Sebelum diutusnya nabi Muhammad SAW di Negeri Arab, wanita dipandang rendah. Wanita hanya dipandang sebagai pemuas hawa nafsu, penghasil keturunan dan bertugas di dapur. Di zaman Jahiliyah ini wanita bagaikan sebuah benda yang bebas diperlakukan oleh seorang lelaki. Kelahiran bayi perempuan dianggap ‘aib’. Bahkan, bayi perempuan juga banyak dibunuh saat itu sebab takut dianggap hina bagi keluarganya. Kondisi ini tentunya sangat memprihatinkan.
Setelah Baginda hadir di Negeri Arab dan beliau diwahyukan untuk menyebarkan agama Islam, kehadiran wanita begitu dihargai. Persamaan derajat antara kaum pria dan wanita dianggap setara. Wanita dianggap menjadi pondasi penting bagi agama. Begitu dihargainya wanita, ditandai harus adanya mahar yang diberikan laki-laki saat ingin menikahi seorang wanita, dilarangnya membunuh bayi perempuan dan dilarangnya membunuh wanita dan anak-anak saat perang.
Wanita memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam dan pengaruh yang besar dalam kehidupan setiap muslim. Karena wanita menjadi madrasah pertama dalam membangun keluarga shalih, jika ia berpegang teguh terhadap Al- Qur’an dan Sunah Nabi. Wanita memiliki peran yang penting sebab banyak beban-beban berat yang harus dihadapi. Oleh sebab itu, menjadi kewajiban untuk menghormati ibu, berbakti kepada ibu, dan bersikap santun terhadapnya. Kedudukan ibu terhadap anaknya lebih didahulukan daripada kedudukan ayah. Ini terdapat dalam firman Allah,
‘’Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada ibu-bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kamu akan kembali’’ (QS. Luqman: 14).
Baca juga : Menampung Air Hujan, Kenapa Tidak?
Dalam sebuah Hadits disebutkan bahwa pernah ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan berkata “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak bagi aku untuk berlaku baik kepadanya?”, Nabi menjawab “Ibumu”. Orang itu bertanya lagi “Kemudian setelah dia siapa?”, Nabi menjawab “Ibumu”. Orang tersebut bertanya kembali “Kemudian siapa lagi?”, Beliau menjawab “Ibumu”. Orang tersebut bertanya kembali “Kemudian siapa lagi?”, Nabi menjawab “Kemudian ayahmu” (HR. Bukhari no.5971 dan Muslim no.2548).
Peranan perempuan sebelum kemerdekaan Indonesia juga besar untuk mendorong kemerdekaan negara tercinta dengan adanya pahlawan wanita seperti Cut Nyak Dhien, Dewi Sartika, Fatmawati, Kartini, Maria Walanda Maramis dan Martha Cristhuna Tiahahu memberikan bukti bahwa perempuan memiliki pengaruh yang besar dalam sebuah negara. Salah satunya adalah Kartini yang ingin memberdayaan perempuan melalui tulisan-tulisannya yaitu surat-surat yang dituliskan kepada sahabat-sahabatnya di negeri Belanda membuktikan keinginan yang besar untuk melepaskan kaumnya dari diskriminasi pada zamannya.
Selain dari tulisan, didirikan juga sekolah gratis untuk anak gadis di Jepara dan Rembang. Selain itu, peran wanita dalam proses kemerdekaan juga berpengaruh. Salah satunya yaitu Fatmawati yang menjahit bendera merah putih dalam upacara kemerdekaan Indonesia.
Diskriminasi pada awal kemerdekaan Indonesia masih terjadi dan kebijakan afirmatif yang belum merata. Dalam konstruksi budaya wanita selalu menepati posisi kedua setelah laki-laki. Distribusi dalam bidang pekerjaan memakai strafikasi gender yang membuat wanita berada pada wilayah domestik saja, sedangkan laki-laki di wilayah publik. Memasuki orde baru, persamaan gender antara wanita dan laki-laki pun masih belum merata. Rendahnya partisipasi ataupun rendah kebebasan bereskpresi yang dilakukan kaum perempuan dilarang ketika masa peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru.
Setelah jatuhnya orde baru, yang kemudian digantikan masa reformasi gerakan dan kumpulan kelompok perempuan hadir untuk membangkitkan semangat berorganisasi dan berpolitik untuk mewujudkan kesetaraan yang adil. Pada masa reformasi persamaan gender mulai ditegakkan.
Revolusi industri ke empat ke arah ekonomi digital dan teknologi membuat perkembangan yang pesat dalam kemajuan di segala aspek kehidupan. Revolusi industri 4.0 merupakan era yang diwarnai oleh kecerdasan buatan, era sumber komputer, rekayasa genetika, inovasi dan perubahan cepat yang berdampak terhadap ekonomi, industri, pemerintahan, dan politik. Dalam kemajuan ini kesetaran gender juga menjadi isu global.
Kesetaraan gender menjadi sorotan dalam rangka memajukan peran perempuan dalam pembangunan. Dilihat dari sudut pandang kemampuan secara intelektual wanita dan laki-laki kapasitas dan potensinya yang sama. Sehingga laki-laki dan wanita dapat dipandang setara.
Berdasarkan semangat kesetaraan ini, sekarang minat wanita untuk memperoleh gelar terkait industri sains, teknologi, engineering, dan matematika cukup besar, terbukti dari banyaknya minat wanita untuk bisa belajar pada jurusan-jurusan teknologi dan sains. Hal ini merupakan perkembangan yang positif bagi kaum wanita untuk mengambil posisi strategis dalam pembangunan. (*)
*) Opini ini adalah tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi mimbaruntan.com
Penulis: Natasya (Mahasiswa FT Untan, Prodi Teknik Elektro)