Seperti buku yang timpang tanpa tulisan
Kau benar-benar sempat berjalan bersamaku, walau sesaat
Sahabatku,
Sesekali sendiri aku tertawa, mengingat masa yang jauh dari kata Taqwa!
Apakah aku berdosa?Sontak hati ini menjawab lirih,
“Jelas kau berdosa!! Kepadanya Kau persembahkan dirimu seolah ladang yang nikmat untuk diperkosa, terlalu mengada-ngada, menikmati maya musik tanpa nada!!”
Lantas untuk apa aku meronta?
Memeras asa agar yang kau ucap tercipta?
Atas nama ombak yang menampar bibir pantai, daun niur yang melambai, kala itu kau berkata padaku
“tenang, masa itu akan sampai, aku akan tetap menahan panas bara di telapak kaki, menggenggamu di dilubuk hati, hingga kita berdua sampai pada asa yang ingin kita capai”
Namun kali ini aku benar-benar marah!!
Kau hajar ulu hati yang menitipkan mati,
Dalam bendera hitamu kau berikibar, kau ubah suasana bak kertas yang terbakar,
Kau hilang, seperti burung yang mencuri padi seketika terbang,
Hening, seketika aku terpelanting, terbanting,terombang ambing, mengendalikan marah untuk masa yang lebih penting,
Teruntuk yang berikrar seketika pergi,
Belukar abadi takan pernah mati, walau malam berganti pagi,
Kau Ingkar!
Karya
Adi
Universitas Tanjungpura
Fakultas: ISIPOL 2014