Hei kawan!
Sudah tahu kamu berita apa yang kini sedang menggemparkan? Atau kawan sudah menerima hadiah berupa buku bersampul hitam yang kini sedang marak dibicarakan? Wah, jika sudah ada digenggam tentu paham isi luar dan dalam si buku yang tengah heboh di kampusku. Tidak hanya kampusku. Baru saja ku terima kabar tak merdu bahwa kampus lainnya di kota ini juga mendapati hadiah tersebut.
Jika tidak salah (berarti benar), judul hadiah tersebut sudah cukup banyak menggambarkan maksud dari halaman keseluruhan. Ya, tidak salah lagi. Buku berjudul Melawan Amnesia Publik: Rekam Jejak Prabowo Subianto atas Kejahatan Kemanusiaan, Penculikan dan Kerusuhan Mei 1998 telah berhasil masuk di kampusku tercinta, Universitas Tanjungpura. Tidak kalah menariknya, buku itu ternyata sudah bersemadi di segala sisi kampus ini.
Baca Juga: Pembagian Buku Bertendensi Politik di Untan
Segitu cepatnya manusia-manusia itu berlalu lalang. Dalam waktu kurang dari sehari, buku telah berpindah tangan dan diletakkan secara sembunyi-sembunyi atau justru terang-terangan. Tapi sayang, menurut sebagian mahasiswa mengatakan, manusia bernyali besar tersebut hanya terang-terangan soal tindakan namun tidak perihal wajah. Wajah-wajah itu sempat tertutupi dengan penutup wajah dan miliki gerak-gerik yang tergesa-gesa. Padahal, beberapa dari mahasiswa yang kutanyai ingin kenal betul empat manusia dengan dua motor tersebut.
Sebagian mahasiswa lainnya tak kalah heboh. Kata dari salah satunya, “Aduh, licik juga ya kubu sebelah.” Sisanya, menambahkan banyak hal mengecam kubu sebelah yang sepertinya patut disalahkan.
Hei, ada yang menarik di cerita ini kawan! Siapa saja bisa menyebarkan!
Bukankah kubu korban juga bisa menyebarkan dengan alih-alih kubu tersangka ialah orang-orang yang licik. Namun, bisa jadi juga kubu-kubu tersangka punya niat “nakal” dalam memenangkan pilihan. Tentu, siapa saja bisa berspekulasi mengenai hal ini.
Hanya saja semakin ku takut, mahasiswa kini menjadi sasaran empuk si kampanye hitam. Dituntun membenci salah satu kubu dengan cara memecah belah. Salah satu kiatnya, tak lain dengan menyebarkan buku berisi “kelemahan” atau “kesalahan” suatu lawan.
Mari berpikir. Pilihanmu belum tentu baik di hari kemudian dan pilihanku juga belum tentu tepat memimpin sejuta rakyat. Soal suka tidak suka, pilihan atau bukan, kuharap bukan begini cara menjatuhkan kubu lawan. Namun, dapat kupahami rasanya jadi korban, ketika manusia pilihan sedang dijatuhkan. Sebab berani-beraninya manusia tak dikenal, menyebarkan sesuatu yang mencemarkan. Namun (sekali lagi), perlu kejelasan siapa dibalik topeng itu semua dan kuharap kita mahasiswa jangan sembarang menyimpulkan.
(Tentunya yang berkepentingan perlu menindaklanjuti ini)\
Baca Juga: 5 Warung Kopi Pilihan Anak Ilmu Komunikasi Untan
Berpikir rasional tentu dibutuhkan. Terlebih kau, mahasiswa yang katanya ujung tombak perjuangan. Buku yang kini tersebar anggaplah sekedar pengetahuan. Bukan perihal yang dapat sebabkan kesenjangan. Bukan begitu kawan?
(Ah, teruntuk kau 4 sekawan yang bernyali bukan main. Kami punya mahasiswa tidak pendek sumbunya. Tulisan yang kau sebar tak seberapa dengan logika kami yang beribu ragam. Kampanyekan segala kelebihan pilihanmu, bukan dengan cara licik kekanakan. Terlepas darimana kubu kau berasal, kami minta jangan ‘gila’ di pemilu yang sebentar lagi tiba).
Penulis: Rahma Ning Tyas
Editor : Aris Munandar