Sebagai penikmat film, apakah pernah terlintas dipikiranmu tentang salah satu kota besar di dunia menjadi raksasa mesin pemangsa kota-kota kecil yang tersisa di suatu daerah? Terbayang tidak kalau ternyata kota itu adalah Kota London? Pernah memikirkan bagaimana bisa Kota London bergerak merebut peradaban yang tersisa di masa depan?
“Mortal Engines” adalah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Film yang sudah tayang di bioskop sejak Desember 2018 ini merupakan film besutan Universal Pictures dengan sutradara Christian Rivers yang menceritakan masa dimana dunia hancur oleh sebuah teknologi bernama “Medusa”. Adapun tokoh-tokoh dalam film ini adalah Hester Shaw, tokoh utama yang diperankan oleh Hera Hilmar, Thaddeus Valentine (Hugo Weaving), Tom Natsworthy (Robert Sheehan), Anna Fang (Jihae), Katherine Valentine (Leila George D’Onofrio), Shrike (Stephen Lang), dan Bevis Pod (Ronan Raftery).
Visualisasi Apik, dibalut Nuansa Post-Apocalyptic dan Bentuk Peradaban Masa Depan yang Baru
Mortal Engines merupakan salah satu film dengan genre Sci-Fi Action, dan subgenre Post-Apocalyptic. Perlu diketahui bahwa Post-Apocalyptic merupakan genre yang menggambarkan tentang keruntuhan teknologi dan peradaban yang terjadi di bumi setelah terjadinya suatu bencana atau serangan entah itu karena suatu virus, bencana alam, atau sesuatu hal berbau horror lainnya.
Berbicara mengenai visualisasi, di film ini, sang sutradara serta kru animator berhasil menampilkan nuansa Post-Apocalytic, serta penggambaran masa depan yang baru. Hal ini dapat terlihat dari bagaimana kota-kota kecil digambarkan bisa berubah wujud menjadi sebuah kendaraan besar yang menjadi sasaran “London”, kota raksasa yang menjadi pemangsa teknologi-teknologi kuno dari kota-kota tambang kecil. Sehingga seolah-olah kita melihat bagaimana hewan-hewan predator memburu makanan di padang rumput.
Gaya visual yang ditampilkan pada film ini ditonjolkan dalam bentuk peradaban di abad XVII-XVIII, dimana teknologi-teknologi model lama masih dikembangkan. Penggunaan mesin uap berbahan bakar fosil, gaya berpakaian karakter, serta nuansa pemandangan yang tidak memiliki bangunan-bangunan pencakar langit. Namun, di satu sisi, penggambaran teknologi masa depan juga terbilang sangat baik. Hal ini terlihat dari perakitan kembali “Medusa” dan bentuk-bentuk kota-kota yang bisa berjalan, dan ada pula Airhaven, kota di atas langit yang menggambarkan masa depan dengan gaya masa lalu.
Alur Cerita dengan Konflik yang Masih Biasa
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, di film Mortal Engines diceritakan sebuah masa dimana dunia hancur oleh sebuah teknologi bernama “Medusa”. “Medusa” sendiri merupakan teknologi yang diciptakan untuk menghancurkan peradaban manusia pada abad XXI. Sisa-sisa peradaban yang ada telah berubah, seperti kota-kota berjalan, dan kendaraan-kendaraan lain yang bentuknya juga unik. Mungkin di awal kita berpikir bahwa akan mendapati cerita yang dikembangkan secara lebih. Tetapi, saat mengikuti perjalanan cerita yang ditayangkan, kita bisa menebak bagaimana kelanjutan dari babak-babak yang ada. Padahal, penggambaran dan pemunculan efek-efek dan karakter-karakter dinilai sudah bagus, tinggal alur ceritanya saja yang masih datar.
Penulis : Marsianus Marthin Rivaldy