mimbaruntan.com, Untan – Majelis Umum PBB pada tanggal 18 Desember 2007 dan disahkan berdasarkan surat nomor A/RES/62/139. Resolusi tersebut menetapkan bahwa setiap tanggal 2 April diperingati sebagai hari kepedulian Autisme sedunia terhitung sejak tahun 2008. Tujuan ditetapkannya hari kepedulian Autisme sedunia adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pengakuan atas hak-hak penyandang autisme di seluruh dunia.
Menurut Ikatan Perawat Anak Indonesia (IPANI), Autisme saat ini disebut sebagai gangguan spektrum autisme atau Autism Spectrum Disorder. Autism Spectrum Disorder merupakan istilah yang pertama kali digunakan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders versi V yang dirilis pada bulan Mei tahun 2013. Terminologi “spectrum” digunakan karena gejala gangguan spektrum Autisme bervariasi dari tahap ringan hingga berat. Gangguan spektrum Autisme merupakan gangguan perkembangan otak (neurodevelopment) yang ditandai dengan adanya gangguan dan kesulitan penderita untuk berinteraksi sosial, berkomunikasi baik verbal maupun non-verbal, serta adanya gangguan perilaku, minat dan aktivitas yang terbatas, berulang dan stereotipik.
Berdasarkan data dari Centre of Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat memperkirakan prevalensi anak dengan gangguan spektrum Autisme di tahun 2018 yakni 1 dari 59 anak, meningkat sebesar 15% dibandingkan tahun 2014 yaitu 1 dari 68 anak, sedangkan WHO memprediksi 1 dari 160 anak-anak di dunia menderita gangguan spektrum Autisme.
Menurut Halodoc (2018), terdapat empat jenis autisme,
- Autistic Disorder merupakan anak autisme yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik tetapi masih dapat mendengar dan menjawab pertanyaan dari seseorang dengan menjawab ya dan tidak saja.
- Asperger Syndrome merupakan anak autisme yang dapat berkomunikasi dengan baik namun tidak memiliki empati atau filing.
- Childhood Disintegrative Disorder merupakan anak autisme yang tidak dapat berkomunikasi sama sekali hanya mereka dapat mendengar saja karena mereka mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik, bahasa, dan fungsi sosial.
- Pervasive Developmental Disorder merupakan anak autisme yang memiliki gejala interaksi dengan teman teman imajinatif anak, mereka tidak bisa menanggapi perilaku orang baik secara lisan maupun non-lisan, tahan terhadap perubahan dan sangat kaku dalam rutinitas, sulit mengingat sesuatu dan lain sebagainya
Baca Juga: Gembar-Gembor Untan Menuju Green Campus
Anak dengan pengidap autisme dalam kesehariannya kerap kali timbul perilaku seperti stimulasi diri, yaitu perilaku yang berulang-ulang dan tanpa tujuan, seperti bergoyang-goyang ke depan dan belakang, mengepak-ngepakkan tangannya, melukai diri sendiri (contoh menggigit tangan atau membentur-benturkan kepala), kontak mata buruk, kebal terhadap rasa sakit, tidak menyukai rabaan, bila mendengar suara keras langsung menutup telinga dan hiperaktif
Sebagai orangtua kerap kali merasa bimbang bagaimana meredakan tindakan hiperaktif yang dilakukan oleh anaknya. Begitu banyak metode yang digunakan dan diusahakan para orangtua untuk membantu dan menstimulasi perkembangan pengidap autisme dalam berbagai bidang salah satunya yaitu melalui musik.Musik yang digunakan untuk penyembuhan pada perkembangannya membuat lahirlah terapi musik Senada dengan Astuti (2021) bahwa terapi musik juga dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang yang sedang sakit, terutama pada anak berkebutuhan khusus.
Menurut Hearta (2017) Terapi musik sejauh ini masih didefinisikan sebagai aktivitas terapi yang menggunakan musik sebagai media untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi pada manusia.
