Mimbaruntan.com, Untan – Kelas Jurnalistik Investigasi yang diselenggarakan oleh Jurnalis Perempuan Khatulistiwa (JPK) dan International Animal Rescue (IAR) menyampaikan sinergi antara lembaga pemerhati satwa, pemerintah dan media dalam pemberantasan perdagangan hewan dilindungi di Kalimantan Barat, Sabtu (19/1).
Ode Kalashnikov dari International Animal Rescue mengatakan mereka di beberapa kesempatan lembaganya bekerjasama dengan media dalam pengungkapan berbagai kasus perdagangan satwa liar. Ia mengatakan, tujuan dari media dan lembaganya hamper serupa. “Kalau media goal-nya adalah publikasi, kalau kami untuk bahan dasar argumentasi ketika bicara,” ujarnya.
Keuntungan bekerjasama dengan media dalam memerangi perdagangan satwa langka menurutnya bisa membantu untuk mempengaruhi pemerintah dalam merubah kebijakan. Terlebih seperti temuan IAR bahwa ada keterlibatan oknum pemerintah di dalam perdagangan satwa yang dilindungi. Kemudian yang tak kalah penting menurutnya adalah media massa sangat efektif mengenalkan status konservasi dan ancaman dari satwa.
Ode mengatakan lembaganya mempunyai keterbatasan dalam menyampaikan hasil riset dan temuannya. Lembaganya biasa meminta bantuan media dalam menyampaikan pers rilis, berita-berita edukasi, fakta-fakta ilmiah, berita penangkapan, proses peradilan dan lain-lain.
“Kalau kami kampanye dan pasang poster di ruang publik. Namun itu masih kurang efektif dan tidak meluas. Beda halnya kalau dengan media,” katanya.
Tak hanya IAR, Asisten Muda Ombudsman, Irma Syarifah mengatakan bahwa pemberitaan di media sangat membantu untuk melihat pelanggaran dalam pelayanan publik. Termasuk keterlibatan perdagangan satwa dilindungi yang dilakukan oleh oknum dalam pemerintahan.
“Jika ada pelanggaran terhadap aturan satwa yang dilindungi, itu kewenangannya Ombudsman. Karena terkadang mereka direkomendasikan ombudsman diberi sanksi, tetapi di administrasi kepegawaiannya mereka tidak ditindak,” tuturnya.
Terkait perlunya pelatihan jurnalistik investigasi, khususnya tentang perdadagngan satwa dilindungi, Aseanti Pahlevi mengatakan selama ini kasus-kasus perdagangan satwa dilindungi tidak berhasil diungkap jaringan besarnya. “Dari bandar, pemasok, pemburu sampai pembeli di luar negeri susah diungkap dan selalu terputus,” ungkap ketua Jurnalis Perempuan Khatulistiwa ini.
Oleh karena itu menurutnya perlu diadakan pelatihan jurnalistik investigasi untuk membekali jurnalis dengan kemampuan untuk membongkar kasus-kasus seperti perdagangan satwa dilindungi. “Mengungkapkan sesuatu sehingga menjadi informasi yang bermanfaat,” pungkasnya.
Penulis: Aris Munandar
Editor: Nurul R.