i
Kita selau memaki dengan kata yang disadari
Padahal sikap ini penuh dengan caci maki
Aku berikan dua maki yang kita jarang sadari.
Pertama, keraguan.
Ya, benar keraguan kawan.
Keraguan yang remeh tapi bukan hal yang temeh.
Keraguan tak bisa makan di esok hari
Terlalu takut berlauk ikan teri
Keraguanmu adalah hal yang begitu ngeri
Berani memaki Tuhan mu sendiri
Kedua, berandai-andai.
Jangan suka mengungkap seandainya
“Seandainya aku tidak seperti ini dulu”
“Seandainya aku tidak begini dulu”
“Seandainya aku melakukan perintah orang tuaku”
“Seandainya dadaku berbulu”
Diakhiri lagak menjadi Tuhan “pasti aku akan begitu.”
Kata seandaimu,
Adalah memaki takdir namun malu-malu.
ii
Kata-kata makimu itu benalu untuk dirimu
Memakiku dengan kata neraka untukku
Tak ada malu, dengan pengakuan surga untukmu
Sudahku bilang berguru dengan manusia.
Kalau kau berguru dengan manusia maka taak ada maki sia-sia
Surga terlalu besar untuk hanya dirimu saja
Masih lebih dari cukup untuk orang-orang layaknya aku yang berdosa.
Begitu juga neraka terlalu pedih untuk menyiksaku saja.
Masih sanggup siksaannya untuk kamu yang begitu mulia.
Oleh Gilang Habibie