa melihat ke arah orang yang ditabrak nya.
“Laily!”
“Satya! “
Mereka tertawa dan Satya pun membantu Laily berdiri.
“Makasih”kata Laily lembut dan ia pun berlalu.
Satya terus saja memperhatikan Laily hingga bayangan Laily pun hilang.
Ibunya pergi untuk mengecek Laily yang masih saja di kamarnya.
“Laily! “panggil ibunya.
Laily tak menjawab. Dengan terpaksa, ibunya langsung masuk ke kamarnya. Laily duduk termenung menatap dirinya di cermin.
“Laily, ayo nak cepat. Tamu-tamu sudah menunggumu”kata ibunya.
“Laily akan tunangan kan bu? “tanya Laily dengan suara parau.
“Anak ibu menangis? Kenapa nak? Ceritakan pada ibu? “tanya ibunya yang langsung menopangkan bahunya untuk disandari oleh anaknya.
“Leli tidak masalah siapa yang akan menjadi suami Leli kelak. Tapi Leli hanya takut, ia tak bisa menerima Leli dan Leli belum tentu bisa menjadi istri yang baik”
“Jangan bicara seperti itulah. Ibu yakin kok, Leli anak yang baik, sholehah, penurut. Insya Allah bisa menjadi istri yang baik. Lagipula ini hanya tunangan saja”
“Dengan melihat kondisi Leli, seorang wanita karir apakah dia bisa menerima Leli. Leli tak ingin kehilangan pekerjaan Leli, Leli masih ingin membahagiakan ayah dan ibu dan Leli harus membiayai kuliah Lila kelak”
“Tenang. Ia akan sangat mengerti keadaanmu. Karena ia sama denganmu”
“Siapa yang ibu maksud? “tanya Laily.
“Kamu akan tau nanti. Ayo kita turun. Hapus air matamu! “
“Ibu duluan saja”
Ibunya pun berlalu. Sedangkan Laily masih bertanya-tanya dengan dirinya sendiri.
“Atau jangan-jangan…! “pikir Laily yang membuatnya sangat panik.
“Ya, pasti Dia. Ayah waktu itu..” Laily mulai mengingat saat ayahnya memberikan rantang berisi makanan kepada manajernya dan beberapa hari yang lalu ayahnya kepergok bak pencuri memasukkan makanan ke rantang.
Ia juga mengingat kata-kata ibunya “Tenang, ia akan sangat mengerti keadaanmu. Karena ia sama denganmu” “sama denganmu” kata-kata itu terus terniang di kepalanya.
Laily pun melangkah keluar dan mencari adiknya. Saat matanya menebar di kerumunan tamu, mata Laily terhenti pada sosok yang setiap hari ia temui, ya manajernya, Adha. Adha saat itu sedang berbincang dengan teman-teman Laily. Melihat ekspresi teman-temannya pun benar-benar meyakinkan pemikirannya bahwa ia akan ditunangkan dengan Adha.
Laily melangkah mundur, ia ingin lari dari sana. Namun lagi-lagi ia menabrak seseorang dan orang itu adalah Satya.
“Ada apa? “tanya Satya panik melihat gestur Laily yang tampak ketakutan.
“Kita harus bicara” Laily langsung menarik tangan Satya.
Ia membawa Satya ke halaman depan rumahnya.
“Katakan aku harus bagaimana? “tanya Laily tanpa peduli Satya tau atau tidak.
“Maksudnya? “
“Aku tak ingin menikah. Kau seorang psikiater kan? Kau pasti tau alasan mengapa aku tak ingin menikah”kata Laily yang mulai gundah.
“Aku memang psikiater, tapi aku juga harus tau apa masalahnya”
“Aku menyukai orang lain. Aku tak bisa melanjutkan pertunangan ini”
“Ya, ya kalau begitu katakan kepada orang tuamu”kata Satya.
“Aku telah berjanji pada mereka terutama ayah, aku akan menikah dengan pilihannya”
“Begitu ya. Maaf kali ini aku tak bisa membantu. Pikiranku sedang buntu saat ini”
“Bagaimana sih! Sia-sia aku mengatakannya padamu”kesal Laily.
“Aku hanya binggung, jika kau sudah menyukai seseorang mengapa tak kau katakan sebelumnya pada ayahmu? Pasti ia mengerti”
“Karena aku baru merasakannya sekarang!”seru Laily.
“Sekarang? “
“Ya, sekarang. Saat ini, detik ini, ditempat ini, posisi ini”jelas Laily sambil menunjuk ke arah tanah tempat mereka berdiri.
Satya langsung melihat Laily dalam-dalam, tampak mata itu penuh harap. Satya langsung menggeleng-gelengkan kepalanya, mengalihkan pandangannya.
“Tidak”ucap Satya.
“Apanya yang tidak? “
“Aku tidak menyukaimu”ujar Satya yang membuat Laily semakin gundah.
Laily hanya terdiam sembari menarik nafasnya dalam-dalam menahan tangisnya yang akan tumpah.
“Sebaiknya kau masuk ke dalam, tak baik jika kita berdua disini”perintah Satya yang kemudian meninggalkan Laily sendirian.
Laily tak dapat menahan tangisnya, ia menangis sejadi-jadinya. Ia tak tau harus bagaimana. Akhirnya ia pun melangkah menuju ke halaman belakang sembari mengusap air matanya yang masih tersisa.
Semua orang langsung terpaku pada kehadirannya, Laily terlihat cantik dengan gaun biru pastelnya selaras dengan hijabnya.
“Selamat ya Laily”
Kata-kata itu terus saja didengarnya saat ia melewati beberapa orang. Ia pun akhirnya mencapai posisi dimana ayah dan ibunya berdiri.
