mimbaruntan.com, Untan – Permasalahan volume sampah seperti tidak ada habisnya terutama di daerah perkotaan. Sebanding dengan meningkat nya jumlah manusia, sampah yang dihasilkan pun semakin beraneka ragam. Mulai dari sampah organik dan anorganik seperti plastik kesek, botol mineral, kardus, koran, dan sebagainya. Seperi di Jalan Kebangkitan Nasional Kecamatan Pontianak Utara.
Masyarakat yang tinggal disekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) sebagian besar bekerja sebagai pemulung. Sampah yang tiap hari didapatkan dari TPAS mereka bawa dan dijual kepada pengepul tanpa diolah lagi.
Berbekal rasa peduli sosial yg kuat Maya Andzela, Maulini, Farhadiansyah, Sariyah, dan Surfing menggas ide untuk membuat Koperasi Sampah Khatulistiwa (Koska). Hadirnya Koska mengedukasi pemulung untuk meningkatkan perekonomian nya melalui pengelolaan sampah. Koska sendiri berdiri tanggal 5 Mei 2017 bersamaan dengan pengumuman Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Jakarta pusat.
Gandeng Pemulung
Menjawab pertanyaan, Maulini kepala bidang Keuangan dan Administrasi belum dapat secara optimal mengedukasi para pemulung agar bisa menghasilkan pendapatan tambahan. “Kita pengennya mereka kalo mulung tidak sekedar mulung tetapi nabung hingga mereka punya pegangan dimasa depan”, ungkapnya.
Koska mempunyai memiliki dua produk, yakni kompos dan kerajinan tangan. Untuk kompos, para anggota diberi masing-masing satu unit komposter sederhana dari ember cat bekas. Komposter berfungsi sebagai pembuat kompos, baik cair atau padat dari sampah rumah tangga. Dalam prosesnya, komposter akan menghasilkan kompos cair dan kompos padat. Hasil dari kompos tersebut dapat digunakan untuk berkebun kepada para pemulung.
“Tapi harapan kami mereka berkebun sih karena kami sudah memberi fasilitas itu kayak tambahan pekerjaan sampingan selain pemulung karena sebagian besar di sanak pemulung semua”, pungkasnya.
Produk lain adalah kerajinan tangan. Hasil dari kegiatan mulung seperti botol plastik, koran, kardus, dan plastik kresek akan dimanfaatkan menjadi dompet dan hiasan. Produk yang sudah jadi akan langsung dibeli oleh Koperasi sampah.
“Saat menyelesaikan pekerjaannya kami langsung beli pada saat itu juga lalu kami gaji mereka dan kami bayar”, tutupnya.
Penulis: Suryansah
Editor : Adi R.