mimbaruntan.com, Untan – Standar motor mereka pasang sebelum memasuki Sekretariat LPM Mimbar Untan. Lengkap dengan jaket dan almamater, ketiga mahasiswa Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial (FISIP) Universitas Tanjungpura (Untan) itu tersenyum lebar. Pasalnya ada kebanggaan lebih di pundak masing-masing.
Ialah Reihan Abrari, Thomas dan Adib Fatin Irsadi peraih juara satu Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia (KDMI) dan National University Debate Championship (NUDC) 2021 tingkat Untan. Mereka membagikan segala bentuk persiapan yang telah mereka lakukan pada Kamis (25/2).
“Adib satu tim sama aku di NUDC, kalau Reihan itu di KDMI, dua-duanya juara satu,” ujar Thomas sambil memandang kedua temannya.
Kemenangan ini tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Program Studi Hubungan Internasional, tempat dimana ketiganya menempa pendidikan di perguruan tinggi.
Reihan mengaku persiapan yang dilakukan dalam menghadapi KDMI sangatlah minim.
“Kayaknya fisip yang lebih sedikit latihannya, kita cuma berapa kali sparing dua sampai tiga kali sparing doang, sementara kalau kita lihat intensitas untuk latihan dari fakultas lain itu luar biasa banyak banget,” ujar Reihan yang disetujui dengan anggukan oleh Thomas.
Baca juga : Sang Penyeduh Kopi dan Tawa di Jantung Flamboyan
Chemistry dari teamwork yang sudah terbangun sejak awal, menurut Reihan adalah salah satu faktor kemenangannya.
“Bahkan persiapan NUDC sama minimnya, satu hari menjelang lomba debat,” timpal Thomas.
Latihan yang minim bukan berarti tanpa alasan mereka lakukan, pelaksanaan seleksi tingkat fakultas dan universitas yang sangat berdekatan membuat celah waktu nyaris tidak ada.
Di samping chemistry yang disebut Reihan, membaca dan menonton video kompetisi debat secara rutin adalah cara yang ampuh bagi mereka.
Adib menyebutnya sebagai amunisi diri untuk melatih argumen.
“Saya nggak sebanyak Rei, kalua baca buku, cuma saya lebih sering nonton video debat supaya paham strukturnya, jadi di NUDC itu masalah struktur sebenarnya,” ungkapnya.
Kompetisi di masa pandemi tentu menjadi hal yang baru, begitu pun masalah baru yang mesti mereka hadapi dengan kondisi ini.
“Kita kan harus mengikuti protokol kesehatan, jadi kita selama bicara tujuh menit kalau debat pakai masker, resikonya itu baru menit kedua kita ngomong udah habis nafas, udah ngos-ngosan gitu kan,” Adib kembali menjelaskan sambil tangannya menutup mulutnya, memperagakan saat ia menggunakan masker.
Walaupun ketiganya sudah berpengalaman mengikuti lomba,mereka mengaku rasa gugup tetap hadir. Adib mengaku kegugupan itu hadir ketika merasa materi yang disiapkan tidak rampung sedangkan kondisi tim lawan terlihat siap.
“Kalau bahannya sedikit dan lawannya kuat-kuat, itu baru muncul,”ucap Adib.
Sebelum berpamit pulang, Reihan menambahkan bahwa melatih kemampuan debat dapat dilakukan dengan memulainya di depan kelas, mempersiapkan presentasi tugas dengan baik dan tentunya tak lupa senantiasa mengisi kepala dengan berbagai bacaan dan tontonan yang kaya akan ilmu.
Penulis : Lusi
Editor : Mara