Lima ons beras, dua ons minyak goreng dan 1 bungkus indomi kaldu beberapa waktu terakhir menjadi viral. Berawal dari berita pada link www.strategi.co.id dengan judul ‘Gegara Postingan di Medsos, Mundus Minta Maap Dengan PT. Sampoerna Agro Dan Kades’ tertanggal 20 April 2020 pada pukul 14.55 WIB. Pada berita tersebut, Mundus Talino, warga Dusun Antong, Desa Songga, Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak diberitakan memposting informasi di Facebook-nya perihal pembagian bantuan dari perusahaan sawit kepada warga berupa 5 ons beras, dua ons minyak goreng dan 1 bungkus indomi yang diberitakan menyampaikan maaf.
Berdasarkan informasinya, kisah lima ons beras dan kawan-kawannya/jenis sembako lainnya yang selanjutnya kini ramai diperbincangkan tersebut berawal dari postingan saudara Mundus Talino di laman group FB yang menyampaikan informasi dengan jujur mengenai jumlah yang diterima warga setiap kepala keluarga sembari beliau turut menyampaikan; “patut disyukuri”.
Berikut kutipan pernyataan Mundus Talino dalam postingannya, “Bukan berarti tidak mensyukuri setiap bantuan yg diberikan, sekecil apapun bantuan itu tetap disyukuri. Ini lah bantuan dari PT SEMPURNA AGRO, melalui anak perusahaan yg berada di wilayah Desa Songga Kecamatan Menyuke, kab Landak. Bantuannya utk setiap kk berupa; 1. Beras 5 ons (satangah kilo), 2. Minyak goreng 2 ons, 3. Mie Merek Kaldu 1 bungkus. Rasanya tdk prcaya sekelas perusahaan besar, tapi bantuannya untuk masyarakat yg kena bencana covid19 cuma segitu. Dah itu, setiap masyarakat yg mau ambil bantuan itu wajib bawa foto KK dna datang ke rmh kades,bayangkan jika rmh masyarakat jauh, jln rusak, brapa biaya yg mreka keluarkan hanya untuk mendptkan bantuan itu tadi. Meskinya di kaduslah yg Membawa bantuan itu, jlskan dgn masyarakat, hnya mendapatkan 5 ons beras,2 ons minyak goreng, 1 bungkus mie merek kaldu.”
Atas postingan tersebut, pihak perusahaan sawit meminta Mundus Talino menghapus postingannya. Segera setelah diminta, postingan tersebut pun dihapus. Pun demikian, setelah itu dilakukan mediasi dengan memanggil Mundus Talino bertempat di kediaman Kades Songga yang turut dihadiri perwakilan perusahaan, tetua adat, satpam perusahaan beserta perangkat desa setempat pada Senin (20/4/20200.
Nah, pada link berita di atas Mundus Talino diberitakan menyampaikan permohonan maaf atas postingannya soal lima ons beras dan lainnya yang menjadi ramai diperbicangkan. Selain karena terposting di medsos, media www.strategi.co.id yang sejak awal tidak diketahui Mundus Talino menghadirkan perwakilannya di pertemuan mediasi tersebut turut menjadikan permasalahan antar para pihak yang harusnya telah selesai itu menjadi tambah viral.
Bahkan sempat jadi perbincangan dalam sejumlah group maupun link medsos, kalau Mundus Talino tidak menyampaikan permohonan maaf sebagaimana diberitakan pada link www.strategi.co.id. Hal ini terkonfirmasi dari berita pada link www.jurnalpolisi.com, berjudul “…Mundus Warga Menyuke Menyayangkan Tindakan PT. Samporna Agro Memaksa Dirinya Minta Maaf” yang terbit pada 21 April 2020. Pada berita tersebut, pihak SA Group melalui dua anak perusahaannya (PT. TTT dan PT. NSA) di wilayah Kecamatan Menyuke yang menyerahkan bantuannya dengan jumlah keseluruhannya tidak disebutkan. Namun, berdasarkan berita sebelumnya (www.strategi.co.id), bantuan pihak perusahaan untuk Desa Songga meliputi 80 sak beras, 160 liter minyak goreng dan 20 dus indomi. Situasi pada mediasi yang terjadi kala itu, memaksa yang bersangkutan untuk menyampaikan kata maaf. Sejumlah publik yang kemudian mengetahui berita viral dari www.strategi.co.id tersebut menyampaikan empatinya atas kejadian yang di alami Mundus Talino. Satu diantaranya, mempertanyakan soal titik pangkal kesalahan postingan Mundus Talino di laman medsosnya hingga harus diminta oleh pihak perusahaan menghapus postingannya dan ‘dipaksa’ minta maaf?
