mimbaruntan.com, Untan– Saat memasuki pintu warkop, pengunjung disuguhi pemandangan ornamen dari barang bekas, lampu-lampu redup serta pasir kerang. Malam itu, live music dari band lokal Singkawang memenuhi atmosfer ruangan yang bersumber dari panggung berukuran 2×3 meter. Di ruang outdoor warkop Cawan Coffee inilah Konser Tuli Singkawang diadakan, Rabu (22/1). Acara yang berjudul “Nyanyian Sunyi” ini digagas dan dikoordinir langsung oleh salah satu pemudi asal Kota Singkawang bernama Rachy Rasel yang menggandeng Sandi Chuday, penyanyi asal Singkawang.
Para pengunjung tampak memenuhi hampir seluruh kursi yang tersedia di warkop tersebut. Ada sekitar 40 teman tuli yang juga ikut meramaikan, pasalnya akan ada penampilan dari empat orang teman tuli yang akan membawakan tiga buah lagu.
Rachy Rasel mulanya tak pernah bereskpetasi besar untuk pentas malam ini. Ia mempersembahkan musik tanpa batasnya agar bisa didengar oleh teman dengar dan teman tuli. “Apapun lagunya, musisi siapapun yang ciptakan, kita sama-sama garap lagunya untuk bisa diterjemahin ke lagu tuli,” jelasnya.
Rachy berharap ini menjadi satu langkah lebih dekat untuk mewujudkan kesetaraan antara teman dengar dan teman tuli. “Harapannya ini bisa jadi one step closer, karena di Singkawang ini kan juga ngga ada komunitas untuk Teman-teman Tuli, adanya cuma Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia) yang se-Indonesia. Belum ada nih komunitas-komunitas teman tuli yang aktif gerakannya seperti Klik (Kerabat Peduli Inklusi) misalnya seperti di Pontianak,” ujarnya.
Empat orang teman tuli membawakan tiga buah lagu yang berjudul Jangan Menyerah dari d’Masiv, Laskar Pelangi dari Nidji, dan Sahabat kecil dari Ipang, dimana lagu tersebut dinyanyikan oleh Sandi Chuday yang kemudian diubah ke dalam isyarat lagu secara bersamaan oleh empat teman tuli yaitu Rizal, Putra, Wahab, dan Nurdin.
Baca Juga:Mendeteksi Kesehatan Mental Pada Disabilitas, KLIK Kenalkan Psychological First Aid
Para pengunjung warkop perlahan memadati area depan panggung saat mereka tampil dan memberikan tepuk tangan dengan bahasa isyarat setelah pertunjukan usai.
“Terharu. Karena menurut aku, mereka orang-orang yang punya keterbatasan bisa punya semangat dalam hidup. Apa jadinya dengan aku yang mengandalkan suara sebagai penopang hidup (penyanyi) kadang lemah dan mengeluh. Setidaknya di atas stage bersama mereka buat aku lebih berpikir, hidup adalah anugerah, selalu bersyukur apa yang dikaruniakan Allah,” tutur Sandi Chuday.
Usai penampilan, beberapa teman dengar tampak ikut bergabung bersama teman tuli dan belajar sedikit bahasa isyarat untuk mengucapkan kata semangat, terimakasih, sama-sama, atau unjuk memperkenalkan diri. Konser tersebut ditutup dengan tawa dan ucapan semangat dari teman-teman tuli kepada beberapa pengunjung yang ikut bergabung bersama mereka.
Penulis : Mara
Editor : Sekar A.M.