Sukses dengan sekuel pertama dan menjadikannya sebagai film horor terlaris sepanjang masa, membuat sekuel dari film Pengabdi Setan ini semakin di tunggu-tunggu. Setelah lima tahun lamanya, Joko Anwar akhinya mengeluarkan sekuel dari film Pengabdi Setan dengan judul “Pengabdi Setan 2 : Communion”. Ekspektasi penonton semakin tinggi mengingat film Pengabdi Setan yang pertama sangat apik menghipnotis penonton dari segi akting, cerita dan juga cara Joko Anwar merepresentasikan ceritanya lewat sinematografinya. Namun, Apakah film ini dapat kembali membuat penonton terkesima?
Alur Cerita
Latar belakang cerita “Pengabdi Setan 2 : Communion” ini adalah tiga tahun setalah kejadian menyeramkan yang terjadi pada sekuel pertamanya yakni pada tahun 1984. Setelah kejadian tersebut, membuat Rini berserta ayah dan adik-adiknya pindah ke sebuah Rumah Susun (Rusun). Hampir 80% latar tempat pada film Pengabdi Setan kedua ini berada di Rusun yang Rini dan keluarganya tempati. Latar tempat yang berada di Rusun ini kembali mengingatkan saya dengan film “Fiksi” yang di tulis juga oleh Joko Anwar dan tayang pada tahun 2008.
Secara garis besar, cerita di Pengabdi Setan kedua ini menceritakan tentang teror yang masih berlanjut setelah teror yang terjadi pada keluarganya di tahun 1981. Segelintir pertanyaan yang muncul pada sekuel pertama juga tidak banyak terjawab di sekuel keduanya dan meninggalkan pertanyaan-pertanyaan baru. Hingga pada akhirnya, saya selaku penonton merasa jika sekuel kedua ini hanyalah batu loncatan untuk final sekuel pada Pengabdi Setan ketiga yang bahkan belum tau kapan hilalnya muncul.
Pada sekuel yang pertama, menceritakan tentang munculnya sosok arwah Ibunya Rini dan adik-adiknya yang di duga ingin menjemput keluarganya ikut bersamanya. Dahulunya, Ibu mereka pernah menjadi pengikut sekte sesat yang bersekutu dengan jin. Tidak jauh dari cerita pada sekuel pertama, disekuel kedua juga menceritakan tentang kelanjutan dari teror-teror sekte sesat. Konflik klimaks dari sekuel kedua ini terkesan cukup memaksakan. Penyebab terjadinya peristiwa tersebut, tidak dijelaskan secara rinci.
Pada Pengabdi Setan kedua ini juga menyinggung sedikit isu politik, seperti Petrus atau kepanjangan dari “Penembakan Misterius” yang beroperasi pada era presiden Suharto di tahun 1980-an. Operasi Petrus merupakan metode sadis yang terapkan untuk memberantas kejahatan dengan melakukan penculikan dan penembakan kepada orang-orang yang di anggap berbahaya (seperti orang-orang yang memiliki tato atau memiliki riwayat kriminalitas). Namun, dengan memasukkan isu Petrus ke dalam Pengabdi Setan kedua ini, ditakutkan mengacaukan sejarah yang ada dan membuat spekulasi yang tidak-tidak di masyarakat (konspirasi).
Akting Para Pemain (7/10)
Harus diakui, jika pemilihan pemain (casting) dalam film Pengabdi Setan kedua ini sangat baik. Tidak ada akting dari para pemain yang terlihat canggung, bahkan untuk peran-peran kecilnya. Karakter baru yang di perkenalkan dalam Pengabdi Setan kedua ini cukup jelas lewat dialog-dialog. Namun sayangnya, karakter baru yang muncul pada sekuel kedua ini terkesan hanya sebagai “tumbal” agar karakter utama dalam film ini dapat tetap bertahan hidup hingga sekuel selanjutnya. Beberapa adegan, memperlihatkan para karakter tidak berfikir panjang saat akan bertindak sehingga hanya menambahkan kedongkolan mengapa hal tersebut dilakukan.
Namun sayangnya, perasaan sedih yang di tunjukkan oleh para pemain sangat kurang di tampilkan. Adanya peristiwa yang besar di Rusun dan membuat banyaknya korban jiwa tidak membuat para karakter merasakan kesedihan yang mendalam. Para pemain yang masih hidup, hanya sibuk menyelamatkan diri mereka dari gangguan dan teror. Bahkan ketika para karakter yang berhasil selamat dan keluar dari rusun tidak menunjukkan rasa sedih karena harus meninggalkan mayit keluarganya tetap didalam rusun ataupun rasa penasaran tentang kemana hilangnya beberapa temannya yang belum mereka ketahui.