Bukankah, selain menyampaikan sekecil apapun bantuan itu tetap (harus) disyukuri, Mundus Talino mengaku dirinya tidak menuduh dan menyudutkan pihak perusahaan. “Sebenarnya postingan saya tidak menuduh dan menyudutkan Pihak Perusahaan itukan hanya kritikan saja dan wajar, seharusnya dari pihak Desa sosialisasi dulu kepada masyarakat di Dusun Antong mengenai Bantuan Dari Pihak Perusahaan agar tidak terjadi hal hal yang tidak di inginkan. Apalagi kan kita harus terbuka dengan masyarakat terhadap bantuan apapun, Coba liat kamaren Bupati, Gubernur saja transparan ada bantuan asal dari mana. Kalau menurut saya alangkah baikanya di bagikan ke warga yang berkerja di perusahaan saja,” tulis Tim Jurnalpolisi mengutip pernyataan Mundus Talino sebagaimana diberitakan.
Langkah Jalan Keluar
Sama halnya dengan pernyataan Mundus Talino, pemberian sekecil apapun bila pihak penerima berkenan hemat penulis pantas disyukuri sembari menyampaikan terima kasih. Karenanya, seusai proses mediasi di kediaman Kades Songga, persoalan antara pembuat postingan dengan pihak yang keberatan sebtulnya bisa dianggap selesai. Sekalipun sebetulnya, masih ada yang akhirnya jadi tanda tanya publik dan tambah viral ketika berita tersebut tersiar. Ada banyak anggapan yang disampaikan dan bahkan rentan menimbulkan multi persepsi yang mengarah pada sisi negatif sehingga bukan tidak mungkin justeru merugikan para pihak terkait, maupun bahkan menyasar kita semua.
Karenanya, perlu ada langkah penyelesaian yang bijak dengan dasar itikad baik yang harus diambil. Memperjelas titik pangkal dasar keberatan pihak terkait dan menyampaikan dengan jujur dan terbuka serta memberi klarifikasi yang utuh atas infromasi bantuan yang diberikan, juga menyampaikan maupun membuka lebar pintu maaf bila memang menyadari kesalahan, hemat penulis menjadi penting diambil. Tentu kita tidak menginginkan dampak dari kejadian yang dialami Mundus Talino justeru menjadi bumerang bagi warga lainnya yang lantas jadi takut-trauma menyampaikan dan menyuarakan dengan jujur hal serupa terkait situasi rill di lapangan.
Mengingat kisah sekitar lima ons beras dan rekannya kini jadi konsumsi publik yang tidak bisa ditolak dan tentu juga telah sampai informasinya hingga pada pembuat kebijakan (eksekutif maupun legislatif), maka memastikan terang benderannya dinamika yang terjadi dengan semangat keterbukaan harus segera diambil untuk meminimalisir prasangka-prasangka yang tidak perlu hingga penyelesaian. Langkah-langkah berikut, hemat penulis perlu dilakukan sebagai jalan keluar.
Pertama, sebagai sumber/pemberi bantuan, pihak perusahaan perlu menjelaskan kepada warga secara jujur dan terbuka bantuan dimaksud, baik dari sisi jumlah, peruntukan maupun jenis bantuan; apakah sedekah dan atau bagian dari kewajiban hukum perusahaan melalui pertanggungjawaban sosial/Corporate Social Responsibility (CSR) yang disalurkan.
