mimbaruntan.com, Untan – Keamanan kawasan Gedung Kuliah Bersama B Universitas Tanjungpura (Untan) dipertanyakan oleh sejumlah mahasiswa yang mengalami kehilangan helm di area parkir. Kehilangan tersebut kerap kali terjadi pada pagi dan siang hari. Hal ini menimbulkan tanda tanya kepada pihak yang bertanggung jawab dalam keamanan Gedung Kuliah Bersama B.
Kehilangan helm pernah dialami oleh salah satu mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PGPAUD), Esya Farilla saat mengikuti Pembinaan Mahasiswa PGPAUD (PIMPA) di Gedung Kuliah Bersama B pada tahun lalu (6/8). Ia menceritakan bahwa saat mengikuti ospek, kakak tingkat yang menjadi panitia tidak memberikan peringatan untuk membawa helm masuk ke dalam sehingga barang berharga miliknya itu hilang.
“Baru kali ini hilangnya. Pas aku datang kakaknya yang (panitia) keamanan mendesak gitu, cepat dek cepat, gitu katanya. Sudah didesak gitu kan panik lah aku, sampai lupa bawa helm ke dalam, kakaknya juga ga ada ingetin kalau helm harus dibawa. Aku kira itu sudah aman lah karena ada kakaknya di luar. Pas mau balik sudah nggak ada,” terangnya.
Mahasiswi itu menerangkan bahwa CCTV tidak berfungsi sehingga bantuan tak dapat dilakukan oleh pihak keamanan karena kehilangan yang sama dan terus-menerus terjadi.
“Pas kemarin hilang, aku langsung tanya ke satpam ke bagian ruangan satpamnya. Terus aku nanya, Pak ada CCTV nggak disini, soalnya helm aku ilang. Nah, kata bapaknya nggak ada CCTV dek, kalau sudah hilang nggak bisa saya bantu soalnya udah banyak kejadian, kata bapaknya begitu,” jelasnya.
Hal serupa dialami oleh Jesslina, yang mengalami kehilangan helm sebanyak 2 kali dalam rentang waktu yang berdekatan. Kehilangan pertama terjadi di malam hari saat ia menyempatkan diri ke Gedung Kuliah Bersama B. Sementara kehilangan kedua terjadi pada pada siang hari saat mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris itu sedang melaksanakan kegiatan organisasi.
“Dibulan Oktober dan November 2022 di Gedung kulber B, jarak kehilangannya cuman sebulan. Itu aku parkirnya di tempat parkir biasa yang di depan itu. Semua helm aku yang dicuri itu merknya GM. Pertama itu waktunya malam, kayak aku sama temenku mampir ke Kulber B aja. yang kedua itu ada kegiatan organisasi, siang,” terangnya.
Kebingungan pun dirasakan Jesslina, ia tidak melaporkan kehilangan tersebut karena tidak tahu harus melapor kepada siapa. Ia juga mengaku tidak melihat adanya plang atau tanda peringatan.
“Yang di Kulber kan ga ada satpam ya, jadi aku ga tau harus lapor kemana. Sedih sih soalnya GM lumayan ya harganya. Untuk plang atau tanda buat bawa helm ini sendiri aku ga ada lihat, tapi semejak kejadian 2 kali kehilangan helm, aku setiap ke Kulber selalu bawa helm masuk,” ungkapnya.
Pengaduan terkait kehilangan didapat setiap hari, 3 jam sekali saat pergantian mata kuliah. Helm menjadi barang yang sering hilang dibandingkan barang lainnya seperti kunci motor, botol air minum hingga laptop. Hal ini disampaikan oleh Ibrahim, pengelola Gedung Kuliah Bersama B saat ditemui pada Senin, (15/5).
“Kalau pengaduan setiap hari. Tiap per 3 jam, 3 sks karena itu kan pergantian kuliah. Paling banyak itu helm. Terus kunci motor, botol air minum, ada juga laptop kemarin. Nggak bosan juga ngingetin kawan-kawan dari mahasiswa untuk membawa helm. Kalau kunci itu murni itu pertama mereka terburu-buru. Pernah juga ketinggalan HP di atas jok motor, kan aneh. Untung ada yang nemuin dibalikin ke saya, “ ucapnya.
Ibrahim menargetkan 2 pelaku yang sering melewati area gedung terutama lahan parkir samping yang menjadi titik paling sering terjadinya pencurian helm. Namun hingga saat ini, sulit untuk mengungkap identitas pelaku. Selain itu, berdasarkan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), Ibrahim bukanlah satpam melainkan pengelola gedung, sehingga barang yang hilang bukan tanggung jawabnya. Ditambah CCTV rusak, menjadi pemicu pelaku gencar melakukan aksinya.
“Sudah ada yang kita tuju. Cuman, belum sempat kedapatan. Mereka ini lewatnya dari jalan samping dan rata-rata motor yang hilang helmnya itu di jalan samping. Mereka 2 orang. Banyak CCTV yang rusak makanya tidak diaktifkan. Kalau untuk pengajuan secara tersurat sih belum cuman secara lisan pernah. Sesuai di SKP, saya itu pengelola gedung. Makanya saya bilang, kehilangan barang bukan tanggung jawab,” paparnya.
Luasnya gedung dengan beberapa lantai tersebut membuat Ibrahim mengaku kewalahan. Di sisi lain kurangnya tenaga kerja satpam membuatnya harus mengawasi serta mengontrol seorang diri.
“Jumlah mahasiswa yang kuliah disini 700 sampai 800-an per 3 sks. Sedangkan saya sendiri, mengontrol agak-agak repot. Cuman untuk pengontrolan dari satpam Rektorat, tapi itupun dilihat disana dulu. Kalau disana sibuk nggak bakal sempat mereka kesini. Harapan saya dari pihak-pihak terkait, mudah-mudahan kedepannya digedung B ini ada bantuan lah paling tidak 1 satpam. Sistemnya di rolling. Sangat kurang, CCTV nggak ada, satpam nggak ada, saya sendiri,” pungkasnya.
Reporter kami mendatangi keamanan Rektorat yang menjadi pengontrol utama keamanan yang sebelumnya diarahkan oleh Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian (Kassubag), namun pihak keamanan Rektorat tidak dapat diwawancarai karena mereka menolak untuk dimintai keterangan mengenai kasus ini.
Penulis : Elvira dan Tresia
Editor: Ibnu