“Kapalmu sepertinya terkutuk,” bisik ombak padanya
Pulau manapun yang dilabuhi
Akan tenggelam dan lenyap
Menyisakan nama, menyisakan cerita
“Kapal ku tidak terkutuk!” bantahnya tidak terima
Meski roda kemudi bertanya-tanya
Mengapa setiap perhentian terasa sangat jauh?
Daratan seolah lari, enggan disinggahi
Ia seorang pelaut, bukan perompak
Ia mencari, tidak merampas
Tapi apalah arti sebuah pencarian
Jika menuntut banyak pengorbanan
Padahal tujuannya sederhana
Berlayar mencari daratan impian
Bukan untuk rehat sejenak
Ia ingin menetap, mendirikan rumah
Baca Juga: Satu Sisi
Sayangnya
Puluhan kali jangkar diturunkan
Belum ada pulau yang bersahabat
Si pelaut yang sukar bersahabat
Pulau terakhir yang disinggahi
Hangat iklimnya, kaya hutannya
Nyaman, seperti dekapan seorang ayah
Sampai awan hitam datang mengancam
Pelaut pengecut itu takut hujan
Maka ia cepat-cepat kembali berlayar
Melepas sauh, menjauhi pulau itu
Sebelum badai mengungkungnya
Ia tidak bisa kembali
Pulau itu sudah mengutuknya
Maka semakin terkutuklah kapal itu
Hingga ombak pun enggan lagi berbisik padanya
Tapi si pelaut punya matahari di dadanya
Ada percikan di dasar hatinya yang gelap
Harapan setitik yang menundukkan ketakutannya
Membuat nya kembali membentangkan layar
Baca Juga: Secuil Puisi Untuk Mama
Ia percaya
Kutukan bisa dipatahkan
Seperti harapan bisa dihancurkan
Dan ada kelahiran setelah kematian
Ia tidak mau mati di tengah laut
Tak mau mengalah pada samudra
Meski sesekali menoleh kebelakang
Kapalnya tetap melaju kedepan
Suatu hari, entah purnama ke berapa
Ia akan berlabuh di pulau yang tepat
Membangun rumah dari puing-puing kapalnya
Maka terlepaslah semua kutukannya
Penulis: Ibnoodle