mimbaruntan.com, Untan – Antrean cukup panjang yang harus dilewati tidak membuat para pengunjung bosan menanti, demi menyaksikan karya lukisan yang memuaskan mata. Ditemani alunan lagu Robbers hingga Cigarettes After Sex yang diputar dalam pameran, Port 99 dihiasi pajangan lukisan dan sajak dari ke ujung ke ujung, tidak hanya itu melainkan terdapat live painting yang juga bisa menghasilkan karya. Art Gallery merupakan sebuah terobosan yang diselenggarakan oleh mahasiswa program studi (Prodi) Ilmu Komunikasi 2022 Universitas Tanjungpura (Untan).
Art Gallery mengajak beberapa seniman untuk mengirim karyanya pada acara ini termasuk pelukis Syech Nauval Salsabil Saman, salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi Untan, yang juga pernah menjadi peserta dalam Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) 2022 mengangkat tema sosial, Nauval turut menceritakan bagaimana lahirnya karya lukisan-lukisan yang ia tampilkan pada Art Gallery.
“Kebetulan waktu saya lagi naik motor itu saya lihat pengamen cilik di Simpang Ayani dari situ, saya mikir mereka ini kan masih anak-anak ya tapi udah diharuskan untuk cari uang dengan cara mengamen dan dimana seumuran mereka itu seharusnya sewajibnya adalah umur-umur anak yang bermain yang belajar,” ujarnya.
Baca Juga: Talawang Kala Kini: Respon Isu Kegelisahan Masyarakat dari Seni Kontemporer
Nauval merasa terketuk dengan pemandangan yang ia saksikan tersebut, sehingga memilih menyampaikan isu sosial di Kota Pontianak tersebut dalam karya seni lukis miliknya. Terkait lukisan yang satu ini dikerjakan dalam rentang waktu hampir satu tahun ia juga menegaskan bahwa karyanya dapat digunakan sebagai sarana penyampaian kepada khalayak terkait isu anak-anak di Pontianak.
“Sebagai sarana saya menyampaikan pesan kepada khalayak bahwa masih banyak anak-anak yang seharusnya mengemban pendidikan, bermain dengan teman-teman tapi harus diwajibkan untuk mencari uang sendiri, ibaratnya mereka itu direnggut masa-masa kecilnya dan saya harap untuk kedepannya isu seperti itu dapat di tanggulangi agar tidak banyak lagi anak yang harus menghabiskan masa kecilnya dengan hal-hal yang seharusnya tidak mereka kerjakan, “ sambung Nauval.
Tak lupa ia menyampaikan harapannya terkait hasil karya seni lukis yang ia pajang dalam acara Art Gallery semoga anak-anak di Pontianak tidak terikat dengan permasalahan ini lagi, melainkan masalah ini dapat ditanggulangi.
“Saya harap untuk ke depannya isu seperti itu dapat ditanggulangi Agar tidak banyak lagi anak yang harus menghabiskan masa kecilnya dengan hal-hal yang seharusnya tidak mereka kerjakan,” harap Nauval terkait makna dari lukisannya.
Tak hanya harapan soal makna lukisan yang dapat tersampaikan Nauval juga menyinggung pengembangan kualitas seni yang ada di Kalimantan Barat terkhusus Pontianak.
“Harapannya lewat pameran ini menjadi wadah yang memberikan edukasi wawasan baru kepada para penikmat seni yang ditampilkan di sini baik itu seni lukis, digital art, sajak dan fotografi, saya juga berharap melalui pameran ini dapat menjadi salah satu tahap demi tahap untuk semakin mengembangkan kualitas seni yang ada di tempat terkhususnya kota Pontianak Kalimantan Barat, “ imbuhnya.
Baca Juga: Ruang Apresiasi dan Ekspresi Seni di Pontianak Terbatas?
Feni Nurhaliza selaku pengunjung yang datang di Port 99 menyempatkan menikmati weekend dengan healing time dalam agenda Art Gallery sekaligus menyampaikan bagaimana perspektifnya begitu melihat lukisan pengamen oleh Nauval.
“Jujur sebenarnya pas pertama kali aku masuk, aku interest sama lukisan ini , ada sisi gelap terangnya yang menggambarkan masa depan seorang anak pengamen, lukisannya benar-benar hidup kak dan punya makna yang mendalam, kalau kita liat dengan teliti benar dapat memberikan motivasi,” usul Feni.
Menurut Feni lukisan pengamen oleh Nauval mengekspresikan bagaimana seorang anak di dalam lukisan mencuri waktu untuk membaca buku dan berkeinginan untuk menempuh pendidikan.
“Nah kalau menurut aku, dari gambar anak yang megang ukulele ini dia seorang pengamen anak-anak gitu, yang mengekspresikan bahwa dia itu kepengen banget sekolah jadi sela-sela waktu dia jadi pengamen dia juga baca buku, kemudian ada duduk di trotoar jalanan ya, nah itu sih menurut aku seorang anak yang benar-benar ingin sekolah tapi dia harus ngamen bekerja gitu jadi dia menyempatkan waktunya untuk baca buku keren banget pesannya,“ jelas Feni, menerjemahkan bagaimana pandangannya tentang lukisan pengamen.
Penulis: Wahyu Anggraini
Editor: Mira