Ah sial,
Kita bertemu
Entah aku harus menganggap ini takdir atau hanya kebetulan
Tapi aku senang bisa melihat mata rembulan itu lagi
Ternyata aku masih sama takutnya seperti kemarin
Aku masih tidak bisa mengatur perasaan ini jika berada dekat denganmu
Aku masih tidak berani mengambil langkah untuk berada di dekatmu
Dan masih tidak berani untuk berada di dekatmu
Itu sulit
Seperti aku seketika lupa cara berjalan,
Cara berkedip
Cara bernafas
Ah, malam ini lengkap sudah awut-awutan suara hati
Baca Juga: Transformasi Pasar Kapuas Indah: Modernisasi Berbuah Kenaikan Sewa dan Keresahan Pedagang
Kini,
Aku berdiri di dalam ruangan
Sesak,
Tidak berdaya,
Ternyata kau balas menatapku,
Bahkan di tengah ricuh dan riuhnya suara orang orang yang sedang beradu buku tangan
Hanya padamu mataku tertuju
Sepertinya memang benar,
Kau adalah makhluk yang mampu
Mengisolasikan semua hal di dunia ini
Mengapa mata ini terus tertuju pada dirimu?
Seolah tidak ada lagi hal menarik yang bisa aku lihat
Karena dirimu lah yang paling menarik saat ini
Di malam yang semakin larut ini, hadir sosok mempesona
Jaket hijau tosca membalut raga, topi bertengger di kepala
Tatapan matanya teduh, menyimpan ribuan mimpi,
Setiap langkahnya, menggema dalam hening yang menawan.
Baca Juga: Mata Rembulan, Hati yang Sakit
Di malam yang semakin larut ini, hatiku berbisik
Langkahmu tenang, matamu bercahaya
Aku terpaku, tersentuh pesona.
Dari kejauhan, cinta tak berdaya,
Hanya mampu memuja, dalam diam yang indah.
Pertanyaan ini muncul lagi
Sampai kapan aku akan memendam rasa ini?
Mungkin selama-lamanya dan akan ku simpan dengan apik
Karena rasa rasanya menyukai seseorang yang bertalenta menggait hati
Tidak akan mungkin, karena ia akan mencari yang setara,
Setidaknya begitu kata orang orang
Bukannya aku tidak memperjuangkan dan menyerah
Tapi aku sedang mengusahakan ‘setara’ itu.
Maaf karena ternyata perasaan ini hadir.
Dan sangat merepotkan
Penulis: Wahyu