mimbaruntan.com, Untan- Mendengar kata lulus, dibenak masing- masing individu punya target tersendiri. Baik lulus dari sebuah jenjang pendidikan ataupun lulus atas pencapaian sesuatu. Bagaimana jika pertanyaan tersebut tertuju pada jenjang pendidikan sarjana misalnya, kamu mau lulus kapan? Pertanyaan tersebut terkadang acap kali menjadi momok manusia terutama dengan label mahasiswa akhir.
Tak banyak dari mahasiswa yang mengharapkan dapat lulus tepat waktu. Pada peraturan sebelumnya mahasiswa diberikan waktu maksimal 7 tahun. Namun pada peraturan baru kali ini mahasiswa hanya diberi kemoloran kelulusan hingga 5 tahun saja atau 10 semester. Jika merujuk aturan baru Permendikbud no.49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT), bahwasanya beban belajar minimal mahasiswa S-1/D-4 adalah 144 SKS (satuan kredit semester). Untuk menuntaskan seluruh beban SKS tadi, mahasiswa S-1/D-4 diberi batas waktu 4–5 tahun (8–10 semester). Bagaimana konsekuensi yang harus diterima jika pada tahun kelima tak kunjung lulus, mahasiswa dapat terancam di drop out atau dikeluarkan dari perguruan tinggi tempatnya berkuliah.
Baca Juga: Menuju Babak Baru Kepemimpinan Untan Periode 2023-2027
Dengan adanya peraturan tersebut mahasiswa berbondong-bondong ingin lulus tepat waktu, bahkan lulus lebih cepat dengan harapan menjadi lulusan terbaik. Melihat pagelaran kelulusan wisudawan Universitas Tanjungpura (01-02/11), cukup banyak terlihat para wisudawan dengan predikat cumlaude berjejer, Agus Tubagus salah satunya. Seorang lulusan Profesi Apoteker dengan predikat lulusan terbaik pada kelulusan wisudawan di hari pertama wisuda (01/11). Agus tak hanya lulus tepat waktu namun juga menjadi lulusan berprestasi unggul, dengan IPK sempurna dan mendapat hasil Ujian Kompetensi Apoteker Indonesia dengan nilai 86,5. Agus menyelesaikan pendidikannya dengan hasil memuaskan dan lulus tepat waktu.
Namun dengan pencapaian tersebut, Agus masih merasakan sulitnya akses belajar ketika masih berkuliah, masa pandemilah yang menjadi faktor utamanya kala itu.
“ Kemarin masih pandemi ya, jadi masih ada kuliah yang online, karena itu belum maksimal perkuliahannya kemarin,” ungkapnya.
Sama cerita namun lain alur dan penokohan, adapun mahasiswa berprestasi yang ditemui pada acara wisuda pekan lalu, Muhammad Fahrul lulusan Prodi Seni Pertunjukkan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP). Hanya saja seniman yang kerap disapa Fahrul ini meraih prestasinya di luar akademik. Torehan prestasi nasional hingga internasional pun pernah dilakoni.
Adapun pencapaian yang telah dilakukan Fahrul selama masih berlabel mahasiswa, diantaranya pernah mengikuti Pekan Olahraga dan Seni (PORSENI) UT tingkat Nasional, menjadi Putra Tari Kalimantan 2021 hingga pernah diundang ke ajang Indonesian Dance Festival (IDF) sebagai Pemuda Potensial di Jakarta lomba tari tingkat Nasional, dan tim tarinya pernah menjadi juara umum pada Festival Tari Borneo di Malaysia yang diikuti oleh 3 negara, dan masih banyak lainnya.
Yang menjadi tanda tanya, bagaimana dengan perkuliahannya jika banyak sekali event nasional bahkan internasional yang diikuti? Fahrul tak sungkan membagikan kisahnya dibalik layar kesuksesan yang selama ini ia dapat. Kegiatan di luar kota, hingga kesibukannya menjadi penari yang juga sering kali membagikan konten tariannya, menjadi kendala lulus tepat waktu . Fahrul memilih menunda kelulusan untuk dapat mengikuti event-event penting yang membawa nama baik dan Universitas Tanjungpura. Namun begitu, Fahrul lulus sesuai ketentuan, 5 tahun atau 10 semester.
“ Hanya beratnya di skripsi, susah meyeimbangkan dengan kegiatan saat itu,” keluhnya.
Baca Juga: Penggerak Kemajuan melalui Lulusan Untan
Pria kelahiran Mempawah ini juga seorang content creator di sosial media yang hits di kalangan anak muda saat ini, dengan ribuan followers ia berhasil menarik simpati penontonnya.
Melihat prestasi para wisudawan Untan, pasti membuat rasa bangga sekaligus iri, bagaimana bisa mutiara seputih itu terus terpendam dalam cangkangnya. Wadah mengenalkan mahasiswa berprestasi sangatlah minim. Tak banyak yang tahu sosok mereka. Dari mereka berdua tentu akan menjadi contoh baik para mahasiswa Untan lainnya. Pesan dan saran turut disertakan.
Adapun Rizka Mukhlisa, seorang mahasiswa lulusan Profesi Apoteker yang diwisuda hari kedua (02/11) dengan predikat cumlaude Fakultas Kedokteran memberikan sedikit tips yang sebenarnya sederhana namun sangat berdampak pada akumulasi prestasinya,
“Mungkin sering-sering review catatan setelah perkuliahan, setiap ingin mencapai sesuatu pasti harus ada yang dikorbankan, kejar aja dulu mimpinya masalah lain yang tidak penting tinggalkan saja dulu,” pesannya.
Banyaknya perspektif masing-masing orang terkait batas wajar kelulusan mahasiswa hingga pencapaian Indeks Prestasi saat kuliah membuat para mahasiswa sendiri seringkali salah mengartikan, stigma lulus terlambat berarti tidak pandai dan malas. Sebaliknya, yang lulus tepat waktu selalu dihantui rasa takut ketika lulus tak punya pengalaman apapun saat berkuliah.
Menanggapi stigma tersebut Fahrul memberikan sedikit pesan penting bagi para adik-adiknya yang saat ini tengah sibuk menjalani keseharian sebagai mahasiswa,
“ Mau selesai berapa tahun pun itu pilihan kalian, goals nya di masyarakat otak kita berisi, jangan sampai lulus saja dan hanya mendapat gelar,” tegasnya dengan penuh semangat ketika diwawancarai setelah wisuda nya siang itu.
Penulis: Ilham Dwi W. ,Fahrul Azmi dan Hilda Putri G.
Editor: Putri