Belia dalam langkah sepi
Temaram mengoyak jiwanya
Mutlakkah salahnya?
Haruskah dia dipersalahkan?
Ini tangisnya yang kuseduh dalam puisi
Hirup dalam-dalam kisahnya
Laki-laki pendosa telah membuatnya terkutuk pada Tuhan
Mengapa harus dia yang menanggungnya?
Bukankah dia juga tidak tahu?
Bukankah hujan malam itu juga tak berbisik apa-apa?
Mawarku menjadi layu
Tak hanya direbut, makhluk jalang juga dititipkan
Apa salahmu wahai mawar berduri?
Mengapa kumbang tega memanen madu yang belum cukup masa?
Bahkan untuk yang pertama kali engkau mengenal wajah jahanam itu
Engkau terlalu belia untuk itu
Bukan salah bunga, tapi salah siapa?
Bukankah sedih juga akan usai?
Bukankah pilu akan kelabu?
Tapi mawarku yang layu, pada siapa akan kutumpahkan?
Karya : Siwi Annisa
Mahasiswa FKIP Untan prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2013