Terdapat beberapa metode dalam penerapan terapi musik bagi pengidap autisme yaitu
- Metode Kodaly: dalah metode pembelajaran yang berada dalam kerangka kerja yang menyenangkan dan mendidik. Metode ini dibangun kuat pada teori musik dasar dan notasi musik dalam berbagai bentuk verbal maupun tertulis. Metode Kodaly juga mencakup pemakaian pembelajaran bahasa tangan, notasi pendek musik (notasi stik) dan solmisasi ritme (verbalisasi). Contoh dari metode tersebut adalah pada pembelajaran solfeggio menggunakan simbol tangan pada anak TK. Simbol tersebut memudahkan anak untuk mengenal notasi.(Fadhillah,2019)
- Metode Dalcroze: merupakan metode pembelajaran untuk melatih musikalitas dengan memperhatikan tiga hal. Pertama, eurhythmic untuk melatih kepekaan tubuh terhadap irama dan dinamika. Kedua, solfeggio untuk melatih kepekaan telinga, mata, kemampuan menyanyikan nada dengan tepat, melodi dan harmoni. Ketiga, improvisation untuk melatih kemampuan dalam menguasai elemen dasar musik seperti irama, dinamika, nada dan bentuk melalui penemuan siswa sendiri dengan menggunakan gerak, suara maupun instrument . Tujuan metode Dalcroze ini untuk membangun hubungan antara pikiran dan tubuh (Heldisari, 2020)
- Metode musik pedagogy: metode pendidikan musik dengan bidang studi yang terkait dengan pengajaran dan pembelajaran musik . Contoh dari metode tersebut adalah saat kita menyusun pembelajaran anak, mengetahui latar belakangnya, membentuk karakter, tingkah laku, dan pola pikir anak (Heldisari, 2020)
Baca Juga: Kenapa Pontianak: Romantisasi Kota Khatulistiwa
Dalam penggunaan ketiga metode ini, telah terbukti dilakukan oleh salah satu lembaga/yayasan yang kerap menerapkan musik sebagai media terapi di Indonesia salah satunya yaitu Daya Indonesia Performing Art Academy yang merupakan Akademi Seni Pertunjukkan swasta pertama di Indonesia. Daya Indonesia Performing Art Academy membuka kelas khusus untuk pelaksanaan terapi musik anak berkebutuhan khusus, lansia, maupun ibu hamil. Pada lembaga ini, terdapat 6 murid Autis yang menjalani terapi musik mulai dari usia 8 tahun, hingga 27 tahun. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2022), pendekatan terapi musik di kampus Daya dengan ketiga metode diatas efektif digunakan saat terapi hingga mampu membuat anak menjadi lebih mengenal dirinya sendiri dan sekitarnya.
Penerapan ketiga metode ini pun tentu menjadi perhatian yaitu Metode Pedagogy digunakan untuk mengetahui latar belakang kesehatan anak melalui wawancara pada orang tua agar terapis dapat memberikan metode yang tepat. Metode Kodaly digunakan untuk menerapkan teori tonic solfa (bermain nada do re mi… oleh terapis diikuti anak menirukan nada dengan bermain piano/ bernyanyi), hand sign (gerak bentuk tangan), body symbol (korelasi musik dengan gerakan fisik), dan Rhythm Duration Syllables (pembelajaran ritmik). Metode Dalcroze digunakan untuk menerapkan teori dalcroze eurhythmic (mendengarkan musik dan menggunakan gerak dengan ritme musik) dan solfeggio (mendengar, mengenali, mencocokkan, dan mengingat nada)
Pada penelitian Saputra (2022) diakhir terapi anak dapat mengungkapkan perasaannya, menghadapi sesuatu, dan memahami peristiwa di sekitarnya dengan mengontrol nafas serta detak jantungnya agar lebih teratur. Hal lain yaitu dapat melatih motorik anak menjadi lebih aktif.
Penulis: Hilda Putri Ghaisani
Sumber:
Astuti, A., Yayah, Y., & Nurhaeni, N. (2021). Terapi Musik Pada Kualitas Hidup Anak yang Sakit:A Literature Review. Journal of Holistic Nursing Science, 8(1), 89–104. https://doi.org/10.31603/nursing.v8i1. 3332
Fadhilah, A. (2019). Penerapan Metode Kodaly (Hand Sign) Dalam Pembelajaran Ekstrakurikuler Angklung Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 10 Sleman Yogyakarta. Pendidikan Musik. http://digilib.isi.ac.id/id/eprint/5892
Halodoc. (2018). 4 jenis autis yang Perlu Diketahui. Halodoc.Com. https://www.halodoc.com/artikel/4- jenis-autis-yang-perlu-diketahui
Hearta, S. (2017). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Perkembangan Kemampuan Anak Dan Remaja Berkebutuhan Khusus. Jurnal Ilmiah Repertoar, Vol.3 No. 1, Juli 2022 ISSN: 2746-1718 55 Psikologi MANASA, 6, 1–476
Heldisari, H. P. (2020). Efektivitas Metode Eurhythmic Dalcroze Terhadap Kemampuan Membaca Ritmis Notasi Musik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dan Pembelajaran, 4, 468–478. file:///D:/Users/user/Downloads/2822 3-60200-1-PB.pdf