mimbaruntan.com, Untan – Menutup rangkaian acara Peneliti Muda Gambut Chapter-2, World Agroforestry Center (ICRAF) Indonesia menggelar Dialog Publik bertajuk “Apa Kabar Gambut Kalimantan Barat? Bersinergi untuk Gambut yang Lestari” pada Selasa, (13/7) di ruang virtual Zoom Meeting.
Feri Johana selaku Koordinator Proyek Peat-IMPACTS Indonesia menyatakan Dialog Publik ini merupakan ajang bagi generasi muda untuk belajar menyampaikan pendapat berdasarkan aspirasi masyarakat. Ia berharap, temu wicara ini dapat menjadi jembatan yang menghubungkan para peneliti muda dengan pembuat kebijakan dalam pengelolaan gambut yang berkelanjutan di Kalimantan Barat (Kalbar).
“Dialog publik ini juga diharapkan dapat mendukung semakin banyaknya proses komunikasi antara tingkat lapangan kepada pembuat kebijakan serta mendengarkan berbagai usulan dan solusi yang berguna dalam pengelolaan lahan gambut yang semakin baik khususnya di Kalbar,” ujarnya.
Hadir sebagai salah satu pembicara, Sekar Aprilia Maharani memaparkan hasil observasi yang telah ia lakukan sejak Februari 2021 lalu. Walau belum bisa menggambarkan secara utuh, baginya lokasi yang ia teliti bersama 55 peneliti muda lainnya cukup mampu menjelaskan kondisi kehidupan masyarakat di atas lahan gambut.
“31 desa barang kali belum bisa menjadi representasi utuh dari kondisi 118 desa yang ada di Kubu Raya, namun desa yang masuk ke dalam kawasan hidrologis gambut seperti Sungai Ambangan dan Sungai Terentang sudah cukup menjadi penggambaran kehidupan masyarakat di atas lahan gambut,” jelasnya.
Sekar membagi kisah telah menemukan berbagai permasalahan yang ada di lokasi tersebut mulai dari sektor pertanian, sektor perekonomian hingga sektor infrastruktur dan sektor Sumber Daya Manusia (SDM) terkait regenerasi petani.
“Berbagai permasalah ini seharusnya menjadi perhatian dari berbagai pihak, bukan hanya mengkaji dari sisi ketersediaannya saja, tapi penting untuk mengkaji bagaimana kualitas dan kuantitasnya agar masyarakat setempat bisa sejahtera dan juga petani-petani lokal bisa tumbuh dengan ekonomi lokal yang baik,” tambahnya.
Samuel K. Manurung yang juga menjadi pembicara pada Dialog Publik turut menyampaikan usulan dan rekomendasi dari Peneliti Muda Gambut berdasarkan pengamatan lapangan yang telah ia lakukan seperti pencegahan kebakaran lahan gambut dan hutan dengan menggunakan alat berat, melakukan bazar khusus untuk produk-produk tani, menggalakkan program nasional penyediaan air minum serta program Tembakul yang telah diusung oleh Bupati Kubu Raya.
“Perlu kolaborasi dan elaborasi dari setiap tingkat pemerintah daerah sampai ke desa. Tentunya memerlukan sinergitas yang melibatkan masyarakat lokal sehingga implementasi dan pengawasan dari peraturan tersebut mulai dengan optimal,” jelasnya.
Di penghujung acara, Sonya Dewi selaku Country Director ICRAF Indonesia mengumumkan dua Peneliti Muda Gambut terbaik, yaitu Nurhayatun Nafsiyah dan Iman Sumantri. Kepada yang terpilih, ia berharap dapat menjaga kepedulian terhadap pengelolaan gambut yang lestari dan secara umum pada lingkungan hidup Indonesia.
“Mereka menjadi motor penggerak kepedulian akan pengelolaan gambut yang lestari dan terus menginspirasi anak-anak muda lain, tidak hanya di Kalbar tapi lebih luas lagi,” tutupnya.
Reporter : Selly
Penulis : Vania Holika Sitanggang
Editor : Monica Ediesca