Oleh Dodoy
mimbaruntan.com, Sekayam – Mengingat kembali perjuangan masyarakat dalam kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 60-an, tentu banyak yang tidak diketahui oleh kita siapa mereka yang telah gugur dalam perjuangan tersebut andil untuk mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Lima puluh tahun silam tepatnya pada tahun 1963 wilayah perbatasan Kalimantan Barat (Kalbar) sempat memanas masa perjalanan Dwikora. Pada saat itu pemuda perbatasan dilatih kemiliteran dan di persenjatai, ada empat tim pasukan yang dibentuk yaitu PB dimana anggotanya Kepala Dusun sepanjang batas, kemudian Pasukan KOPS 25 Juni, Pasukan 8 Desember, dan Pasukan 10 September. Ini semua beranggotakan masyarakat setempat (Kecamatan Sekayam dan Entikong, red). “Adapun tugas mereka di BP-kan tiap pasukan yang datang, jadi dibagi keseluruh pasukan organik yang datang, terang Saksi hidup Sukarjo pimpinan Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Balai karangan,” kecamatan Sekayam menceritakan.
Menurutnya, pasukan yang pernah bertugas di wilayah perbatasan dari Januari 1963 hingga akhir 1963 adalah Yon 305 Siliwangi, Kujang 328 Siliwangi masing-masing dari 2 pasukan tersebut terdapat anggota yang gugur. Sedangkan pada bulan Maret 1964 sampai pada bulan Oktober tahun 1965 yang hadir di perbatasan adalah RPK 2 Batalyon dengan pimpinan Mayor Sarwo Edy, Yon Zipur IV (empat) Ci Jantung pimpinan Kapten Seno Hartono, dan Yon Kancil Semarang dipimpin oleh Kapten C.I.Santoso dengan pada masa itu kedudukan Batalyon berada di Desa Engkahan, kecamatan Sekayam.
Kemudian pada tanggal 15 Febuari 1965 hingga Febuari 1966 Brawijaya II (dua) pimpinan Mayor Jain Toyib juga tiba diperbatasan dan gugur pasukan sebanyak 14 orang sedangkan pasukan Brawijaya IV (empat) Batalyon 501 ditarik dari perbatasan tanggal 1 Agustus 1966 Pimpinan Mayor Sudarmaji dengan jumlah pasukan yang gugur sebanyak 4 orang.
Pada masa itu menurut Sukarjo, bahwa pengawas batas tetap didusun masing-masing membantu ABRI menjelang penumpasan Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku). Keberadaan PGRS-Paraku tidak bisa dipisahkan dengan peristiwa konfrontasi yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia. Peristiwa ini disebut Dwikora. Presiden Sukarno mengobarkan semangat rakyat Indonesia dengan semboyan “Ganyang Malaysia”, untuk merespon kondisi politik yang terjadi saat itu. “Adapun yang hadir dalam penumpasan PGRS-Paraku adalah pasukan Diponegoro ucapnya, relawan ditarik ke Pontianak pada Januari 1966 untuk konsulidasi dan pada bulan Mei 1966 relawan menyerahkan persenjataan ke induk pasukan masing-masing,” tambahnya.
Ia juga mengatakan, pada bulan Juni 1966 para relawan sudah tidak menerima jatah kemudian diumumkan bagi yang mau untuk terus bergabung di ABRI maka akan disalurkan ke Dodik 18 Bengkayang. “Namun sebagian dari relawan tersebut kembali ke masyarakat pada tanggal 30 Mei 1966,” katanya.
Menurut Sukarjo yang selalu menjadi ingatan nya hingga saat ini adalah tak terlupakan bagi dirinya kawan perjuangan yang tidak terbawa untuk dimakamkan, ini tentu mengisahkan tentang sebuah perjuangan yang pada saat ini mereka kurang diperhatikan oleh pemerintah soal kesejahteraan mereka. Dengan melihat sekilas perjuangan masyarakat perbatasan pada tahun 60-an tentu menjadi renungan bagi kita semua begitu besarnya jasa para pejuang hingga pada hari ini kita masih merasakan sebuah kemerdekaan dengan Negara yang berdaulat.
“Inilah bentuk kesetiaan rakyat Kalimantan Barat khususnya diperbatasan NKRI yang telah berjuang dan bagi kita yang masih hidup saat ini tentu perjuangan tersebut hampir terlupakan bahkan tidak mau peduli akan apa yang telah terjadi saat itu, sehingga rasa nasionalis dan semangat-semangat perjuangan gampang luntur oleh peradapan jaman dari waktu ke waktu. Dan mereka yang terbaring di bumi pertiwi untuk selamanya seakan tak pernah ada dengan sikap yang apatis, oleh sebab itu mari kita sejenak menundukkan kepala untuk mengenang kembali jasa para pejuang kita yang telah gugur mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, seraya berdoa agar arwah para pahlawan mendapatkan tempat disisi Nya,” tambahnya. (Edit Nabu)