Berawal dari kelas 3 sekolah dasar untuk mengenal judo. Fariz yang mengaku diajari judo dari seorang pelatih bernama Syarif Saleh yang tak lain adalah ayahandanya sendiri, menerangkan bahwa ketika itu ia tak langsung menjadi seorang atlit judo melainkan baru mulai diajari banting-banting, lalu kemudian teknik-tekniknya sedikit demi sedikit. Mulai benar-benar aktif judo ketika telah duduk di bangku kelas 1 sekolah menengah pertama, kemudian ketika duduk di bangku kelas 2 sekolah menengah pertama anak laki-laki yang kini menempuh pendidikan di fakultas hukum universitas tanjungpura Pontianak ini mulai mengikuti Pekan Olah Raga Provinsi (Porprov) di Pontianak dan sukses meraih juara 3 dari kelas 55 kg-60kg.
Tidak berhenti sampai di situ, mahasiswa semester empat yang pada awalnya sedikit mendapatkan tentangan dari ibundanya ketika menggeluti dunia judo di usia sekitar 20 tahun. Ketika duduk di kelas 3 sekolah menengah pertama Fariz justru dikirim ke Kalimantan Timur untuk mengikuti Popnas dan lagi-lagi sukses dengan juara 3 nya di kelas 55 kg- 60 kg. Berkat prestasi-prestasi yang berhasil didulangnya Fariz mampu meluruhkan ibundanya yang sempat khawatir dengan olahraga beladiri yang digelutinya.
Meninggalkan bangku menengah pertama, prestasi yang diraih Fariz melalui judo tak turut ditinggalkannya pula. Duduk di bangku kelas 1 sekolah menengah atas Fariz kembali dikirim untuk mengikuti kejuaraan nasional di Jawa Barat. Ketika itu Fariz yang mewakili Kalimantan Barat kembali membawa pulang juara 3 di kelas 60kg-66kg. Kemudian duduk di kelas 3 sekolah menengah atas Fariz berangkat ke Jogja untuk kembali mengikuti Popnas dan tentunya membawa pulang juara 3 untuk Kalimantan Barat di kelas 60-66 kg.
Atas prestasi-prestasi yang berhasil ia raih sejak kelas 2 sekolah menengah pertama, Fariz kemudian mulai ditarik dengan beberapa provinsi untuk lepas membawa nama Kalimantan Barat, namun dengan keputusannya yang dapat dikatakan bijaksana Fariz tegas untuk tetap menjadi atlit judo Kalimantan Barat. [Ecca]