Sinematografi (9/10)
Teknik pengambilan gambar berhasil menghipnotis penonton untuk ikut tegang bersama pada pemain. Pencahayaan yang redup ikut menambah ketegangan suasana yang melatarbelakangi peristiwa-peristiwa yang terjadi pada film ini. Banyak pula adegan-adegan yang sangat jarang di temui di film-film horor Indonesia. Seperti kamera yang ikut beguncangn ketika para pemeran harus berlari ataupun perubahan suasana ruangan di salah satu scene saat salah satu pemain mengambil wudhu. Beberapa adegan lainnya juga ada yang menggunakan greenscreen serta editing yang ciamik untuk menambah kesan latar tahun 1980-an.
Apabila di lihat secara seksama, banyak adegan pengulangan yang ada pada Pengabdi Setan kedua dari Sekuel pertamanya sehingga adegan-adegan yang akan terjadi lebih mudah di tebak oleh penonton. Walaupun begitu, keseluruhan dari pengambilan gambar pada film Pengabdi Setan kedua ini perlu di apresiasi.
Properti, Kostum dan Riasan (10/10)
Salah satu yang saya apresiasi pada film ini selain sinematografi dan juga ceritanya adalah properti, kostum dan juga riasan para pemain yang sangat mengambarkan tahun 1980-an. Riasan yang “ala kadarnya” juga menambah poin tambahan. Terlebih riasan untuk para pemeran hantu dan juga mayit pada film ini cukup menyeramkan dan “niat”.
Banyak properti-properti lama seperti motor, radio, kendaraan, foto-foto, piringan hitam dan lainnya yang di tampilkan yang ikut menambah kesan 1980-an. Sejauh yang saya lihat, belum ada properti yang miss. Hanya saja, ada beberapa properti saja yang perlu di jelaskan lebih detail seperti butiran yang di duga dapat mengusir para hantu serta alat aneh yang di gunakan untuk mengusir hantu yang mirip seperti ibunya Rini.
Music Scoring atau Sound Effect (8.5/10)
Tanpa Sound Effect, seperti sayur tanpa garam. Apabila sebuah film telah di kemas apik oleh properti, kostum, akting yang baik, cerita yang memiliki konfilk serta editing film yang mahal, namun tanpa adanya sound effect maka semuanya akan sia-sia saja. Sound effect yang di pilih juga tidak boleh sembarangan, namun harus ikut mengambarkan suasana adegan yang sedang berlangsung. Sound effect pada film Pengabdi Setan kedua ini sangat baik, bahkan hanya dengan mendengarkan sound effect-nya saja sudah cukup mengejutkan.
Rating 13 tahun ke atas sepertinya harus kembali di review karena adanya beberapa adegan sadis yang masih di nampakkan dalam film ini. Perlu juga di tambahkan peringatan-peringatan untuk mengidap penyakit jantung ataupun trauma darah untuk berhati-hati sebelum menonton film ini.
Saya pribadi sedikit kecewa dengan poster yang meng-hightlight hantu “Ibu” serta bertuliskan “teror ibu sepanjang masa”. Namun di sepanjang film, sosok “ibu” ini sedikit sekali screentime-nya, bahkan ada beberapa sosok hantu yang perlu dipertanyakan kenapa dan apa alasannya dapat tiba-tiba muncul.
Secara keseluruhan, film “Pengabdi Setan 2 : Communion” bernilai nilai 8.5/10. Cukup baik walau tidak se-apik yang sekuel pertamanya. Namun, bagi saya film ini masih layak untuk di tonton. Pertanyaan yang seharusnya terjawab pada sekuel kedua ini justru menggantung dan mengharuskan penonton untuk kembali mengikuti sekuel selanjutnya dari film Pengabdi Setan ini.
Untuk menonton film “Pengabdi Setan 2 : Communion” harus terlebih dahulu menonton sekuel pertamanya. Ceritanya masih sangat berkaitan, sehingga jika tidak menonton sekuel yang pertamanya akan sangat sulit mencerna jalan ceritanya. Untuk menonton sekuel pertamanya, kalian dapat menontonnya pada aplikasi streaming legal seperti Disney Hotstar Plus ataupun Netflix.
Penulis : Atna