mimbaruntan.com, Untan – Mengusung tema “Menggali Pengetahuan, Pengalaman dan Nilai Kehidupan”, World Agroforestry Center (ICRAF) Indonesia menggelar acara Tur Kampus yang diinisiasi oleh Peneliti Muda Gambut pada Jumat, (9/7) di ruang virtual Zoom Meeting.
Dengan tagline #PahlawanGambut, para Peneliti Muda Gambut membagikan pengalamannya dalam menyelesaikan kajian lapangan di 31 desa kepada 3 Perguruan Tinggi Kalimantan Barat (Kalbar), yaitu Universitas Tanjungpura (Untan), Universitas Muhamadiyah Pontianak (UMP) dan Universitas Panca Bhakti (UPB).
Dalam sambutannya, Gusti Hardiansyah selaku Dekan Fakultas Kehutanan (Fahutan) Untan memberikan apresiasi kepada gerakan yang dilakukan oleh ICRAF Indonesia karena telah menunjukkan bahwa pengelolaan lahan gambut yang dilakukan secara berkelanjutan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Ini akan menjadi bekal penting bagi Sumber Daya Manusia kita khususnya bagi sarjana muda, harapannya semoga kedepannya gerakan ini bisa ditumbuh kembangkan dan dapat meningkatkan kesejahteraan Indeks Desa Membangun yang ada di Kalbar,” jelasnya.
Baca juga : Berbagi Cerita Tantangan dan Peluang Penghidupan di Lahan Gambut
Alponsus Alpiandi, satu dari 55 Inkubator Peneliti Muda Gambut yang turut membagikan kisahnya dalam menilik potensi pemanfaatan lahan gambut di Desa Sungai Asam, Kabupaten Kubu Raya. Ia bercerita bahwa masyarakat setempat sudah melakukan pengelolaan lahan dengan pola watani (agroforestry) sehingga sangat baik dalam situasi perubahan iklim saat ini.
“Pada pola perkebunan ini, petani memadukan komoditas-komoditas yang berbeda dan akan memberikan keuntungan ekologi dan ekonomi masyarakat,” ungkapnya.
Di tengah situasi pandemi saat ini, Alpiandi menambahkan bahwa lahan gambut seluas 80% di Desa Sungai Asam menjadi salah satu potensi dalam menghasilkan produk komoditas tanaman seperti jahe yang berguna untuk menjaga kestabilan tubuh.
Berbeda dengan Alpiandi, Desintha Yuwindha yang juga menjadi Peneliti Muda Gambut, di mana ia berfokus kepada potret pahlawan rumah tangga di lahan gambut di Desa Radak Baru, Kabupaten Kubu Raya untuk melihat apakah peran perempuan akan signifikan dalam revitalisasi lahan gambut atau tidak.
Dalam penelitiannya, Desintha mewawancarai 3 orang figur perempuan dengan latar belakang yang berbeda. Ia menemukan terdapat banyak harapan yang disampaikan oleh perempuan yang kebetulan tergabung ke dalam kelompok transmigrasi di Desa Randak Baru.
“Motivasi perempuan ini sangat tinggi karena untuk menghidupi rumah tangga itu tidak hanya bergantung kepada lahan saja tetapi terkendala pula pada pemasaran. Maka dari itu beberapa perempuan juga memegang peranan penting untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya,” imbuhnya.
Ia menceritakan bahwa dalam meningkatkan produktivitas, perempuan-perempuan di Desa Randak Baru mengolah produk yang dihasilkan dari pemanfaatan lahan gambut menjadi beberapa bentuk seperti jamu jahe dan mengolah pandan berduri menjadi tikar.
“Ini membuktikan bahwa lahan gambut adalah rumah yang ramah untuk kita melakukan strategi penghidupan yang baik. Kami memberikan solusi seperti pelatihan, pemberdayaan perempuan dan pemasaran produk dari potensi yang ada di desa tersebut,” tutupnya.
Reporter : Selly
Penulis : Monica Ediesca