“Baiklah semua, karena wanitanya sudah hadir di tengah-tengah kita. Maka acara ini pun akan dimulai”seru Lila selaku MC.
Semua bersorak dan terus meneriakkan kata selamat kepada Laily. Laily hanya tersenyum simpul, menyembunyikan kesedihannya. Matanya terus-terus saja mencari keberadaan Satya. Apakah ia pergi, pikirnya.
Adha yang saat itu posisinya jauh darinya, kini ia mulai mendekat ke arah Laily. Ingin rasanya, ia berteriak kepada Adha agar jangan mendekat dan ingin sekali mengatakan jikalau ia tidak menginginkannya untuk menjadi imamnya kelak. Namun, Laily tak punya kekuatan sebesar itu. Ia membiarkan langkah demi langkah itu mendekatinya hingga Adha tepat di hadapannya, tersenyum manis padanya.
“Selamat ya”
Jlleep. Jantung Laily seakan terhenti mendengar kata itu keluar dari mulut Ada. Apa ini? Mengapa ia mengucapkan selamat? Bukannya Adha yang akan mempersuntingnya? , pikirnya.
Laily terus memandang orang tuanya dengan penuh tanya. Hingga tangan ayahnya pun mengarahkan pandangan Laily. Ayahnya menunjuk seorang pria berlesung pipi yang perlahan berjalan ke arahnya.
Laily menggeleng-gelengkn kepalanya, tak percaya. Apakah ia bermimpi, pikirnya. Setiap langkah pria itu membuatnya ingin berlari lebih kencang dibanding saat Adha yang menghampirinya. Dimana ia akan menyembunyikan wajahnya.
Pria itu menyentuh pipinya sendiri tepat di lesung pipinya dan tersenyum kepada Laily.
“Pergunakan lesung pipi itu sebaik-baiknya. Karunia Tuhan jangan disalahgunakan. Lesung pipi hanya untuk orang-orang bahagia, yang selalu tersenyum. Bukan untuk orang yang cemberut seperti ini”
Laily sontak langsung tertawa mendengar kata-katanya dan setelah itu langsung menatap dalam-dalam calon tunangannya itu.
“Mengapa kau melihatku seperti itu? “
“Aku ingin membaca pikiranmu. Apakah kau yakin menyukaiku dan aku lihat tampaknya kau tak menyukaiku”seru Laily.
“Aku memang tidak menyukaimu, tapi lebih mengagumimu, menyayangimu, dan mencintaimu”
Laily langsung memukul tangan pria yang terus saja menggodanya itu.
“Aduh-aduh. Nampaknya pasangan ini saling mencintai, sehingga mereka melupakan banyak orang disekitar sini”ledek Lila.
Baca Juga: Harapan Dalam Impian Bagian 1
Mendengar ledekan Lila itu, membuat semua orang tertawa termasuk kedua mempelai, Lila dan Satya.
“Tunggu, sebelum itu aku ingin bertanya. Kita baru kenal, mengapa kau memilihku? “
“Aku memilihmu bukan hanya karena aku mengagumimu tapi aku memilihmu juga karena orang tuaku”
Satya sambil menunjuk ke arah orang tuanya yang turut hadir.
“Aku sudah menjalin kasih dengan beberapa wanita, tapi orang tuaku tak menyukainya. Namun, saat aku menceritakan tentangmu, bagaimana pedulinya kamu terhadap keluargamu. Orang tuaku langsung menyetujuinya walaupun mereka belum pernah melihatmu. Tentu inilah yang terbaik, semua yang diatas namakan Tuhan dan orang tua, Insya Allah baik untuk kedepannya.”terang Satya.
Laily hanya tersenyum penuh haru mendengar setiap perkataan Satya.
“Kita memiliki kesamaan. Memiliki banyak harapan dalam satu impian. Kau banyak sekali berharap mengenai keluargamu, karirmu, serta masa depanmu. Dan saat ini semua harapan itu menjadi satu impian yang menjadi kenyataan”lanjut Satya.
Laily tersipu malu diperlakukan Satya semacam itu.
“Sudah selesai? “tanya Lila.
Satya dan Laily mengangguk.
“Baiklah. Kali ini aku, Lila adik dari Laily yang akan berbicara. Kak Laily adalah sosok anak, sosok kakak, yang menjelma menjadi wonder woman di keluarga kami. Ia sempat hilang kepercayaannya akan ritual pernikahan karena terlalu memikirkan keluarganya”
“Dan Kak Satya, seorang psikiater yang aku temui di sebuah talkshow dan saat itu ia menjadi bintangnya. Ia selalu membantu orang-orang saat dibutuhkan. Sungguh pekerjaan yang mulia. Jangan fikir kita semua yang berdiri disini tidak bisa gila, kita semua disini semuanya bisa gila. Setidaknya sekali seumur hidup kalian-kalian semua pernah merasakan frustasi, stress dan akibatnya bisa membuat kita gila. Untuk meminimalisir banyaknya manusia masuk rumah sakit gila, makanya ada seseorang seperti Satya Nugraha. Tepuk tanganya untuk mereka berdua”seru Lila.
“Mungkin kalian bosan dengan cerita bohongku, mari kita mulai saja acara inti kita”ujar Lila yang membuat semua orang tertawa.
Acara tukar cincin pun dimulai, lesung pipi mereka berdua semakin dalam saat cincin itu sudah ditangan mereka. Keduanya pun telah sah bertunangan dan kedua belah pihak pun mengumumkan kepada para tamu tanggal pernikahan mereka.
Ending.
Penulis: Riski Ramadhani