mimbaruntan.com, Pontianak – Dewasa ini kita selalu dihadapkan dengan kerusakan lingkungan, yang menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan mahluk hidup yang ada disekitarnya. Menurunnya kesadaran masyarakat setempat terhadap kelestarian lingkungan, memperparah kondisi yang ada. Adapun salah satu dampak yang ditimbulkan adalah semakin kurangnya daerah resapan air, baik itu akibat dari salah kelola hutan hingga pada kepentingan investasi berskala besar. Menurut Dede Purwansyah, berkurangnya daerah resapan air mengakibatkan hujan yang turun tidak terserap oleh tanah (infiltrasi), sehingga menyebabkan air yang turun (curah hujan) mengalir di permukaan dan mengganangi daerah rendah (runoff), Sabtu (25/5).
“Kita ketahui Kota Pontianak ini berada pada dataran rendah, sehingga dengan curah hujan yang tinggi dengan sangat mudah tergenang. Itu karena faktor run off tadi,” tambah Dede yang dulu juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Pecinta Alam (Gempa), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Universitas Tanjungpura (Untan). Dede menuturkan, bukan hanya karena kurang resapan air saja, tapi hal tersebut didukung dengan belum optimalnya drainase dan terjadi pendangkalan anak-anak sungai.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kodir, warga Sepakat satu Jalan Ahmad Yani, ”Kita ketahui, kurangnya hutan dan drainase yang buruk menjadi faktor pemicu kota Pontianak ini mudah terendam pada saat curah hujan sangat tinggi”. Kodir menambahkan, upaya pemerintah perlu dioptimalkan dalam manangani masalah ini. Yang perlu kita ketahui, Kota Pontianak ini memiliki daerah resapan air yang berada di belakang hotel Kapuas, namun sepertinya daerah resapan air tersebut tidak optimal lagi. ”Pada tahun 2010 kita bersama pemerintah pernah melakukan penyuluhan terkait daerah konservasi di Ambawang, namun upaya tersebut terhenti. Hal ini dilakukan adalah untuk meminimalisirkan dampak dari semakin berkurangnya resapan air,” ungkap Kodir.
Melihat kejadian tersebut ia sangat menyesalinya, karena penyadaran kepada masyarakat tidak cukup hanya dilakukan satu kali saja, tapi mesti terprogram dan berkelanjutan. Terkait program pemerintah atas dampak kerusakan lingkungan, Heri selaku warga Sepakat dua menyampaikan pesan kepada pemerintah kota agar dapat memperhatikan tata ruang kota Pontianak, seperti daerah resapan air, aliran sungai dan pembangunan yang pro lingkungan. ”Kita berharap dengan meningkatnya upaya membangun di Pontianak ini mesti tetap memperhatikan masalah lingkungan,” tambah Heri sambil menutup pembicaraan. (doy)