mimbaruntan.com, Untan – Didin Supriyatna atau yang lebih akrab disapa Didin, kelahiran Pontianak 27 Februari 1993 merupakan putra pertama dari pasangan almarhum Kartubi dan Abriyani. Didin adalah salah satu mahasiswa berprestasi di Universitas Tanjungpura (Untan) Pontinak tahun 2016. Berawal dari gemar berorganisasi dan mengikuti kompetisi sejak dibangku Sekolah Dasar (SD), telah membuatnya menoreh banyak prestasi.
Jenjang pendidikan Didin berawal dari SDN 25 Kuala Dua Kabupaten Kubu Raya, SMPN 3 Pontianak dan SMA Kemala Bhayangkari Kubu Raya. Untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, kini Didin pun telah memantapkan niat untuk menjadi mahasiswa aktif di Program Studi (Prodi) Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Untan. Namun sebelumnya, ternyata Didin sempat lulus dalam seleksi penerimaan mahasiswa di Universitas Indonesia dan hal tersebut bukan menjadi pilihannya. Lalu pada tahun 2013, Didin sempat pula menjadi mahasiswa di Prodi Bahasa Mandarin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untan dan ia pun memutuskan untuk berhenti.
Organisasi yang digeluti Didin sejak SD merupakan sebuah organisasi yang mengacu pada bidang tarik suara dan tari anak-anak. Kemudian di SMP, Didin aktif dalam organisasi Palang Merah Remaja (PMR). Ketika di SMA, ia mengikuti Paskibraka, olahraga renang. Hingga kini Didin masih aktif di dunia taeter dan kegiatan sosial masyarakat. Selain itu, ia juga aktif dalam kegiatan ASEAN, tepatnya Forum World Culture, Forum Komunikasi Mahasiswa Internasional se-Indonesia dan English Club.
Buah manis yang telah Didin rasakan dari organisasi dan usahanya ialah pernah menjadi juara pertama dalam lomba duta cilik Kota Bandung yang bertepatan dengan HUT Kota Bandung dan kala itu Didin masih duduk di bangku SD. Tidak hanya itu, ketika di bangku SMP Didin pernah mendapat juara umum atas nilai akademiknya. Di jenjang SMA, pada tahun 2011 Didin meraih juara pertama lomba tari tradisional kategori putra di Kuala Lumpur Malaysia.
Tahun 2013, Didin berkesempatan untuk mewakili Indonesia dalam Volunteer Indonesia Timur untuk penyelamatan terumbu karang di Halmahera. Memasuki tahun 2015 Didin menjadi juara pertama di ajang Fashion Show Culture Budaya Solo dan ia juga mengharumkan nama bangsa ketika mewakili Indonesia dalam Collaborate Exchange atau studi banding di Thailand dan ia kembali menjadi juara pertama sebagai Ambassador perwakilan regional Jakarta.
Menjalani hidup tanpa seorang ayah memang telah membuatnya menjadi pemuda yang tekun dan tidak manja. “Ibu saya kerja dan saya menggeluti kuliah sambil bekerja di departement store mulai tahun 2012, untuk biaya sehari-hari saya ada pemasukan sendiri dan untuk biaya kuliah saya mendapat beasiswa kampus,” ucapnya.
Di balik kesuksesannya dalam meraih prestasi, mahasiswa Prodi Hubungan Internasional ini percaya bahwa dirinya sendiri adalah motivator utama. “Kami dari kecil selalu dituntut supaya tidak malu untuk mencetak prestasi apapun itu, karena sesuai dengan prinsip hidup saya as you believe everything can happen,” jelasnya.
Bagi Didin makna sukses itu sederhana yaitu dari hobi menjadi profesi. “Begitu dengan saya, saya fokus dengan dunia karir yang saya jalani sampai sekarang yaitu dance dan tari-tarian tanpa melupakan background sebagai mahasiswa,” kata Didin kepada reporter Mimbar Untan.
Didin mengungkapkan bahwa prestasi yang diukirnya bukanlah tanpa rintangan dan tantangan. Baginya untuk menjadi seorang pemuda tidak mesti seperti orang lain tetapi harus menjadi diri sendiri dan memiliki prinsip hidup yang membawa kita kepada apa yang kita inginkan. “Berusahalah untuk menjadi diri sendiri dan menjadi motivator bagi diri sendiri sebelum kita memotivasi orang lain,” ungkap Didin.
“Alhamdulillah, tahun 2016 saya menemukan titik kesuksesan saya. Pada awal Januari 2017 nanti saya akan berangkat ke Korea Selatan dalam rangka Young Leaders Conference,” tegas pria berkulit sawo matang ini.
Penulis : Sawitri
Editor : A.Rahman