Mimbaruntan.com, Untan – Apasih hal yang paling berharga di dunia ini? Apasih hal yang paling menyentuh hati dan dapat meneteskan air mata jika mengingatnya? Jawabannya adalah keluarga. Film yang digarap oleh Yandi Laurens pada serial TV “Keluarga Cemara” pada era 90-an yang berjudul “Keluarga Cemara” diproduksi menjadi salah satu film pembuka pada tahun 2019 yang tayang pada tanggal 3 Januari 2019 lalu.
Sebelum ditayangin secara resmi di bioskop pada 3 Januari 2019, film ini udah sempat melakukan world premiere dalam ajang Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) yang berlangsung beberapa waktu lalu.
Film ini telah ditonton lebih dari 1 juta orang dalam waktu kurang dari sebulan. Film yang sangat bermakna dan dapat dipetik sebuah pelajaran tentang arti kehidupan yang sebenarnya.
Serial TV pada era 90-an yang dikemas sedemikian rupa menjadi film dengan durasi 1 jam 50 menit disajikan dengan perkembangan zaman modern, tapi masih terdapat hal tradisional seperti becak dan opak. hal ini tidak mengurangi rasa dan intrik cerita yang terdapat pada serial TV sebelumnya.
Tidak banyak yg berubah, bercerita tentang sebuah keluarga kecil yang terdiri dari Abah (Ringgo Agus Rahman), Emak (Nirina Zubir), Euis (Zara JKT 48) dan Ara atau Cemara (Widuri Puteri) yang hidup dengan bahagia ditengah kesibukan Abah yang bekerja di sebuah proyek pembangunan, emak sebagai ibu rumah tangga yang jago memasak, Euis seorang gadis SMP yang hobi ngedance, dan Ara bocah 9 tahun yang sangat senang menggambar.
Pada hari ulang tahun Euis yang ke-13 tahun, dimana Euis sangat mengharapkan kedatangan sang Abah, saat itulah sekelompok rentenir dan juga pamannya datang dan membuat kekacauan dimana mereka diusir dari rumah dan menyita seisi rumah dikarenakan mitra kerja Abah yaitu iparnya sendiri ditipu pada sebuah perjanjian proyek. Sementara itu, sang Abah tengah sibuk menghadapi para karyawannya yang demo meminta gaji yang tertunda.
Hari dimana kemalangan menimpa keluarga cemara. Mengharuskan mereka pindah dari rumah mereka dan tinggal di kantor proyek milik abah untuk sementara waktu sampai mereka menemukan tempat tinggal yang nyaman.
Akhirnya Abah memutuskan untuk tinggal di rumah peninggalan ayahnya di Bandung dan hidup sangat sederhana. Segala kekurangan dan hambatan yang dialami keluarga kecil itu, malah menambah keharmonisan dan kehangatan mereka. Sosok Ara yang polos dan lugu juga selalu menjadi peredam setiap terjadinya suatu konflik.
Keluarga Cemara membuktikan bahwa solusi dari sebuah kebangkrutan bukanlah mendapatkan kembali hartanya. Melainkan kebesaran hati untuk menerima keadaan.
“Kalian semua adalah tanggung jawab Abah,” salah satu dialog Abah yg terdapat dari film tersebut membuat kita berpikir bahwa pengorbanan seorang ayah dalan menafkahi anak dan istrinya. Ditambah lagi kerjaan abah yang sangat berkecukupan untuk membiayai hidup keluarga kecil itu.
Film ini disajikan ringan untuk semua umur dan semua kalangan, cerita dengan alur yang mudah dimengerti, adegan komedi yang cukup mengocok perut ditambah peran Asri Welas dan Ara (Puteri Widuri) yang sangat mendukung. Apalagi tokoh Abah dan Emak yang diperankan begitu rapi dan natural oleh Ringgo dan Nirina, bikin film ini sukses memberikan penggambaran bagaimana sosok keluarga yang seutuhnya. Peran Euis sebagai gadis remaja juga diperankan dengan baik oleh Zara.
Film ini berpotensi menguras air mata penonton dengan menyuguhkan momen-momen hangat dan konflik-konflik dalam sebuah keluarga. Penyajiannya pas namun tetap emosional.
Film bertemakan keluarga ini sangat bagus ditonton bersama keluarga pastinya, dan teman-teman. Kalian tidak akan rugi untuk mengeluarkan uang darri dompet untuk sebuah tiket film ini.
Penulis: Khairunisa
Editor : Aris Munandar