mimbaruntan.com, Untan – Tok, Tok, Tok! Seminar lokakarya (semiloka) bertajuk “Pemberdayaan Perempuan Kesetaraan Gender Berbasis Hasil Penelitian Partisipatoris dengan Studi Kasus pada Desa-Desa Dampingan YSDK dan Jaringan” resmi dibuka di Hotel Lala Golden Bengkayang pada Kamis, (07/03).
Semiloka ini hadir dalam rangka selebrasi Hari Perempuan Internasional, yang berawal dari penelitian kolaboratif berbagai pihak seperti pemerintah, akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan kader gender tingkat desa. Penelitian berjudul “Identifikasi Persoalan Perempuan di Bengkayang untuk Transformasi Kondisi Perempuan dengan Perspektif Pengarusutamaan Gender” dilakukan pada dua belas desa dampingan Yayasan Swadaya Dian Khatulistiwa (YSDK).
Adanya kasus kekerasan seksual terhadap perempuan, kekerasan berbasis gender, diskriminasi dalam keluarga maupun ruang publik, serta stigma terhadap perempuan menjadi alasan dilakukannya penelitian ini.
Dalam hasil penelitiannya, tim peneliti dari Institusi Shanti Bhuana (ISB), Benedhikta Kikky Vuspitasari menyebut persoalan tersebut telah menghambat kemajuan perempuan di Bengkayang.
“Berdasarkan observasi oleh tim ISB dan YSDK, masih adanya kasus kekerasan, diskriminasi, dan stigma yang melekat pada perempuan sehingga hal ini menarik untuk diteliti karena persoalan yang ada menghambat kemajuan perempuan di Bengkayang,” ungkapnya, (07/03).
Baca Juga: 16HAKTP: Tolak Tabu, Bicarakan Kekerasan
Dalam kata sambutannya, Magdalena selaku staf Ahli Bupati Bengkayang bidang Pembangunan Ekonomi dan Keuangan menyampaikan isu gender timbul akibat dari ketidaksetaraan gender yang menimbulkan diskriminasi. Ia menyebut kesenjangan antara perempuan dan laki-laki masih ada dalam berbagai aspek meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan.
“Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidup perempuan serta memperkuat kapasitas lembaga-lembaga yang memperjuangkan kesetaraan gender, namun data menunjukkan bahwa kesenjangan antara perempuan dan laki laki masih ada dalam hal akses partisipatif kontrol, manfaat dan kepemilikan terhadap sumber daya terutama pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, dan bidang strategis lainnya,” kata Magdalena.
Ia juga mengungkapkan adanya tantangan yang dihadapi dalam mengupayakan peningkatan kualitas hidup perempuan. Selain minimnya pengetahuan dan tradisi masyarakat, pembentukan kebijakan dengan kesetaraan dan keadilan gender menjadi tantangan tambahan.
“Kurangnya pengetahuan, pengalaman, lingkungan dan tradisi di masyarakat, serta minimnya pengetahuan dan kesadaran komunitas, pembuat kebijakan kesetaraan dan keadilan gender menjadi tantangan dalam upaya peningkatan kualitas hidup perempuan,” sambungnya.
Sebelum membuka kegiatan, Magdalena mengajak seluruh kelompok masyarakat untuk mewujudkan kesetaraan gender di tengah-tengah masyarakat.
“Mari kita bersama berusaha mewujudkan super tim dalam mengupayakan langkah pembangunan terbaik bagi Kabupaten Bengkayang dimulai dari masyarakat, bapak, ibu, anak-anak, hingga pada kelompok masyarakat tertentu seperti kader-kader pembangunan manusia di desa pemangku kebijakan, pengurus dan perangkat desa, pemerintah dan seluruh jajarannya untuk mewujudkan kesetaraan gender di masyarakat kita,” pungkasnya.
Penulis: Vanessa Stephanie
Editor: Lulu Van Salimah