mimbaruntan.com, Untan – Sore Kamis di bundaran Digulis sekelompok orang berkumpul menyuarakan ‘Refleksi perjuangan rakyat Papua’ bersamaan upacara duka mengenang kepergiannya sosok aktivis kemerdekaan Papua. Kegeraman tergambar jelas pada air wajah mereka.
Filep Jacob Samuel Karma, atau yang lebih dikenal sebagai Filep Karma, merupakan seorang aktivis kemerdekaan Papua yang memperjuangkan Hak Asasi Manusia untuk rakyat Papua. Tubuhnya ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa dengan mengenakan pakaian menyelam pada Selasa pagi (1/11) di Pantai Base G, Jayapura, Papua. Sebelumya, Filep Karma sempat pamit kepada keluarganya untuk pergi menyelam. Berdasarkan hasil visum luar yang kemudian ditegaskan oleh anak kandung Filep Karma, Andrevina Karma, kematian bapak kemerdekaan rakyat Papua itu murni karena kecelakaan tenggelam. Pihak keluarga menolak permintaan polisi untuk mengotopsi jenazah Filep Karma.
Kematian Filep Karma masih menimbulkan berbagai pertanyaan. Rakyat Papua masih mempertanyakan kronologis kematian Filep Karma yang sebenarnya. Lewat Aksi Kamisan Pontianak ke-44 di bundaran Digulis pada Kamis (3/11), beberapa poin tuntutan disampaikan. Salah satunya adalah menuntut Polda Papua untuk mengusut tuntas penyebab kematian Filep Karma.
Baca juga: Mengenang Syafaruddin: Usut Tuntas Pelanggaran HAM Masa Lalu
“Hentikan Pembunuhan dan Penghilangan Paksa Aktivis Demokrasi Papua” Salah satu tulisan yang tertera pada poster aksi kali ini.
Yustina Sabu, salah satu peserta yang turut berorasi dalam aksi, menganggap kematian Filep Karma sebagai kasus yang janggal karena tidak adanya kronologi yang jelas.
“Filep Karma sebagai bapak perdamaian Papua adalah salah satu vocal yang memperjuangkan hak asasi manusia untuk bangsa Papua. Karena dia tokoh bangsa, jadi negara harus meng-clear kan itu dong. Kita jadi mempertanyakan, ya. Kalo memang tidak mau dituduh bahwa itu terjadi pembunuhan secara sistematis dan lain sebagainya, ya harus diusut tuntas dong. Jadi ga gantung penyebab kematiannya..” jelas Yustina.
Keputusan untuk tidak melakukan otopsi dari pihak keluarga turut menjadi kekecewaan, karena banyak orang berharap kasus kematian Filep Karma dapat diusut tuntas agar tak terjadi hal serupa di masa yang akan datang.
“Karena Felip Karma ini seorang tokoh perdamaian dan dia menjadi bagian penting dari rakyat papua, seharusnya itu diusut tuntas. Walaupun memang kita tau keluarga sudah mengeluarkan statement untuk tidak otopsi. Itu juga yang sebenarnya menjadi pertanyaan kita bersama. Kenapa sampai keluarga menyatakan itu murni kecelakaan, tapi kronologinya tidak ada dan kita belum dapatkan itu.” sambung Yustina.
Baca Juga: Tegakkan HAM, 3 Aktivis Pontianak Alami Peretasan
Melalui Aksi Kamisan ke-44 ini, Yustina berharap melalui hal kecil yang dilakukan meski kontribusinya tidak seberapa, tuntutan dapat tersampaikan atau setidaknya dapat menyalakan semangat perjuangan rakyat Papua.
“Walaupun ini hanya nyala bara api kecil tapi harapannya bisa membakar semangat perjuangan teman-teman di papua.” lengkap Yustina menutup perbicangan kami di aksi kali ini.
Kematian Filep Karma meninggalkan duka bagi rakyat Papua. Pesmin Yikwa, koordinator lapangan dalam Aksi Kamisan, turut menyampaikan rasa kehilangan dan harapannya atas kematian Filep Karma.
“Semoga kematiannya ini tidak sia-sia, tidak meninggal begitu saja dan dibiarkan begitu saja. Harapannya ada tindakan lanjutan dari Polda Papua untuk pemerintah di sana menyelidiki sebab kematiannya itu apa.” Ujar Pesmin berharap.
Penulis: Mira dan Ibnu
Editor: Putri