Kedua, sebagai penyalur bantuan, akan baik bila pihak desa dapat memberikan klarifikasi secara jujur dan terbuka (transparan) pula mengenai jumlah bantuan yang diterima, para penerima berikut peruntukan maupun kebijakan atau proses distribusinya kepada warga hingga sampai pada tiga item yang viral berupa 5 ons beras, 2 ons minyak goreng dan 1 bungkus indomi. Hal ini penting agar jangan sampai justeru muncul prasanka hingga berujung mosi yang berrisiko merugikan kinerja pemerintahan desa.
Ketiga, perlu menghadirkan informasi dan kronologis yang benar untuk mendudukkan pangkal persoalan yang menjadi dasar keberatan, agar para pihak, warga sekitar dan publik serta kita semua dapat belajar juga menjadi bagian yang turut ‘mendinginkan’ situasi yang terjadi. Bila pangkal persoaalan sudah ditemukan dan disadari ada kesalahan maupun kekhilafan, maka keberanian menyampaikan dan membuka pintu maaf harus segera dilakukan, baik oleh pemilik postingan maupun oleh pihak yang merasa keberatan sekalipun.
Keempat, postingan Mundus Talino hemat penulis mengajak kita berfikir dengan logika atas situasi rill yang terjadi di lapangan, khususnya di wilayah kabupaten Landak. Ia menyampaikan dengan jujur apa yang sungguh terjadi. Disaat semua dari kita dibatasi begerak kesana kemari dalam situasi musim pandemi Covid-19, kita didekatkan oleh teknologi untuk mendapatkan kabar dari kampung. Apa yang disampaikan sebetulnya ‘aspirasi’ sebagai warga yang tidak perlu ditanggapi reaktif apalagi sinis. Pihak eksekutif maupun wakil rakyat juga diajak berlogika dan berfikir agar dapat melihat situasi yang terjadi secara jernih sebagai masukan yang mestinya ditampung dan syukur-syukur dapat ditindaklanjuti sebagaimana tupoksi yang melekat.
Menanti Buah yang Mencerahkan
Tersirat jelas dalam postingan, ada kata syukur atas bantuan yang diterima warga sekecil apapun oleh pembuat postingan. Lima ons beras, dua ons minyak goreng dan 1 bungkus indomi kaldu adalah fakta yang diungkapkan jujur, diterima warga. Pada sisi lain, jumlah yang diterima ini memang rentan menimbulkan penilaian yang terkesan ‘melecehkan’ sekalipun pemberian tidak lantas harus ditakar dari besaran yang diberikan. Kalimat “rasanya tidak percaya sekelas perusahaan besar…” – bisa pahami sebagai bentuk keraguan yang bersangkutan karena bantuan tidak disertai dengan penjelasan yang utuh baik dari pemberi maupun penyalur bantuan. Sementara kalimat “…setiap masyarakat yg mau ambil bantuan itu wajib bawa foto KK dna datang ke rmh kades,bayangkan jika rmh masyarakat jauh, jln rusak, brapa biaya yg mreka keluarkan hanya untuk mendptkan bantuan itu tadi…” – menjelaskan ‘ketatnya’ syarat bagi warga penerima bantuan dengan jarak, kondisi infrastruktur jalan hingga mengarah pada situasi bagai pepatah ‘besar pasak dari pada tiang’. Bahkan pada bagian akhir, Mundus Talino mengusulkan solusi agar kepala dusun yang membawa sehingga dengan jarak yang dekat warga dapat mengambil langsung hingga lebih efektif juga efisien.
Dengan kontribusi resolusi maupun keterlibatan para pihak, semoga dinamika yang terjadi sekitar ‘lima ons beras dkk’ menjadi terang benderang dan berbuah penyelesaian yang mencerahkan, mendamaikan dan memerdekakan. Serta sedianya badai wabah covid-19 segera berlalu oleh karena buah kerja keras kita semua.
Penulis : Hendrikus Adam, Peminat Isu Sosial Budaya, Masyarakat Adat, Lingkungan Hidup, Hak Asasi Manusia, Demokrasi dan Perdamaian.