mimbaruntan.com, Untan— Perempuan sebagai ibu rumah tangga biasanya hanya sibuk mengurusi anak dan suami serta kebutuhan rumah saja. Tidak jarang, kaum wanita hanya dipandang cukup di rumah saja sementara tugas suami adalah bekerja untuk menghidupi keluarga.
Namun, hal berbeda yang tergambar dari pelosok Kalimantan Barat. Perihal mencari uang tidak hanya dibebankan kepada suami sebagai kepada keluarga tetapi mereka bahu membahu demi kesejahteraan rumah tangga.
Seperti yang terjadi di kampung Semanggit, Kecamatan Nanga Leboyan, Kabupaten Kapuas Hulu ini. Ibu- ibu membentuk perkumpulan yang dinamakan Kelompok Perempuan Pengelolaan Ikan dengan jumlah 30 anggota kelompok. Melalui tangan-tangan usaha mandiri ini terciptalah kerupuk ikan khas Kapuas Hulu dengan rasa yang luar biasa. Pengolahannya bisa dibilang tidak lah mudah karena harus melalui berbagai macam proses hingga siap dipasarkan.
Lizawati (34), mengatakan ada beberapa tahap pengolahan untuk membuat kerupuk ikan. Hal utama yang disiapkan adalah ikan sebagai bahan dasar. “Bapak yang menangkap ikan, ibu yang mengolah,” kata nya, Jumat (27/10).
Ia menjelaskan, setelah ikan dibersihkan maka harus dimasukkan dalam pendingin selama satu hari. Hal ini berguna agar darah dan amis ikan tersebut hilang. “Setelah itu barulah ikan digiling. Penggilingan dilakukan sebanyak dua kali agar ikannya benar-benar halus,” paparnya.
Pada tahap pengadonan terdapat dua proses, yang pertama adonan isi ikan dicampur dengan air, garam, dan penyedap rasa. Tahap kedua barulah di campur dengan tepung sagu secara merata. “Jika sudah merata, kita timbang dan digulung kemudian bungkus dengan karung seperti permen lalu baru lah direbus,” jelasnya.
Waktu perebusan ini tergantung timbangan adonan sehingga tidak bisa sama. “Bungkusan yang satu kilo itu rebus selama 1 jam sedangkan yang dua kilo lama rebus adalah 2 jam,” katanya.
Lizawati menambahkan, waktu yang dibutuhkan untuk semua proses tersebut setidaknya ada 4 sampai 5 hari. Hal ini bergantung pada cuaca juga. Penjemuran masih menggunakan cara manual yaitu mengharapkan sinar matahari. “Kalau hujan, kita gagal,” tambahnya.
Menurutnya, dalam satu minggu ia bersama rekannya dapat menghasilkan ratusan kilo kerupuk ikan. “Biasanya kalau ikan panen banyak 100 kg sekali olah.” Kerupuk ikan yang sudah dikenal banyak orang ini memiliki pasar yang luas sehingga tidak heran banyak yang memesan. “Kerupuk ini kan sudah terkenal, biasanya ada yang pesan 500 kilo,” kata ibu dua orang anak ini.
Menurutnya, pesanan yang meningkat dalam satu minggu bisa saja tidak dapat terpenuhi karena harus bergantung pada cuaca. Apabila musim penghujan tiba, mereka sama sekali tidak bisa melakukan aktivitas pengolahan kerupuk ikan.
Penulis : Isa Oktaviani
Editor : Umi