“Telah banyak yang berubah dan diubah oleh waktu. Pepohonan hijau nan asri kian sulit didapati karena keberadaannya mulai tergantikan oleh kemegahan bangunan tinggi penembus cakrawala. Semua sibuk berlomba memegahkan rona istananya masing-masing. Urbanisasi mulai menjadi trend, masyarakat desa lebih suka tinggal di kota, tega meninggalkan lumbung padi kesayangan nenek moyang. Alhasil, semakin marak saja cerita tentang kemacetan, kriminalitas, serta fenomena slum dan squatter yang mewarnai cikal bakal suatu kota. Inilah mungkin yang dinamakan kristalisasi masyarakat konvensional menuju eksistensi masyarakat modern. Ah, globalisasi telah banyak mempengaruhi gaya hidup manusia di bumi. Alam menjadi tak bersahabat. Alam pula yang harus menanggung resiko setelahnya.”
Ruang itu tetap. Sementara kebutuhan akan ruang selalu bertambah permintaannya. Untuk itulah, perencanaan ruang selalu jadi PR besar bagi peradaban. Tantangan kemajuan zaman hari ini, seharusnya tidak serta-merta mengabaikan aspek lingkungan secara cuma-cuma. Apalagi, jumlah penduduk yang bertambah setiap harinya akan berbanding lurus dengan jumlah produksi sampah setiap harinya.
Setiap hari pula, setiap orang menghasilkan emisi. Konon katanya, tidak ada satu pun manusia yang bebas emisi. Untuk itu, permasalahan lingkungan adalah pemecahan seluruh stakeholder. Siapapun dapat berkontribusi menjaga dan melestarikan lingkungan. Semua dimulai dari hal-hal sederhana. Dari bagaimana kita mengemas kehidupan menjadi lebih sehat, bersahabat dengan alam, dan tidak merusaknya.
Baca Juga: Orde Baru dan Intoleransi di Indonesia Kini
Sebagai mahasiswa perencanaan wilayah dan kota, membahas mengenai permasalahan urban akan selalu tampak menarik. Lagi-lagi, lingkungan adalah sorotan utama yang hangat untuk diperdebatkan. Pembangunan dan perkembangan menjadi penting untuk diulas, mengingat bahwa pengaruhnya akan sampai pada kebijakan-kebijakan yang hari ini kita rasakan.
Dulu, sebelum orde baru misalnya pembangunan hanya berorientasikan pada aspek ekonomi saja. Semua semata-mata untuk meningkatkan pendapatan per kapita atau PDB suatu daerah. Itupun dampaknya hanya akan dirasa oleh penguasa, sementara kemiskinan masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakat kebanyakan. Beruntunglah, konsep sustainable development hadir untuk menjawab permasalahan lingkungan yang sejatinya cukup krusial untuk diperhatikan.
Prinsip berkelanjutan sejatinya memang sengaja dihadirkan ketika kesadaran memikirkan generasi mendatang hadir untuk menyelamatkan ruang tercinta. Ditambah lagi, isu-isu perubahan iklim yang hadir merayapi bumi maka penggalakkan ruang berwawasan lingkungan menjadi gencar dipublikasikan.
Baca Juga: Bentar-Bentar Servis
Kota hijau, ekonomi hijau, semua paradigma yang diarahkan pada isu lingkungan menjadi sorotan prioritas. Belum juga selesai, perkembangan dunia teknologi terus membawa suatu ruang beradaptasi dengan kemajuan. Konsep smart city yang lahir bersama indikator cerdas dalam berbagai aspek menjadikan suatu ruang seolah saling berlomba menjadi smart menurut inovasinya masing-masing. Ruang semakin dipandang penting hari demi hari.
Perencanaan ruang, baik wilayah dan kota harus siap jadi garda terdepan dalam mempersiapkan ruang masa depan sebagaimana yang diamanatkan dalam UU Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007 yakni menciptakan ruang yang aman, nyaman, dan berkelanjutan. Ketika suatu ruang berangkat bersama persiapan yang matang, maka kesemrautan ruang dapat dihindari.
Pembangunan suatu ruang tidak hanya memandang aspek fisik semata. Perencanaan ruang pada dasarnya selalu bersinggungan dengan berbagai lapisan secara holistik. Terdapat unsur penting yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Adalah aspek non-fisik semacam sosial, budaya, dan kepentingan khalayak.
Terlebih lagi masyarakat, sebagai subjek sekaligus objek pembangunan. Kepentingan masyarakat adalah kepentingan yang tidak boleh dipandang sebelah mata karena sebaik-baiknya perencanaan adalah perencanaan yang mampu menjawab permasalahan yang terjadi. Kesenjangan masih begitu kental terlihat dimana-mana, terlebih di Indonesia.
Baca Juga: Ketika Wakil Rakyat Mengajarkan Tentang Gotong Royong
Pemerataan itu penting, tetapi seringkali terlupakan. Yang kaya akan semakin kaya. Yang miskin akan semakin miskin. Begitukah sistem yang memanusiakan manusia?
Mestinya pembangunan dapat memecahkan masalah dunia saat ini, semacam permasalahan lingkungan, kekurangan pangan, penyakit, buta huruf, kawasan kumuh, ketiadaan lapangan pekerjaan, serta ketimpangan. Seluruh stakeholder di negeri ini seharusnya mulai mengubah asumsinya bahwa, untuk pembangunan suatu wilayah yang dibutuhkan tidak hanya morfologi fisik atau ekonomi semata. Melainkan juga bagaimana menciptakan pembangunan berwawasan lingkungan. Salam hijau untuk semesta yang sedang kalut menghadapi fenomena alam yang makin tak tentu rudu ini.
Oleh : Sekar Aprilia Maharani