Mimbaruntan.com, Untan – Menindaklanjuti pembagian buku yang berjudul Melawan Amnesia Publik : Rekam Jejak Prabowo Subianto atas Kejahatan Kemanusiaan, Penculikan dan Kerusuhan Mei 1998, pada Senin (11/3) lalu, beberapa dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untan memberikan tanggapannya.
Erdi, satu di antara Dosen FISIP Untan mengatakan buku yang baik itu harus ada tiga unsur yaitu penulis yang jelas, kedua ada penerbit yang jelas alamatnya, dan harus memiliki ISBN. Ia ingin mahasiswa dapat membedakan yang benar dan salah dalam buku ini.
“Dengan keaksaraan mahasiswa sudah punya frame, sebagai bingkai untuk membedakan mana yang pas untuk dipercayai. Saya ndak terlalu banyak berharap, karena kapasitas sebagai kelompok cendekia bisa membedakan mana yang benar dan yang salah,” jelasnya.
Baca Juga: Penyebaran Buku Bertendensi Politik di Untan
Burhanuddin Harris, selaku dosen Politik sekaligus aktivitas lingkungan menerangkan bahwa hal-hal yang bersifat menyudutkan salah satu pasangan calon tidak diperbolehkan. “Hal-hal yang sifatnya menyudutkan salah satu paslon, ini tidak boleh. Anda bisa tahu ini kampanye yang tidak sehat karena menjatuhkan seseorang. Orang yang menguasai bidang politik tidak seperti itu. Dia harus arif, karena kuncinya memegang demokratis harus demokrasi,” terangnya.
Ia menambahkan bahwa mengungkit tentang masa lalu semua orang tidak ada yang sempurna. Kubu Jokowi maupun Prabowo memiliki kelemahan dan kekuatan masing-masing. Tinggal bagaimana manusia yang mencernanya.
Ia berharap mahasiswa lebih kritis dalam mengonsumsi berita atau bacaan di berbagai media. “Ini adalah perang yang tidak sehat, komunikasi yang tidak sehat. Sebagai mahasiswa harus kritis,” pungkasnya.
Reporter: Dea, Anggela, Yuli
Penulis: Dea, Anggela
Editor: Nurul R. Maulidia